PART 28

487 27 6
                                    

Rossa: Mama?

Sesosok wanita yang sedari tadi mematung tak bergeming, serta sorot matanya yang menggambarkan kesedihan disana. Ia menghampiri dan mengelus kepala anaknya itu.

M. Rossa: Udah jam 11 sayang, masuk kamar ya
Rossa: Iya ma

Rossa hanya bisa mengiyakan perkataan sang mama. Namun satu yang janggal dari malam ini, tidak biasanya mama mengelus kepalaku dengan lembut seperti tadi, jangankan hal itu, untuk masuk ke kamar inipun mama sangat jarang, bahkan hampir tidak pernah.
.
.
Seperti biasa, Rossa terbangun agak siang, mungkin sekitar pukul 08.00. Menoleh ke sebelah tempat tidurnya, terdapat handphone miliknya serta kunci mobil dan selembar kertas.

"To my lovely daughter

Mungkin kamu tahu, mama bukan tipe orang yang bisa selembut dan seromantis kamu, izinkan mama berbicara di atas kertas ini.

Mungkin selama ini mama memang jarang terlibat dalam kehidupanmu, namun ketahuilah, hati kecil mama sangat bangga memilikimu. Terima kasih, telah berjuang melakukan yang terbaik dalam hal apapun.

Mama memang seringkali egois, tapi hatimu selalu halus, tak pernah ada rasa kebencian untuk sikap mama ini, meski kamu tidak mengutarakannya, mama sangat tahu sayang.

Maafkan, maafkan mama sayang. Yang selalu menuntut keinginan mama, padahal kau sedang menggapai cita cita dalam hidupmu. Teruslah bersinar Rossaku, bintang yang telah menerangi gelapnya malam di kehidupan mama.

Terima kasih, telah berusaha menjaga perasaan mama, meski sebenarnya kau terisak hingga saat ini. Pesan mama:

Cintai seseorang yang telah mencintaimu dengan setulus hati sayang, tak usah pikirkan keputusan mama kemarin."

Tanpa sadar pipi Rossa sudah dibasahi oleh air mata yang sedari tadi mengalir dengan deras. Ia tersenyum, mungkin ini jalan dari tuhan.

#On Call#
Rossa: Gan?
Afgan: Eh, iya?
Rossa: Udah bangun?
Afgan: Udah kok, ada apa?
Rossa: Ke rumah ya
Afgan: Tapi kan....
Rossa: Shuutt, udah kesini aja, ditunggu
Afgan: Ya. Mandi dulu
Rossa: Ih pantes aja bau nya sampe sini, ternyata kamu belum mandi ya hahaha
Afgan: Emang yang ngomong nya sendiri udah mandi?
Rossa: Eh, udah kok, beneran udah
Afgan: Gak percaya
Rossa: Ya udah terserah. Sini cepet
Afgan: Hahaha iya sayang.. Tungguin yaa
.
.
.
Afgan: Bi, Ocha nya ada?
Bibi: Oh ada den, masuk aja

Tak lama tampak seseorang yang selama ini saling merindukan. Keduanya tersenyum bahagia. Ah, andai saja aku bisa menghentikan jarum jam itu, karena aku ingin terus seperti ini, terus disisinya.

Rossa: Gan
Afgan: Cha

Rossa langsung memeluk Afgan dengan erat. Afgan pun membalasnya.

Rossa: Kangeeeennn
Afgan: Apalagi aku
Rossa: Jangan tinggalin aku lagi Gan
Afgan: Bukannya kamu yang ninggalin?
Rossa: Shuutt, jangan dibahas lagi
Afgan: Iya sayang
Rossa: Dua bulan di rumah terus, gak ketemu siapa siapa
Afgan: Udah lama gak shopping ya?
Rossa: Iya lah
Afgan: Besok aku anterin deh
Rossa: Boleh cium pipi gak?
Afgan: Eh, belum boleh
Rossa: Hmmm ya udah

Afgan terus memperhatikan Rossa saat itu. Terlihat ia begitu menahan rasa sakit selama ini, matanya menjadi sembab dan sayu, tubuhnya semakin kurus, ia rasa ini sangat berbeda seperti Rossa yang ia kenal. Meski sekarang Rossa tetap memancarkan senyum untuknya.

Rossa: Kok ngelamun Gan? Laper gak? Nih aku habis masak tadi
Afgan: Sejak kapan kamu bisa masak?
Rossa: Sejak jadi istri kamu hahaha

Afgan melongo. Tak mengerti apa maksud Rossa ketika berbicara menjadi istrinya.

Rossa: Malah bengong. Nih, udah aku ambilin buat kamu
Afgan: Kok cuma satu piring?
Rossa: Aku udah makan tadi
Afgan: Tapi aku mau kamu makan lagi sekarang, ayo sayang
Rossa: Iya deh
.
.
Afgan: Jadi tentang pernikahan itu?
Rossa: Sepertinya tidak akan jadi
Afgan: Kenapa?
Rossa: Karena aku maunya sama kamu
Afgan: Kalau aku gak mau gimana?
Rossa: Hmm yakin?

Mereka saling pandang. Lalu tertawa bersamaan. Entah mengapa ini indah sekali.

Kunci HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang