PART 9

457 24 3
                                    

Hari ini berbeda. Baru saja Rossa masuk ke ruangannya, Afgan sudah menyapa dengan senyum sumringah.

Afgan: Selamat pagi Ibu Rossa
Rossa: Pagi, tapi aku bukan ibu ibu hahaha
Afgan: Selamat pagi tante Rossa
Rossa: Makin parah aja
Afgan: Hahaha, lupakan. Gimana, mau bantu aku?

Rossa terdiam sesaat. Menatap mata Afgan dengan lekat. Ia tersenyum dan mengangguk bertanda "Ya".

Afgan: Makasih Rossa
Rossa: Panggil saja Ocha Gan
Afgan: Sungguh? Aku baru tahu
Rossa: Hahaha oke. Duluan ya, jadwal aku masih full, jam pulang kita ketemu lagi ya

Ternyata ada beberapa murid yang mendengarkan percakapan mereka.
"Ciyeeee"
"So sweet"
Mereka tak tahu harus berkata apa. Afgan ingin marah, namun ditahan oleh Rossa.
.
.
.
Rossa: Oke, review materi hari ini selesai, sekarang lanjut ke tugas, tapi tugas ini boleh dibawa pulang ya, karena agak banyak
Siswa: Bu, ada Pak Afgan

Mendengar nama "Afgan", Rossa langsung tersenyum dan mencari cari dimana Afgan berada.

Rossa: Mana?
Siswa: Ciyeeee ekhm ekhm
Rossa: Ih bohong kalian mah
Siswa: Ibu cocok ih sama Pak Afgan
Rossa: Gak mau ah, kayak kutub utara, ehh
Siswa: Wah ibu parah, bilangin ah, galak lhoo
Rossa: Eh kerjain tugasnya cepet, nanti kalau Bu Rissa kesini kalian ribut gimana?
Siswa: Ah si ibu ngalihin pembicaraan

Rossa hanya bisa menghela nafas, harus bagaimana? Secara ia pernah membenci Afgan, dan baru tadi pagi akan membantunya, tak mungkin ia menceritakan semuanya dari awal kan?

Seperti janjinya pada Afgan, selesai mengajar Rossa harus menemuinya. Tanpa ia sadari, Afgan sudah ada di depannya.

Rossa: Jangan disini, malu
Afgan: Aku tunggu di depan gerbang ya

Afgan langsung pergi begitu saja. Tinggal Rossa yang bingung, ngapain di depan gerbang? Masa iya para siswa harus melihat mereka bersama lagi?

Afgan: Aku antar kamu pulang
Rossa: Naiknya jangan disini, agak jauh coba
.
.
.
Afgan: Ini rumah kamu?
Rossa: Iya. Masuk lah

Ruang tamu yang didominasi oleh warna gold, serta furniture yang mewah. Afgan terlihat betah.

Rossa: Mau minum?
Afgan: Boleh

Rossa menuju kulkas yang letaknya tak jauh dari ruang tamu, ia menuangkan minuman sebanyak dua gelas.

Deva: Hanya dua? Buat aku?
Rossa: Ambil sendiri lah
Deva: Eh, kamu pacarnya dia?

Deva berbicara pada Afgan. Namun Rossa malah mencubit lengan lelaki itu, Deva meringis kesakitan.

Rossa: Gak usah nanya yang gak penting deh, sana!
Deva: Kok mau sih sama Ocha? Udah jelek, cerewet, kecil
Rossa: Iiihhh sanaaa pergiiii

Rossa mendorong Deva menuju kamarnya. Namun Deva hanya tertawa melihat tingkah adiknya yang seperti anak kecil.

Deva: Ocha pacaran bilangin papa lho
Rossa: Biarin. Gan, jangan didengerin ya hehe
Afgan: Santaii
Rossa: Mau makan gak?
Afgan: Gak usah
Rossa: Beneran?
Afgan: Ya. Kalau kamu lapar, makan saja, aku tak apa
Rossa: Jangan gitu, aku bakal paksa kamu
Afgan: Hahaha
Rossa: Kok ketawa?
Afgan: Muka kamu lucu
Blush
Rossa: Yaa... Emang. Baru sadar atau gimana ya?
Afgan: Lupakan. Terus sekarang kita mau ngapain?
Rossa: Temenin aku kek disini, gabut tau gak
Afgan: Ciye pengen deket aku terus
Rossa: Kamu seru juga ya kalau diajak ngobrol.. Kenapa sikap kamu harus kaku kalau diluar?
Afgan: Aku yang kamu lihat kaku, kuper, cuek.. Dulu aku seperti ini Cha, ceria, gampang ketawa, ramah
Rossa: Ya, aku bisa melihat sebenarnya

Mata mereka bertemu, saling berpandangan dengan lekat. Tanpa sadar Afgan menyentuh bahu Rossa, dan menceritakan semuanya, tentang apa yang membuatnya berubah.

Kunci HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang