#FLASHBACK
Rossa POV
Malam itu aku selesai mengolah nilai beberapa kelas, meski belum sepenuhnya selesai, namun aku merasakan lelah sekali, sepertinya memang harus ku akhiri, besok lagi saja.
Ketika hendak tidur, perutku berbunyi, ada apa ini? Perasaan sudah makan tadi. Secara tiba tiba ingin masak indomie. Akhirnya aku memutuskan untuk turun ke bawah, meskipun mager.
Aku melihat ada mama dan papa disini. Malas sebenarnya berhadapan dengan mama, karena hanya debat dan debat yang kita lalui.
M. Rossa: Aduh Ocha kenapa sih kamu tuh ya, tiap mama ajak pergi selalu gak ada.. Ada yang mau mama bicarain, penting
Aku hanya memutar bola mataku dengan malas, salahkah bila aku menghiraukannya? Ya, kali ini aku benar benar seolah menganggap mama tidak sedang bicara denganku. Aku langsung menuju arah kompor untuk membuat mie. Tanganku ada yang mencekal.
M. Rossa: Udah malem, gak sehat makan mie. Duduk sini, mama perlu bicara sama kamu
Rossa: Ma, please nanti aja bicaranya.. Ocha capek, habis ngolah nilai
M. Rossa: Ya salah sendiri, itu bukan kemauan mama kan
Rossa: Terserah deh
M. Rossa: Sebentar lagi kamu akan menikah ChaMenikah? Tunggu, apa aku salah dengar? Secepat inikah? Menikah dengan siapa?
Rossa: Oh ya? Ocha udah punya pacar lho, yaa kalau mama udah merestui dan pengen Ocha cepet nikah sih hmm doain aja deh, semoga dia orang yang tepat
Aku berbicara dengan nada sedikit menantang dan sembari memainkan ponsel. Aku tahu mama tak suka, hanya saja emosiku melunjak.
M. Rossa: Siapa? Afgan? Pria berkaca mata yang tinggal di kontrakan kecil?
Apa mama tahu Afgan dan kehidupannya? Tidak, ini tidak bisa dibiarkan begitu saja. Mengapa mama bisa tahu? Siapa yang memberi tahu? Katakan, siapa ha?!
M. Rossa: Kamu mau hidup sengsara di kontrakan kecil kayak gitu ha?!
Rossa: Ya terima dulu aja, menikah itu membuka satu pintu rezeki bukan? Toh pada akhirnya kita akan berjuang sama sama, jalan hidup udah ada yang ngatur
M. Rossa: Ckck, emang gampang? Mama hanya ingin yang terbaik buat kamu, calon sudah mama yang tentukan, jangan membantah!!Aku tak mendengar ucapan mama saat itu. Malah sibuk bermain game, mengalahkan monster monster berwajah tengil di handphone ku. Ah, seru sekali. Dan saat itu juga mama menarik handphone ku.
M. Rossa: Sini handphone nya mama sita, sekalian laptop kamu juga, akses internet di rumah ini mama cabut!
Rossa: Ma, kenapa sih! Balikin gak, itu punya Ocha!
M. Rossa: Gak bisa! Mama gak akan biarin kamu ketemu dan bicara lagi dengan Afgan Afgan itu ya, dan mama tidak akan pernah merestui hubungan kalian, camkan itu Cha!
Rossa: Ocha juga gak akan pernah terima pernikahan gak jelas itu
M. Rossa: Apa kamu bilang? Gak jelas ha?!
P. Rossa: Mama, Ocha!! Ribut aja ya, tiap hari begini terus mau sampe kapan?! Ocha, masuk kamar!!
Rossa: Iiya pa..
M. Rossa: Sebentar! Dengar Rossa, mama akan suruh supir untuk mengantar kamu, tapi hanya ke kampus, tidak ke tempat lain. Mama tau jadwal kamu, kalau kosong tidak boleh kemana mana ngerti?
Rossa: Tapi ma...
M. Rossa: Jangan membantah! Sana ke kamarAku segera lari ke kamar dan langsung termenung di meja belajar. Membayangkan betapa mengerikan nya hidupku setelah ini, yang hanya bisa membisu di rumah saja.
Aku tak terbiasa seperti itu. Terlebih aku selalu menikmati hidup bersama orang orang yang ku cintai. Afgan. Begitu terbesit namanya dalam hatiku, apa kabar kamu disana? Maafkan aku, aku tak bisa melanjutkan ini semua. Carilah seseorang yang bisa membuatmu bahagia, jika kau merindukanku, ucap saja namaku dalam doamu, karena hanya itu yang kau bisa lakukan.
Selalu ku ingat saat itu, ketika sepasang sepatu yang terpisah jauh, beberapa tahun hidup dalam kisahnya. Dan suatu hari mereka bertemu, meskipun tidak saling mengetahui bahwa mereka adalah satu pasang. Lalu menjalani hari hari manis berdua, hanya kebersamaan yang menjadikan semuanya indah. Perlahan mereka menyadari semuanya. Ya, seperti sebuah sepatu yang menemukan pasangannya.
Dulu kau selalu berkata, bahwa akulah ratumu, yang akan tinggal bersamamu dalam sebuah istana yang indah. Hanya milik kami, dan keluarga kecil kami.
Mungkin sekarang, istana itu telah tiada. Lenyap sebelum kita menempatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kunci Hati
FanfictionYa, aku seorang gadis cantik yang populer, dan tidak bisa diam, katanya. Lalu bagaimana jika aku harus bersanding dengan seorang pria yang pendiam dan kaku? Yang lebih membuat kalian tak percaya, aku mengaguminya. Apa aku mencintainya?