"Rin!"
Aku mendongakkan kepalaku lalu melihat Zeka sedang berdiri di pintu masuk.
"Ada apa?"
"Pian nyariin lo."
"Pian?"
Kemudian aku melangkahkan kakiku menghampiri Zeka dan benar Pian memang ada di sana. Setelah itu Zeka meninggalkan kami.
"Nyari gue?"
"Iyalah, kan yang namanya Erinda cuma lo, sekarang ikut gue!" ucapnya seraya menarik peegelangan tanganku. Aku bisa melihat bagaimana wajah siswi-siswi yang lain ketika Pian menarikku seperti ini. Begitu mengerikan hingga aku harus menutup mataku.
Jelas mengerikan karena Pian termasuk kalangan mostwanted di sini, jadi bisa dipastikan yang memasang wajah seperti itu adalah fansnya.
Lalu kami berhenti di taman.
"Mau ngapain kesini?"
"Gak ngapa-ngapain."
"Jadi buat apa lo bawa gue kesini?"
"Gue mau lihat lo aja biar rasa rindu gue hilang."
"Rindu? Sejak kapan lo rindu sama gue?"
"Barusan, tapi sekarang udah enggak karena lo ada di depan gue dan bisa gue pastikan lo aman dari ancaman apapun."
Aku tertawa kecil.
"Ada ada aja lo, jadi gue udah boleh balik nih?"
"Sebelum lo pergi, gue mau ngajak lo dinner nanti malam, bisa?"
"Jam berapa?"
"Habis isya."
"Oke, jemput di depan gang aja ya nanti gue kesana."
"Kenapa gak di rumah lo aja?"
"Papa gue galak."
"Kemarin katanya nyokap lo yang galak, sekarang bokap lo ya," kami teryawa bersamaan. Dia memang tahu caranya membuatku tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Emergency Boyfriend [END]
Short Story"Jomblo dan gak punya teman adalah perpaduan rasa yang pas." - Erinda Copyright2018 by renata sayidatul