PART 13

441 22 3
                                    

Afgan POV

Aku akan lupain Ocha.
Aku tak bisa bersanding dengannya, kurasa ia pantas mendapatkan seseorang yang lebih baik dariku. Maaf, aku takkan pernah memperjuangkan cinta kita, meski hati ini menginginkannya.

Ia punya perasaan yang sama? Ya, aku sangat mengetahuinya, kemarin ia menangis setelah aku menyebut nama lain didepannya.

Carilah seseorang yang lebih pantas dari aku, lebih bisa membuatmu bahagia, lebih sederajat denganmu. Aku selalu menyayangimu, Rossa.

Rutinitas hari ini akan seperti biasanya, tidak ada yang menarik bagiku, mungkin. Aku menuju sekolah, tempat yang setiap hari kukunjungi. Pertama kali masuk ke ruangan, aku melihat Leena sedang bersolek, ya, Leena memang cantik karena make up, dan sepertinya menggunakan produk yang tahan lama seharian, berbeda dengan Rossa, yang makeup nya seringkali luntur ketika sore hari, namun porsi cantiknya tak berkurang.

Afgan: Hai Leena
Leena: Eh Gan
Afgan: Gak ngajar?
Leena: Hmm lagi mager, lagian gurunya juga ada
Afgan: Ya tapi kan selama enam bulan harus sama kita Leen
Leena: Terus? Urusannya sama hidup lo apa? Gak usah sok ngatur deh, sekolah ini bukan punya lo juga kan?

Aku menoleh ke arah pintu masuk, melihat Rossa sedang mematung disana. Apa ia melihat kita berbincang tadi?

Afgan: Ocha, masuk sini
Rossa: Ya

Ceria Rossa tetap seperti biasanya, secepat itukah melupakanku? Apa ia sudah menemukan seseorang yang baru? Mengapa hati ini seolah tak rela?

Rossa: Gan, liat powerbank aku gak?
Afgan: Di tas kamu mungkin?
Rossa: Engga, aku tinggalin disini
Afgan: Ya ampun, itu bukan barang murah Ocha, kenapa kamu tinggalin disini? Pantes aja kalo ilang
Rossa: Aduuhh, ya udah ntar aku cari lagi deh, duluan ya
.
.
Jam istirahat kali ini penuh sekali, benar benar tidak ada kursi kosong, hanya ada celah di sebelah kursi Rossa. Haruskah seperti waktu itu? Yang tiba tiba duduk tanpa izin?

Siswa 1: Bapaaa
Afgan: Yoo
Siswa 2:  Bu Ocha nya mana pak?

Mengapa harus ada Ocha lagi?

Siswa 1: Ciye bapaa salting gitu

Aku melihat kedua siswa itu menghampiri Rossa, lalu menarik tanganku dengan tujuan mendekatkanku pada Rossa. Semua warga yang ada di kantin pun bersorak, aku harus apa?

Afgan: Iya Rossa aku sayang kamu hahaha

Maksudku bercanda, namun respon nya sangat serius. Kami berdua didorong oleh beberapa siswa. Brukk! Kami bertabrakan akibat dorongan itu, bibir kami sempat bersentuhan.

Rossa: Ih kalian bikin ribut, udah udah
Siswa 1: Ciye ibuuu
Rossa: Punten ih mau lewat, ayo kaka kaka, kita makan di taman aja
Siswa 2: Eh bu, taman gak boleh dipake makan
Siswa 1: Ini Pak Afgan nya jangan ditinggalin atuh bu kasian nanti nangis hahaha
.
.
Rissa: Tunggu
Afgan: Ya?
Rissa: Bisa kita bicara?
Afgan: Bicara mengenai apa bu?
Rissa: Tentang kamu, dan Ocha
Afgan: Ya?
Rissa: Aku sudah tahu semua ceritanya
Afgan: Lalu?
Rissa: Ocha suka kamu Gan!
Afgan: Aku tahu
Rissa: Terus selama ini? Kamu ngasih harapan ke dia, buat apa? Kalau ternyata ada wanita lain? Bermaksud menyakiti?
Glek

Menyakiti? Aku tak lagi ragu, kejadian itu memang membuatnya sakit.

Rissa: Jawab Gan! Kamu pikir aku bakal diam? Melihat perlakuan kamu tadi di kantin, apa maksudmu? Pikir Gan! Bagaimana perasaan seorang wanita diperlakukan seperti itu?

Aku tak tahu harus berkata apa, haruskah aku menguraikan semua alasanku? Didepan orang yang tak pernah kukenal.

Rissa: Egois kamu!
Rossa: Kak, maaf berkas yang kemarin dimana ya?
Rissa: Oh ini Cha. Btw aku nebeng ya, kita pulang sekarang

Rossa dan Rissa pergi meninggalkanku. Aku mencintaimu Ocha, menyayangimu, namun tak mungkin memilikimu.

Kunci HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang