PART 20

422 22 4
                                    

Keesokan harinya, Rossa dan Afgan tidak bertemu. Padahal saling merindukan. Mungkin karena ini sudah akhir semester, tidak ada kegiatan belajar mengajar di kelas, jadi lebih sering mengolah nilai dengan partnernya masing masing.

Kali ini seperti biasanya, Rossa selalu dikerubungi para murid laki laki. Entah mengapa ia seperti magnet terhadap siswa siswa itu.

Raka: Halo Bu Ocha
Rossa: Eh kamu Raka, sini.. Ini nilai kamu masih banyak yang kurang, ibu kasih tugas ya

Rossa masuk ke ruang guru sebentar, hanya bermaksud menemui Rissa untuk pemberian tugas. Setelah itu ia balik lagi menuju Raka dan teman temannya. Bagaimana tidak terkejut, Raka sudah membawakan bunga buket untuknya.

Rossa: Apa apaan ini, kalian?
Raka: Cintaku bukanlah cinta biasa, jika ibu yang memiliki.. Dan ibu yang temaniku seumur hidupku..
Rossa: Nembak?

Rossa hanya menahan tawa. Ngakak, miris, dan bingung jadi satu. Se berani inikah murid zaman now?

Raka: Maaf bu, tapi Raka benar benar mencintai ibu, Raka mau ibu yang jadi pacar Raka, sekarang dan selamanya

Tanpa disadari, Rissa ada di momen itu. Ia menatap mata Rossa, tidak ada tatapan baper atau tersipu seperti yang ada jika Afgan sedang romantis. Rossa hanya tersenyum menatap Rissa.

Rissa: Ih kamu teh ya, bu Ocha udah tunangan tau
Raka: Wah? Sama siapa bu? Pak Afgan? Ah jangan percaya Pak Afgan, dia mah leor
Deg
Rissa: Udah sana, kerjain tugas, nanti kalau gak dikumpulin ibu masukin nilai seadanya, kalau gak naik kelas jangan salahin ibu

Rissa berbicara dengan sedikit membentak, dan membuat Raka ketakutan saat itu.

Rossa: Galak amat buu
Rissa: Harus ditegasin, itu gak sopan.. Kamu gak mau kan dikejar kejar dia terus?
Rossa: No, aku sih no, gak tau kalo anda hahaha
Rissa: Aih sialan wkwk
Rossa: Btw, dasar murid zaman now ya, baru aja aku kemarin liat Afgan digodain murid, tapi aku b aja sih, ya cuma murid yang mungkin cinta monyet.. Wajar lah, Afgan kan ganteng
Rissa: Hmmm, ya sih aku setuju kalau dia ganteng, meskipun dulu gayanya biasa banget dan keliatan gak rapi pun udah ganteng.. Sangat cocok denganmu

Tatapan Rossa langsung berubah. Rissa memang paling bisa membaca mimik dan tatapan Rossa, sepertinya ada kesedihan disana.

Rossa: Kak, sebentar ya Ocha ke belakang dulu

Rossa segera berlari dari tatapan Rissa, seolah sadar bahwa Rissalah yang membaca pikirannya saat itu.

Rissa: Aneh, gak biasanya Ocha kayak tadi. Lagi ada apa sih tu anak? Tumben gak cerita

Sedangkan Rossa terlihat sedang mematung di depan cermin wastafel, matanya basah, bersamaan dengan derasnya aliran air mata di pipinya. Ia memandangi selembar kertas foto di tangannya, foto dengan Afgan?

Sepasang mata ada disana, Elsa?

Elsa: Cha?
Rossa: Eh, hai kak
Elsa: Kenapa?
Rossa: Oh, hmm I'm okay kak, cuma kelilipan, duluan ya

Rossa ingin segera pergi, namun tanggannya dicegah oleh Elsa.

Elsa: Cerita dulu, baru boleh pergi
Rossa: Cerita apa? Aku udah bilang, aku ini baik baik aja
Elsa: Kamu nangis ketika memandangi foto Afgan, aku tidak yakin kau baik baik saja
Glek
Rossa: Bisakah nanti saja ceritanya?
Elsa: Oke, kau berhutang cerita denganku

Kunci HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang