Kita hanya berfikir ketika kita terbentur pada suatu masalah. --John Dewey
❌
Cameron's POV
Bahkan yang aneh adalah, anak itu masih seperti dirinya yang dulu; asal bicara, penuh tekad dan sedikit keras kepala.
Padahal, si pohon nya saja sudah berubah, harus nya dia bisa mencontoh si pohon.
Melihat Ariana tersenyum sambil membereskan buku, Aku melirik anak-anak klub yang lain, untuk memastikan bahwa klub benar-benar usai bukanlah perbuatan iseng Ariana yang suka membereskan buku nya di meja.
Aku bertanya pada nya, "Kita sudah selesai?" Karena kupikir kegiatan klub berlangsung 2 jam, tapi kali ini berakhir lebih awal.
"Sudah ku bilang," balas nya. "Aku mesti menyelesaikan kerjaan ku yang lain."
Aku hanya ber-oh sambil ikut membereskan buku dan berdiri mengikuti yang lain mengantri keluar ruangan.
Aku masih penasaran sih, dia mengalami hal buruk lagi atau tidak tapi dia tidak menarik ku seperti biasa jadi aku tau jawaban nya, atau mungkin ada yang ia sembunyikan.
Aku keluar paling akhir, seharus nya aku punya kelas sore lagi untuk mengejar ketinggalan, tapi itu di mulai setengah jam lagi, aku memutuskan untuk kembali ke kamar untuk beristirahat.
Nash tidak ada di dalam, dia mungkin masih di lapangan rumput. Lalu aku melirik iPhone ku yang sengaja ku tinggal kan di atas meja lampu, dari kejauhan aku bisa lihat layar nya hitam.
Lalu aku meraih benda itu dan membuka nya, ada 3 misscall dan sebuah pesan.
Aku mengecek panggilan tak terjawab terlebih dahulu, yang ku kagetkan itu semua berasal dari 7512, biasa nya nomor itu menelfon ssmpai 15 kali lebih per-2 jam sehari.
Diam-diam aku mulai senang karena mungkin mereka lelah dengan segala nya, karena aku tidak pernah lagi menjawab panggilan mereka beberapa hari ini.
Aku menjatuhkan diri ke kasur, dan membuka pesan masuk, sebuah foto. Itu adalah sebuah selfie seseorang dengan wajah tertutup topi dan tudung jaket biru tua dan teropong terkalung di leher nya, yang jelas foto itu di ambil di dalam kamar asrama ku, hari ini.
Ernest's POV
Pintu kamar ku berdenyit berisik ketika aku membuka nya perlahan, lalu aku menutup nya. Saat aku melangkah, ditelapak kaki ku terasa sebuah benda tipis yang tak sengaja ku injak, aku menunduk sambil mengangkat kaki, kertas merah muda bertuliskan hasil analisis ku selama ini, aku memungut nya dan menempelkan nya lagi di dinding.
Dinding itu tidak kosong, jadi kertas kecil itu tidak sendirian, dia bersama teman-teman sesama hasil analisis kecil ku yang di tempelkan di dinding nyaris menutup warna asli cat dinding kamar ku.
Aku meletakan novel dari Jack bersama tumpukan novel rokemendasi nya yang belum aku baca sedikit pun, dan menyambar iPhone ku lalu terjun ke atas kasur.
Ketika aku mengetik nama 'Will' di Google, setelah 'Smith', 'Dagna' muncul di bagian suggestion. Aku meng-enter nama itu.
Artikel-artikel di atas sudah berwarna ungu yang arti nya pernah ku baca, jadi aku mengecek yang masih berwarna biru setelah menege-tap next.
Aku membaca tulisan itu sebentar, tapi itu hanyalah artikel basi tentang si brengsek. Padalah aku ingin sekali mendapat informasi baru yang nanti ku katakan pada kedua mahasiswa Alcippe itu.
Aku menge-scroll dengan kasar lalu menekan home button dengan keras, lalu aku baru sadar kalau aku sedang sangat kesal karena tidak menemukan sesuatu yang baru.
Aku nyaris membanting iPhone ku ke lantai kayu, tapi secara tidak sengaja dan tidak ku sadari aku membuka foto dari google Will dan Jeanine, ibu ku. Wajah Jeanine disini sangat berbeda, dia bahkan punya tahi lalat palsu di atas alis bagian kanan yang begitu pekat warna nya.
Lalu bentuk bibir nya juga berbeda, Jeanine, ibu ku yang sekarang punya bibir yang seimbang, dan merah.
Aku membuka web yang menyajikan foto itu, dan membaca nya dengan cermat.
Dari apa yang kudapat setelah membaca nya, ibu ku 'hilang' setelah melahirkan anak kedua nya, Stecy.
Aku agak bingung dengan kabar ini, tentu saja aku tidak tau ini benar atau tidak karena aku, si anak ke 3 belum hadir ke dunia. Tapi begitu aku lihat kapan artikel ini di buat, mungkin benar ini terjadi karena sudah ditulis 22 tahun yang lalu. Ibu ku kini 'ada', arti nya sesuatu membuat nya kembali.
Aku kembali pada Google, mengetik 'Jeanine Dagna' dan meng-enter, aku membaca satu persatu judul yang ada seperti 'Motivator Jeanine Dagna', 'Pernikahan Letnan Will Dagna dan Jeanine', dan masih banyak.
Sampai aku menemukan yang ku cari ; 'Jeanine Dagna 'kembali''
Artikel itu terletak di situs web dari acara TV gosip yang cukup dikenal saat aku SD dulu, banyak tuduhan ibu ku sakit keras setelah melahirkan, dia bilang mungkin Ibu kritis, atau anak yang beliau lahirkan cacat sehingga dia malu untuk menunjukan pada dunia.
Lalu artikel ini berkata, bahwa semua tuduhan masyarakat itu salah besar.
Ibu dan Will mengaku bahwa Ibu terlalu lelah untuk beraktivitas, apalagi dia masih harus mengurusi anak laki-laki pertama nya yang saat itu masih 4 tahun. Ibu mengaku lebih sering tertidur di dalam rumah dan tidak melakukan apapun, ada almarhum nenek dari ibu yang mengurusi kebutuhan rumah tangga mereka.
Baru lah, Stecy yang sudah 5 bulan itu pertama kali menunjukan wajah pada dunia.
Aku mengangguk-angguk sendiri membaca nya, bahkan aku tak henti-henti nya menatapi tulisan itu, lalu di bagian bawah nya terdapat rekomendasi berita yang lain, yang lebih menarik perhatian ku dan membuat jantung ku berdebar karena judul nya.
Adalah seorang dokter bernama Kurt yang mengungkap alasan Jeanine tidak muncul di publik selama 5 bulan adalah beristirahat berlebihan dirumah adalah salah, walaupun itu terucap sendiri oleh mulut Jeanine.
Dokter Kurt, adalah salah satu dokter yang membantu proses kelahiran Stecy. Dia mengatakan bahwa ibu mengalami depresi sebelum dan sesudah melahirkan kedua anak nya yang di nyatakan kembar identik, laki-laki dan perempuan.
Tidak ada keterangan jelas penyebab stres yang ibu alami, "Dia mulai stres setelah dokter mengvonis jenis kelamin anak kembar nya." Kata Kurt dari tulisan itu.
Lalu, yang mengagetkan, Ibu juga stres setelah melahirkan anak nya, Kurt bilang beliau stres karena anak laki-laki kembaran Stecy meninggal dunia di dalam rahim karena tercekik tali pusat nya sendiri.
Aku tidak pernah tau semua ini. Yang aku tau dari Stecy hanyalah betapa dia sangat bersemangat, gila belanja, genit, dan suka yoga. Tapi kalau artikel itu benar, aku mengerti kenapa ibu bisa se-stres itu setelah anak laki-laki nya meninggal. Lalu aku membayangkan betapa marah nya Will mengetahui seorang anak perempuan yang bertahan.
Kalau begitu, aku bukan satu-satu nya yang paling di benci Will saat itu, yang paling di benci Will adalah Stecy. Aku bisa berfikir melalui sudut pandang Will yang pasti berpikiran bahwa Stecy seharus nya tidak di lahirkan, Stecy yang seharusnya mati tercekik.
Tapi Stecy tidak berubah menjadi cewek depresian seperti aku dulu, malah aku pikir Stecy semasa hidup nya baik-baik saja, ambisi nya sangat bagus dan penuh semangat. Walaupun terkadang aku secara tidak sengaja mendengar nya menangis di dalam kamar, dia juga sering meminum obat-obatan, suatu hari aku bertanya obat apa itu, dia bilang itu obat sakit kepala. Dan aku bertanya lagi, kenapa dia suka sakit kepala dan dia bilang dia memang dilahirkan seperti itu.
Tapi itu mungkin bukan hal ganjil untuk anak seusia Stecy saat itu.[ ]
❌❌
maaf lama gak update huhu mikir keras dulu hahaha
kembali ke buku pertama, Stecy jadi topik utama setelah orang misterius nampang di kamar asrama Cam dan Nash! Noooo
don't forget to vote and comments, sorry for imperfection, i love you guys, and thanks for everything<3
KAMU SEDANG MEMBACA
Opposites 2 [c.d]
FanfictionErnest seharusnya berhutang budi pada Cameron, cowok yang menyelamatkan nya dipantai dan mati-matian melindungi nya. Bukan nya malah pergi dengan senyuman lebar dan meninggalkan Cameron dengan ancaman bahaya teror telfon yang mengubah diri nya sendi...