PART 7

511 24 1
                                    

Afgan POV

Sampai kapan hidupku begini? Aku yang dulu ceria, tebar pesona, dan ramah itu, kemana sekarang?

Sekilas mengenai diriku, yang kalian anggap pendiam, cuek, tidak punya perasaan, dll. Semenjak mama pergi, aku merasa tidak pernah mendapat kasih sayang dari siapapun, sikapku berubah drastis, terlebih papa sangat keras padaku. Ya, aku memang aneh dan culun, dengan gaya bicara yang baku, penampilan yang membosankan, dan irit bicara. Semua orang mencibirku, mereka selalu mengucilkan aku. Korban bullying memang.

Aku meraih handphone milikku, itulah hiburanku satu satunya. Aku bisa menonton video materi pembelajaran dan cara menyelesaikan soal yang sangat rumit, bagiku itu asik.

"itsrossa910"
Hmm, aku baru saja men-stalk instagramnya. Siapa wanita itu? Dia, yang selalu menjadi pusat perhatianku sejak itu, sejak aku masuk ke sekolah itu. Bagiku, ia berbeda dari yang lain. Rossa terlihat tidak pernah mengucilkan aku, ia selalu tersenyum tulus saat bicara denganku. Namun mengapa aku tidak pernah menganggapnya? Menghargainya seperti apa yang ia katakan beberapa hari yang lalu? Aku tahu, sekarang ia membenciku.

Kali ini aku lanjutkan men-stalk akun instagramnya, dengan followers sebanyak 5243 dan 150 post yang didominasi oleh wajah cantiknya. Tidak, senyumnya teduh sekali, aku ketagihan melihatnya.

Berteman dengannya? Ingin sekali. Tapi aku tahu diri, aku bukan siapa siapa jika dibandingkan denganmu, mahasiswa hits yang memiliki segudang penggemar, anak dari seorang CEO yang kaya raya, dan masih banyak lagi.

Apa aku harus berubah? Seperti dulu lagi? Afgan yang ceria dan mudah tertawa.
.
.
.
Pagi hari aku sudah sampai di sekolah. Ruang PPL masih kosong, aku menoleh ke arah jam dinding, rupanya masih pukul 05.55.

Tak lama Rossa datang. Senyum yang ada di benakku sedari malam, kini nyata adanya. Apa harus aku sapa terlebih dahulu?

Afgan: Rossa
Rossa: Ya. Ada yang bisa saya bantu?

Kali ini lain, ia berbicara dengan nada yang sedikit datar, dan senyum yang dipaksakan. Ayo Gan, kamu pasti bisa mengajaknya bicara.

Rossa: Kalau tidak ada, saya permisi
Afgan: Tunggu Rossa, saya hanya ingin bertanya, siapa yang piket hari ini? Karena ada yang mau kirim barang, takutnya saya sedang mengajar
Rossa: Vita dan Bu Karin
Afgan: Terima kasih

Rossa menjawab dengan singkat sekali. Jika diamati, tingkahnya seperti perlakuanku padanya. Setelah itu ia langsung pergi begitu saja, meninggalkan aku sendiri disini.

Pukul 08.00 aku memasuki ruang kelas XI IPA 5, ruangan yang selalu gaduh dan berisik. Aku benci itu. Kali ini seluruh siswa terdiam, banyak yang tersenyum juga, ada apa? Ternyata, di papan tulis sudah tertulis "Pak Afgan ❤ Ibu Rossa".

Afgan: Apa ini?! Sopankah seperti ini pada guru?! Saya tahu kalau saya hanya sementara disini, tapi tolong, hargai saya!!

Aku benar benar marah. Ini tidak seharusnya mereka lakukan.

"Hahaha si bapak sensi amat"
"Baperan banget"
"B aja keleus, kita cuma bercanda juga"

Seluruh murid berbisik saat emosiku memuncak. Ya, aku mendengarnya.

Jam istirahat, perutku sudah minta diisi. Tahu kan tujuanku? Kantin.

Suasana kantin tidak terlalu ramai, mungkin karena banyak yang sudah membeli makan pada jam istirahat pertama. Aku melihat Rossa sedang berkumpul dengan guru guru muda. Tawanya renyah, dan terlihat sangat menikmati makanannya. Oh tidak, mengapa aku terus memperhatikannya?

Rossa duduk paling ujung, dan masih banyak celah di bangkunya. Aku memberanikan diri untuk duduk di sebelahnya.

"Ciyeee"
"Adeuh di bapa sama si ibu soswit parah"
"Nada nada cinta, semakin dalam kurasa~"
"Bu Rossa itu Pak Afgan nya jangan dicuekin dong"

Hampir seluruh manusia yang ada disini bersorak. Sejak kapan ada gosip aku dengan Rossa? Apa karena waktu itu, ketika aku tertidur lalu reflek berkata Rossa cantik? Secepat inikah gosip itu menyebar?

Rissa: Gan, Ocha gak duduk sendirian lho, ada kita juga.. Gak permisi dulu gitu? (menahan tawa)
Rossa: Kak Rissa, kita aja yang pindah, kursi masih banyak, gak usah berdebat

Rossa terlihat malas melihatku. Akhirnya ia bersama para guru muda itu pindah. Namun aku mencekal tangannya.

Afgan: Rossa plis, bantu aku. Aku mau berubah

Kunci HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang