26 - Tearfull

3.3K 356 8
                                    

Prinsip hidupku--sans limites.---Isadora Duncan

Cameron's POV

Aku meraih iPhone ku yang berdering selagi aku membetulkan handuk di pinggang ku.

"Halo?"

"Maaf mengganggu, ini Erena. Aku bersama Ernest,"

"Bagaimana bisa--"

"Tolong kesini, aku akan sms alamatnya. Aku tau apa yang sebenarnya terjadi."

Dia langsung mematikan telfon, aku masih mengusap-usap rambut ku yang basah dengan handuk kecil.

Mereka tau apa yang sebenarnya terjadi, mereka bicara dengan cepat, seolah waktu mereka hanya sedikit untuk menjelaskan.

Beberapa detik kemudian, aku dapat alamat seseorang. Ernest ada disana, dan waktu yang ia punya hanya sedikit. Maka aku segera berpakaian dan mencari Nash.

Ernest's POV

Isha tidak masuk-masuk sekolah sejak hari itu. Karena merasa bersalah, Erena akhirnya meminta aku, sebagai teman dekat Isha, untuk menemani sekaligus mencari Isha. Ia menjalankan tanggung jawab nya, hanya itu.

Kami berdua kini berdiri di tengah-tengah kamar Isha yang di sudut dinding bertirai nya terdapat papan mading seukuran meja belajar dengan banyak foto Cameron.

Aku sempat merasa cemburu melihat sahabat ku sendiri punya koleksi foto cowok yang ku taksir sebanyak itu. Hati ku panas dan tangan ku berkeringat sekali. Isha membodohi ku dengan amat keterlaluan.

Kalau ia suka, kenapa tidak bilang saja.

"Itu sudah dulu sekali, aku tidak menyangka ia masih menjalani hobi nya." Ujar Erena lembut di samping ku.

Hobi. Sialan, betapa menyeramkan hobi itu.

"Aku, perempuan di koran, Maddison, serta Isha sempat memuji Cameron saat SMP," Erena menoleh kearah Matt yang berjalan kearah kami untuk memandang papan mading dihadapan ku, "Aku tidak pernah menyangka bahwa Isha dan yang lain berubah terobsesi. Sangat tidak wajar, maka aku memisahkan diri dari mereka. Aku tau mereka membenci ku."

"Mereka meneror Cameron hanya untuk ini?" kata ku dengan suara parau.

"Ernest, harus ku katakan tindakan itu dimaksudkan untuk mendapatkan perhatian Cam. Mereka sengaja mengait-aitkan masa lalu mu dengan ayah mu itu. Mereka menyeting agar Cameron membenci mu."

Pantas saja, Erena memaksa ku ikut menonton pertandingan nya di Alcippe. Pantas saja Jack mengajak ku berkencan hari itu, lalu Isha tidak pernah mengajak ku mampir ke rumahnya.

Dan sialan nya aku baru sadar saat aku dapat kembali nomor Cameron dari ibu ku, aku membiarkan Isha membuka handphone ku dengan alasan membalas pesan Jack, sungguh kesempatan emas bagi nya untuk mencuri nomor Cam dari handphone ku.

"Apa kau tidak kaget?" Matt bertanya. Aku memandang nya.

"Apa aku tidak terlihat seperti itu?" balas ku.

"Kita masih harus cari Isha, dia mungkin melakukan hal gila di luar sana." Timpal Erena. Lalu ia memandang Matt, "Matt, mau kan kau temani aku?"

Matt mengangguk, "Nanti ku jemput kau. Tunggu sampai ia datang." Kata Matt pada ku dan mereka berdua bergegas.

Opposites 2 [c.d]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang