PART 19

418 22 3
                                    

Afgan POV

Aku terus memandangi diri di hadapan cermin, Afgan memang pria yang tampan, milik siapa? Apa ada yang merasa beruntung memilikinya?

Mengingat kejadian tadi, aku memberinya surprise di taman itu. Maafkan aku, yang tidak bisa romantis seperti yang kau inginkan.

Dan foto ini, yang sedari tadi kupandangi terus menerus. Ya, ini merupakan foto tadi. Kulihat wajah kami begitu bahagia dan sumringah. Jika aku bisa menghentikan jam itu berdetik, akan ku hentikan saat bersamanya. Mengapa? Mengapa hati ini selalu dilanda rindu olehnya? Sikap manja nya, wajah imutnya, dan binar matanya bagaikan kepingan dinar yang berkilau.
.
.
.
Rossa: Gan

Selalu saja, setiap pagi ia menyapa duluan sembari tersenyum manis. Tapi kali ini ia berbeda, penampilannya tak biasanya?

Rossa: Gan? Kok ngelamun?
Afgan: Eh, engga gak apa apa hehe
Rossa: Aku habis warnain rambut Gan, nih liat, bagus gak?
Afgan: Hmm u look different Cha, tambah cantik
Vita: Ciye ciyee yang lagi pacaran berduaan aja
Rossa: Ya iyalah, kalau bertiga itu orang ketiganya setan berarti, iya kan sayang?
Vita: Jadi kalian berdua anggap gw setan gitu ha?
Rossa: Ya elah sensi amat, bercanda kali Vit
Vita: Hahaha iya deh iya percaya
Rossa: Gan, btw hari ini kita ngajar sebelahan kan?
Afgan: Ya
Rossa: Beres ngajar kita ke kantin yuk, bantuin aku
Afgan: Oke, nanti aku tunggu kamu di depan kelas aja ya?
Rossa: Iya siap Bapak Afgansyahreza
.
.
Selesai mengajar aku sedikit pengintip kelas Ocha, rupanya ia masih harus menjelaskan materi kepada murid muridnya.

Rara: Haiii Pak Afgaaannn

Siswa yang selalu jadi sorotan di kelas ini. Namanya Rara, wajahnya sangat dewasa, dengan rambut cokelat terang yang sebenarnya dilarang ada di sekolah ini.

Afgan: Eh Rara
Rara: Pak Afgan lesung pipitnya lucu deh, aku jadi gemes, pegang ah

Aku tersenyum sembari melihat Rara yang asik memencet lesung pipitku. Perlahan ia membelai rambutku.

Rossa: Gan

Oh tidak. Sepasang mata memperhatikan kita berdua. Ya, mata Rossa ada disana. Kulihat ia benar benar kecewa, meskipun memaksakan sebuah senyuman saat itu.

Afgan: Rara, udah dulu ya

Rossa langsung mempercepat langkahnya menuju taman di sekolah ini. Hingga aku menyusulnya dengan tak kalah cepat.

Afgan: Ocha stop!
Rossa: Apasih Gan
Afgan: Iya aku tau iya
Rossa: Terus? Tinggalin aku sekarang juga!
Afgan: Kenapa? Cemburu sama Rara? Dia cuma murid Cha
Rossa: Se-mesra itukah?
Afgan: Aku pergi sekarang, kalau itu maumu

Aku meninggalkannya sendirian saat itu. Meski sebenarnya aku tak tega membiarkannya. Se-posesif itukah Rossa? Aku hanya sedang bercanda dengan seorang murid, itupun dia yang memulai bukan?
.
.
Aku mencoba menghubungi Rossa, entah sudah beberapa kali tidak diangkat. Terakhir nomornya tidak aktif. Apa masih marah karena kejadian tadi?

Kunci HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang