Afgan POV
Ku tatap beberapa potret kami. Ya, suatu tatapan yang sangat dalam, dan menyapa rindu yang kini telah datang. Rindu yang menjadi saksi cinta ini.
Mungkin saat itu hanya ada perasaan bahagia untuk kita, yaitu aku dan Ochaku. Yang selalu kusebut sebagai 'ratu' di istanaku. Mungkinkah akan ada ratu yang lain? Tidak, tak ada yang bisa menggantikannya dalam hal apapun.
Aku memang pernah menolakmu. Kau yang nyatakan cinta terlebih dahulu, meskipun sejak pandangan pertama aku telah mengagumi parasmu.
"Aku mau kita kayak gini terus Gan, sampai nanti. Sampai kita tua, punya keluarga."
"Aku gak butuh kamu romantis, aku butuh kamu yang bisa terus sama aku Gan"
"Hari esok ku akan indah. Kau tahu dari mana aku menyimpulkan itu? Dari kehadiran mu"Itulah kata kata nya yang selalu ku ingat. Sekilas terbesit wajah imutnya yang selalu menggemaskan, ditambah sikap manja nya yang terlihat begitu inginnya ia mendapat kasih sayang dariku.
Hati ini, yang telah lama tak menentu. Dan hanya kamu, yang mampu merubah sudut pandangku. Saat hidup ini terasa lelah, kau datang membawa seberkas harapan, yang hanya untukku.
Sekarang, tak ada lagi untaian kalimat kalimat diatas. Yang tersisa hanya goresan indah dalam buku catatan, hanya goresan, sesuatu yang tidak nyata.
Akan ku sisakan ruang hati ini, sampai kapan pun. Hanya untukmu, cinta terbaikku.
.
.
Afgan: Ocha?Aku melihat senyum manisnya. Kali ini ia memakai baju adat dengan nuansa coklat dihadapanku. Senyumnya semakin dalam, namun sulit diartikan.
Afgan: Baju nikahmu? Bagus sekali, benar benar perpaduan yang sempurna
Tak bergeming. Suasana sangat sunyi. Tatapannya mengarah ke pakaianku. Ternyata senada. Apakah sebuah kebetulan?
Rossa perlahan mundur beberapa langkah dariku. Tak ada sudut mata kecewa, entahlah, aku tak bisa membacanya. Pandanganku terus menyapu ruangan ini. Satu buket bunga, yang kini ada disebelah alas kaki ku.
Afgan: Bunga ini? Untuk siapa?
Rossa hanya mengisyaratkan ku untuk mengambilnya. Tubuhku merunduk, mengambil kumpulan bunga bunga cantik itu. Raganya menghilang. Tak ada lagi wajah itu dihadapanku. Kemanakah dia?
.
Afgan: Ocha??Rupanya aku bermimpi. Meski hanya bertemunya melalui bunga tidur, setidaknya rinduku sedikit terobati. Hanya sedikit.
Apa arti bunga itu dalam mimpiku? Dan mengapa kau menghilang? Padahal aku akan memberi bunga itu untukmu sayang. Mengapa kau tak bergeming sedari tadi? Padahal kau selalu banyak berbicara.
.
.
Entah mengapa aku melewati komplek rumahnya. Mungkin inilah rindu yang tidak bisa dilawan. Ingin berlalu, namun rasanya berat sekali. Akhirnya aku melajukan motorku menuju rumahnya.Rasanya tak mungkin aku memencet bell untuk meminta izin memasuki rumah ini. Rumah yang dahulu selalu ku kunjungi.
"Gaann"
Aku mendengar seseorang yang berteriak memanggilku. Ya, seperti suara Rossa yang menyapaku dari kejauhan. Ah, mungkin hanya ilusi saja.
Namun aku mencari sumber suara. Tatapan ini berhenti di suatu balkon rumah, tepatnya balkon kamar Ocha. Benar saja, aku melihatnya sedang terduduk disana. Ia tersenyum padaku, walau samar namun aku merasakannya.
Rossa terlihat sedang menulis sesuatu, lalu melemparkan sebuah kertas padaku. Meski sempat terbang jauh, namun tetap sampai di tanganku.
"I love you. Kamu kok ada disini?"
Sebaris tulisan yang sangat kukenal. Hanya tulisan, namun mampu menggetarkan hatiku.
"Aku kangen kamu"
Aku berusaha berteriak sekeras mungkin, agar terdengar olehnya.
Tatapan kami bertemu. Ah, rindu sekali. Aku bisa merasakan binar mata dan senyum manisnya dari sini. Mata kami berkaca, sedih dan haru menjadi satu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kunci Hati
FanfictionYa, aku seorang gadis cantik yang populer, dan tidak bisa diam, katanya. Lalu bagaimana jika aku harus bersanding dengan seorang pria yang pendiam dan kaku? Yang lebih membuat kalian tak percaya, aku mengaguminya. Apa aku mencintainya?