"Aku merasa galau, kau mungkin sudah tidak mencintai ku" ---John Lennon
Ernest’s POV
“Hai, Mau kemana?” Sapa Jack ketika aku baru saja keluar dari kelas dan dia sudah berdiri di depan kelas ku, Aku berjalan mundur menghadap nya, “ruang klub, aku dibutuhkan, sampai nanti.”
Lalu aku berjalan dengan normal meninggalkan Jack. Entah kenapa, saat melihat dia disekolah aku selalu dan selalu teringat hari kemarin saat salju turun, itu sangat mengganggu pikiran ku.
Ketika sampai, aku mengetuk pintu kayu coklat muda dihadapanku dan seseorang berteriak dari dalam, “masuk!” Jadi aku masuk begitu saja, tapi tetap gugup pada dasarnya. “Ernest Furham, benar?” Mr. Damen si penanggung jawab koran sekolah menatap ku sembari membereskan setumpuk kertas-kertas kerja nya di atas meja nya yang berantakan. Aku mengangguk. Dia tersenyum memaksa, “Aku meminta persetujuan mu, untuk mengcankul berita tentang sepak bola putri yang sekarang sedang naik daun dan menjadi salah satu klub kebanggaan sekolah. Bagaimana?”
Seorang diriku datang membawa tape dan buku catatan lalu melontarkan pertanyaan-pertanyaan untuk tim sepak bola putri yang di kenal cukup populer di sekolah? Yang benar saja!
Aku terdiam dengan bibir rapat sambil memainkan bola mata berfikir apa yang sebaiknya ku kataklan untuk menolak, “Kau hanya perlu datangi kapten nya, bukan seluruh tim. Gampang kan? Oh ya, minggu depan mereka akan tanding lagi dan aku tau mereka pasti juara jadi aku minta kau juga mewawancarai si kapten pembawa kemenangan itu setelah nya, Terimakasih Ernest. Kau boleh kembali,”
Apa?
“oke,” bodohnya aku mengangguk.
Cameron’s POV
“Tidak ada telfon teror hari ini,” ucap ku bahagia pada Nash.
“Jadi kau sudah yakin melepas Ernest?”
“Coba tebak, Nash.” Aku membetulkan posisi duduk ku, “Ibu ku bilang kemarin Ernest ke New Jersey, dia menghilangkan nomor ku. Berarti tidak melupakan ku. Dan aku tidak akan melupakan nya, aku hanya akan tunggu telfon darinya,”
“Cameron yang tampan, aku mau bertanya, memang nya dari mana Ernest bisa tau nomor mu?”
“ibu ku pasti sudah--”
Aku berhenti bicara, tunggu. Ini sebuah kesalahan. “Oh, tidak.” gumam ku melas. “Nah, kan? Ibu mu memberi Ernest nomor yang salah. Sudah ku bilang ganti sejak awal,”
“Oh sial, sial, sial.” kata ku pelan sambil meremas iPhone di tangan kanan ku dan memukul-mukul lutut ku.
“Dia datang,” seru Nash sambil meminum pepsi nya, aku menoleh ternyata cewek buku itu.
“Hai, Cameron.” sapa Ariana. Aku tersenyum, “hai, ada apa?”
“Sudah dengar tentang Valentine Tremendous?” Dia duduk disebelah ku kemudian. Dia bangku panjang di halaman kampus, dengan setumpuk buku-buku tebal di paha nya dan kacamata hitam yang sangat jarang kulihat dia pakai. Aku menggeleng untuk jawaban.
“Itu acara yang penting setiap Februari, kita mengundang anak-anak SMA untuk ikut berbagai kegiatan di kampus, nanti kau harus beri saran apa yang sebaiknya klita adakan sebagai BookClub, aku tunggu jam 5 sore.”
Ariana berdiri dengan senyuman yang selalu menjadi sesuatu yang paling kusukai darinya, entah kenapa. Aku mengangguk, “ah.. Oke,deh, kurasa,”
Ketika Ariana berlalu, Nash memiringkan kepala nya mendekat, “sayang sudah punya pacar,”
KAMU SEDANG MEMBACA
Opposites 2 [c.d]
FanfictionErnest seharusnya berhutang budi pada Cameron, cowok yang menyelamatkan nya dipantai dan mati-matian melindungi nya. Bukan nya malah pergi dengan senyuman lebar dan meninggalkan Cameron dengan ancaman bahaya teror telfon yang mengubah diri nya sendi...