1 - College Student

12.8K 587 37
                                    

"Panggilan tak terjawab dan pesan yang diabaikan. Aku punya kau dipikiranku, aku bersumpah ini terjadi setiap waktu." ---Jack and Jack

❌❌

Cameron's POV

Ini akan sedikit membosankan.

Aku sudah memperingatkan mu, kalau ini akan sedikit membosankan karena aku akan menceritakan apa yang terjadi setelah keseruan musim gugur lalu.

Tidak ada yang berubah dari Ibu ku tapi Sierra, dia berhasil sukses dengan S1 dan mendapat pekerjaan di satu-satunya perusahaan jeans di New Jersey. Carter mengfokuskan dirinya untuk meningkatkan kualitas otaknya karena tahun ini dia menduduki kelas 3, dia sering pergi ke toko buku bahkan pada malam tahun baru dan menjadi jarang berkumpul dengan kami. Jack akhirnya menjadi polisi setelah menahan 4 bulan lamanya, Aaron dan Matt menjadi siswa teladan disekolahnya karena sukses menjadi penggalang dana untuk disumbangkan ke panti asuhan, rumah sakit dan perlindungan anak. Mahogany, Taylor dan Jacob menentukan tempat kuliah nya masing-masing. Shawn sukses dengan ba d sekolah nya, Taylor dan Jacob pergi ke L.A sedangkan Mahogany tetap disini.

Bagaimana dengan aku dan Nash?

Kami diterima di universitas yang sama di New York, Alcippe University of NYC.

Ernest Dagna, pergi bersama Ibu dan Ayah tiri nya ke New York dan menetap disana. Ernest belum juga memberi ku kabar sedikit pun, padahal sekarang sudah bulan Januari pada tahun berikutnya. Aku menunggu panggilan darinya sampai saat ini, tapi aku tidak berharap. Aku percaya, dari situlah aku tidak akan kecewa.

Mula nya, aku berharap.

Berharap Ernest menelfon ku pada tengah malam jadi kami bisa mengobrol sampai pagi walaupun tidak mengucapkan apapun, walaupun hanya ada suara nafas didalam telfon.

Aku juga pergi ke pantai pada bulan Desember mengingat apa yang dia katakan bahwa dia berulangtahun pada bulan Desember walau tidak tau pasti pada tanggal berapa. Aku pergi ke pantai pada awal Desember dan menjatuhkan ratusan rahasia, cerita, dan pesan ku untuknya ke laut.

Akhirnya, aku menyerah. Mungkin dia sudah melupakan ku. Walaupun begitu, aku tetap menulis hari-hari ku tanpa nya di buku catatan yang dia berikan.

"Bro," aku menoleh, itu Nash yang sudah siap dengan ransel hitam di punggung nya berdiri di ambang pintu kamar ku yang berantakan.

"Hai, bro." sapa ku sambil membereskan apa saja yang akan kubawa.

Nash berjalan berjinjit masuk menghindari barang-barang yang berserakan di lantai. "Uh, anak kuliahan yang dilema," serunya "Tidak usah bawa yang tidak perlu Cam."

"Masalahnya aku perlu semua, Nash." timpal ku. Nash berdiri bertolak pinggang menatap setiap barang-barang ku yang berserakan kebawah dan menggeleng.

"A-ah!" seru nya ketika aku memasukan bantal sapi ke koper ku, "Kau tidak perlu itu,"

"Aku butuh,"

"Tidak, Cam. Itu sudah berbau busuk dan kotor,"

"Aku akan mencucinya,"

"Tidak Cam, jatuhkan itu, sekarang."

Aku menjatuhkan nya kelantai, "kenapa kau begitu mempermasalahkan nya?"

"Bawa saja apa yang butuh,"

Nash duduk di atas kasur ku, memandang kearah ku yang duduk dilantai. "Bagaimana ?" tanya nya.

"Masih." jawab ku.

"Ganti saja nomor mu, Kurasa Ernest tidak akan menelfon mu."

"Bagaimana kalau dia akan menelfon ku, tapi tidak sekarang, tapi setelah aku mengganti nomor ku demi menghindar dari peneror itu?"

Opposites 2 [c.d]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang