PART 4

537 25 2
                                    

Rossa berada di ruang PPL sendirian. Jam mengajarnya sudah selesai, namun ia diminta untuk membantu tugas guru BK yang akan dimulai dua jam kedepan. Sembari menunggu, ia menyelesaikan proses editing sesuai permintaan customer. Ya, Rossa punya kerja sampingan, sebagai editor logo usaha kecil kecilan dan photoshoot para model online shop katanya.

Tak lama Afgan masuk dan segera duduk disana. Membawa beberapa tumpuk berkas, sepertinya tugas guru killer itu hmmm.

Rossa: Halo Gan

Afgan seolah menghiraukannya. Sekilas menatap Rossa, dan kembali membereskan mejanya.

Rossa: Gan, kamu partnernya Pak Andri yah?

Lagi lagi Afgan tak menjawabnya. Ia super cuek, ada apa sih?

Rossa: Gan?
Afgan: Apa perlu saya jawab?
Rossa: Hmm okay, aku ngerti. Tapi katanya bapak itu killer ya? Emang bener?
Afgan: Jika anda seorang guru, bagaimana rasanya di tandai sebagai guru killer oleh siswa?

Afgan berbicara dengan ekspresi dan intonasi yang sangat datar. Mukanya tidak menatap Rossa sama sekali. Rossa sedikit tak bisa menjawab pertanyaan Afgan, namun akhirnya ia milih bercanda.

Rossa: Hmmm, kayaknya gak akan deh hahaha. Aku kan baik hati dan tidak sombong, masa sih killer?

Berharap Afgan merespon, nyatanya tidak. Dan lebih parahnya, ia memutarkan bola matanya, seolah malas dan terganggu dengan keberadaan Rossa.

Rossa: Sorry to say, bisa kan kalau ada orang bicara, anda respon? Atau minimal senyum or tatap dengan ramah gitu
Afgan: Saya rasa itu bukan urusan anda
Rossa: Ya, aku ngerti. Tapi bisakah menghargai seseorang? Terutama lawan bicara

Afgan terdiam. Menghargai? Apa ia tidak bisa menghargai orang lain selama ini? Tapi, apa orang lain selalu menghargainya? Tidak. Aku adalah cermin kalian, seperti apa kalian padaku, akan terlihat lewat perilaku-ku pada kalian, batinnya.

Tak lama handphone Rossa berdering, Bu Rissa?

Rossa: Iya bu? Oh siap, Ocha kesana sekarang

Ia mengemas beberaoa berkas siswa dan dokumen guru. Pamit sama Afgan? Apa perlu?

Rossa: Afgan, aku duluan gak apa apa?
Afgan: Ya
Rossa: Tapi kamu sendirian disini?
Afgan: Sudah biasa
Rossa: Hmmm baiklah
.
.
Rissa: Huh, akhirnya beres juga ya periksa lima kelas
Rossa: Iya nih bu, aduh jawaban anak anak tuh ya, ada yang lucu, ada yang serius banget, yang gak nyambung juga adaa
Rissa: Jaman now Cha, beda jaman kita
Rossa: Yah bu, kita juga guru jaman now, jangan kalah dong ah
Rissa: Hahaha bener juga kamu. Btw, umur kita kan gak beda jauh nih, aku merasa tua kalau kamu panggil "ibu", panggil kakak saja, apa keberatan?
Rossa: Mau aja atau mau banget?
Rissa: Kalau mau banget?
Rossa: Hmmm baiklah, Kak Rissa
Rissa: Siip, anggap saja aku kakak perempuanmu, karena aku anak bungsu, ingin merasakan punya adik
Rossa: Kalau Ocha punya sih kakak cowok, tapi jahil, nyebelin, jelek lagi
Rissa: Hahaha, ya namanya kakak cowok suka gitu, aku juga sama

Empat orang guru muda ikut bergabung dengan kamu berdua, katanya mereka satu genk sama Kak Rissa, nama genk nya Matcha. Matcha green tea? Bukan guys, sebenarnya awalnya itu MaCha (Mama Chantiq), tapi katanya aneh, akhirnya nama grup whatsapp mereka "Matcha". Mereka juga gak kalah modis dan cantik dengan Kak Rissa, kepribadian? Semuanya humble, gak ada yang jutek. Maklum, masih pada honorer dan muda muda hihihi.

Elsa: Ih Rissa tau gak, tadi aku lihat si ibu biologi marah marah dong ke suaminya
Nisa: Dan muka si suaminya itu lho Ris yang bikin kasian, tapi kita ngakak gituu
Rissa: Serius? Kapan sih tu orang bisa ramah tamah sama orang lain, masa waktu itu aku salah nyimpen barang di meja dia aja marah marah, bilang ngotorin lah padahal dia yang tumpahin

Mereka ngegosip? Sudah biasa. Konon katanya, guru guru muda tuh selalu ngegosipin guru senior. Sementara Rossa hanya menatap mereka secara bergantian, ia tidak mengerti.

Rissa: Ocha, jangan malu ya sama kita. Ayo dong berbaur, jangan jadi pendiem, biasanya bawel ah
Rossa: Hehehe iya kak
Elsa: Kok dipanggil kakak? Mau dong
Karin: Oh iya belum kenalan, aku karin, ini Elsa, ini Nisa, dan ini Rizka
Rossa: Oh iya, Ocha
Elsa: Panggil kita juga kakak ya, jangan ibu
Rossa: Hehehe siap
Rissa: Guys laper gak? Kok aku BM spicy wings gitu ya?
Rizka: Ih kok sama sih?
Elsa: Ayo ah caw, udah jam pulang kan
Rissa: Ayo ayo. Ocha ikut ya
Nisa: Harus ikut, ayo

Genk guru yang kompak. Mulai dari ngegosip, hingga selera makan yang sama. Belum lagi ketika sampai di cafe, mereka tak pernah lupa selfie dan wefie. Rossa mulai terlihat enjoy, sudah berani bicara dan melemparkan lelucon. Ia meng-upload ke instastory miliknya, terdapat banyak replies.

"Main sama guru?"
"Wagelaseh enak banget lu dapet partner ramah. Coba gue"
"Guru guru cantik"
"Baru seminggu udah masuk genk guru aja nih anak"
"Lempar satu dong"

Profesi guru merupakan cita citanya. Enak bukan? Selain bisa dekat sama murid, bisa punya genk yang seru juga.

Rissa: Guys liat ini make over diskon 50%
Rossa: Serius kak? Sampe kapan?
Rissa: Besok terakhir
Rossa: Mantap. Ocha mau beli ah, eyebrow dan lipcream udah menipis
Elsa: Ayo guys besok sekalian kita nge mall
Nisa: Aku gak bisa nih, suami pulang
Karin: Yaahh, aku sih ayo aja
Rissa: Udah sore guys, ayo pada pulang
Karin: See u tomorrow kalian, matcha kesayangankuhh
Elsa: Ocha, kamu pulang pake apa?
Rossa: Dijemput kakak hehe
Rissa: Bener di jemput? Kalau engga bareng aku aja
Rossa: Bener kok kak, tuh udah ada mobilnya
Karin: Oh iya, minta WA kamu, mau kita invitte ke group
Rossa: Oh boleh, nih. Duluan ya kakak kakak cantik

Kunci HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang