PART 14

495 25 4
                                    

Kunci Hati (14)

Rossa POV

Aku kuat.
Yakin? Ya, hanya di depan saja. Di belakang? Aku serapuh ini.

Siapa yang kuat mendengar pernyataan seseorang yang diharapkannya, bahwa hatinya hanya milik orang lain. Sejauh ini aku tak rela, sangat tak bisa merelakan semuanya.

Suara klakson mobil membuyarkan lamunanku. Ternyata mama, jam berapa ini? Sudah jam 11 malam? Mungkin lebih baik aku tertidur.

Kali ini tidurku dibangunkan oleh dering telepon, siapa? Afgan? Telepon aku jam 7 pagi?

#On Call#

Rossa: Halo Gan?
Afgan: Halo, hari ini gak ngajar kan?
Rossa: Engga, kenapa?
Afgan: Boleh ke rumah kamu?
Rossa: Mau ngapain?
Afgan: Nanti aku jelasin, agak siang yaa aku kesana
Rossa: Ya
.
Aku segera mengakhiri panggilannya, terlanjur malas.
.
.
.
Afgan: Ochaa?
Rossa: Eh, masuk Gan
Afgan: Makasih
Rossa: Jadi sebenernya ada apa?
Afgan: Hmm gabut aja di rumah hehe

Sebuah alasan yang bagus, lagi gabut kesini, kalau lagi seneng larinya kemana? Apa ini saatnya? Aku berkata jujur didepannya?

Rossa: Gan
Afgan: Hmm?
Rossa: Eh... Gak
Afgan: Bohong, pasti kamu mau bicara sesuatu
Rossa: Ya, tapi belum saatnya
Afgan: Masa?

Ocha, apa kau yakin akan mengutarakannya? Tidak, aku masih menyimpan harapan padanya. Tunggu aku, agar tidak lagi menyimpan harapan itu, dan mengungkapkannya agar kau tahu saja.

Afgan: Cha?
Rossa: Eh, ya?
Afgan: Kakakmu? Tidak ada?
Rossa: Hmmm tidak, lagi keluar
Afgan: Oh iya, aku mau minta sesuatu
Rossa: Ya?
Afgan: Ajari aku cara mengedit foto, aku ingin menjadi seorang fotografer
Rossa: Ha? Fotografer itu memotret, kalau mengedit namanya editor bukan?
Afgan: Ya, tapi proses editing juga merupakan bagian yang harus dipelajari di dunia fotografi
Rossa: Benar juga
Afgan: Nanti kalau uang tabunganku cukup, aku akan beli camera, dan membuka jasa fotografi.. Lulusan pendidikan matematika bekerja di bidang fotografi ya, hahaha aneh memang

Mengumpulkan uang untuk membeli kamera? Aku tahu kondisi ekonomi nya sangat jauh dari kata "berada", lalu harus berapa lama? Sedangkan aku, yang sudah empat kali ganti kamera dengan harga yang tidak murah, dan tak perlu menabung, hanya perlu bicara saja.

Afgan: Hey, Ocha?
Rossa: Eh?
Afgan: Kok ngelamun terus dari tadi?
Rossa: I'm okay Gan
Afgan: Kalau ada apa apa, bicara sama aku ya, karena aku sayang kamu
Blush

Aku menatap matanya dengan lekat, tatapan yang selalu ku kagumi. Bibirnya perlahan berkata "sayang"?

Afgan: Sebagai sahabat
Glek

Aku memaksakan senyuman dari bibirku didepannya. Gan, bisakah kau cepat pulang saja? Hatiku sudah geram melihat perlakuanmu.

Rossa: Oh iya, apa kau lapar? Aku punya spagetti dan nasi goreng, pilihlah
Afgan: Benarkah?
Rossa: Ya. Ayo

Kami segera menuju meja makan. Aku tahu Afgan sedang kelaparan saat ini. Sekarang aku melihatnya makan dengan lahap. Ah, tampan sekali, lucu seperti anak kecil.

Afgan: Gak makan Cha?
Rossa: Oh, engga Gan, aku gak biasa sarapan pagi

Hampir lupa, saking terlalu asik memperhatikan wajah tampannya, aku jadi lupa untuk makan.

Afgan: Jangan gitu Cha, gak baik nanti bisa sakit lho
Rossa: Gak apa apa kok, udah makan aja

Afgan mengambil satu buah piring dan menyiapkan makanan untukku.

Afgan: Jangan membantah, makanlah
Rossa: Terima kasih

Siapa yang tak luluh jika mendapat perhatian seperti ini? Terlebih, ini merupakan perhatian manis dari seseorang yang kau cintai.

Rossa: Gan
Afgan: Hmm?
Rossa: Mau nanya?
Afgan: Boleh
Rossa: Udah berapa lama kenal sama Leena?
Afgan: Gak pernah kenal sebelumnya, ngobrol pun baru kemarin pas di ruangan kita.. Ada aoa emangnya?
Rossa: Gak sih, tapi aku ngerasa aneh aja, suka sama seseorang yang belum pernah kita kenal?
Afgan: Yaaa, mungkin aku sangat mengagumi kecantikannya
Rossa: Gan, izinkan aku berbicara tentang suatu hal kali ini

Upss, apa yakin mau sekarang Cha? Kok bisa keceplosan gini sih?

Afgan: Diizinkan. Ada apa?
Rossa: Mungkin kau juga tahu, kata orang aku adalah gadis pemberani, dan maaf sebelumnya, aku harus katakan ini

Aku menunduk sesaat, lalu menatap matanya. Semoga bukan langkah yang salah, hargai aku Gan.

Rossa: Aku sayang sama kamu Gan, lebih dari sahabat

Mataku terpejam, dan bibirku tergigit secara refleks. Tolong, aku tak siap mendengar reaksinya. Tapi, setidaknya aku lega, karena kata itu sudah terucap.

Aku merasa ada seseorang yang membelai lembut rambut panjangku. Afgan? Ia tersenyum manis dihadapanku.

Afgan: Terima kasih sudah jujur, aku juga menyayangimu
Rossa: Jadi?
Afgan: Apanya?

Kami berdua tertawa lepas.

Afgan: Yaa jalani saja dulu dengan status
Rossa: Baiklah
.
Hai readers, mohon maaf kemarin sempet gak update beberapa hari. Oh iya mungkin bakal ada beberapa part yang bakal author ubah, termasuk deskripsi cerita ini (mungkin ya, bisa iya bisa engga). Happy reading!

Kunci HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang