Pernah merasa dikhianati? --Jhonny Rotten.
❌
Ernest's POVAku menunggu Isha diluar rumah. Semalam Jack mengirim SMS, dia bilang senang aku dapat ikut. Ternyata Jack sangat senang, maksud ku itu seperti hal yang luas biasa bagi nya, aku tidak mengerti Jack. Aku duduk di beranda rumah ku. Memikirkan tentang pertanyaan dalam benak ku di masa lalu tetang apakah cowok setampan Cameron mempunyai kekasih, aku baru tau jawaban nya sekarang. Tentu saja, pasti punya.
Saat aku melamuni itu, aku mendengar langkah kaki dari ujung jalan, aku melirik. Itu Jack dengan celana abu-abu selutut, dan kaus hijau dengan garis hitam menyengir sambil menatap ku dan berjalan. Aku berdiri ketika dia sampai di depan ku. "Hai!" sapanya.
"Dimana Isha?"
"Isha?" Jack memiringkan kepala. "Bukankah dia sudah katakan pada mu, kalau dia sedang sakit?"
"Sakit?"
Isha. Dia yang memintaku datang tapi dia malah jatuh sakit? Rasanya aku ingin datang kerumah nya, menggendong Isha atau meletakan tubuh kecil nya di kereta bayi. Aku meneriaki gadis itu dalam hati, ya ampun apa-apaan dia ini.
"Ya, dia bilang kalau sudah mengirim SMS kepadamu," lanjut Jack.
Aku mengecek iPhone ku, ternyata memang ada pesan itu, dikirim beberapa menit yang lalu mungkin saat aku sedang mengikat tali sepatu ku.
"Ayo! Kita tidak bisa ketinggalan kereta," Jack berbalik dan memimpin dengan tas punggung hitam besar nya menghadap kearah ku. Aku menghela nafas dan mengikutinya di belakang.
Cameron's POV
Aku berhenti memutar pulpen di jemari ku ketika Ariana menepuk pundak ku sambil berkata, "Kau bisa istirahat, biar Mary yang mengganti mu,"
Aku melirik Mary, cewek gemuk dengan kacamata putih yang tersenyum pada ku sambil melambai, aku tersenyum padanya dan mengakatan "Oke, terimakasih," pada Ariana. Lalu berdiri dan membiarkan Mary mengambil tempat ku. Lalu aku keluar dari ruang kompetisi mengarang bebas yang kami adakan untuk para siswa SMA.
Aku menutup pintu dengan amat perlahan, lalu berjalan keluar gedung kampus. Aku tau aku harus kemana, tentu saja melihat Nash di lapangan Football. Setiap para peserta SMA itu lewat, aku memperhatikan mereka. Terutama para gadis, berharap secara kebetulan Ernest ada disini. Tapi kemudian aku bertanya lagi, memangnya Ernest sudah seperti apa sekarang sampai mau ikut kompetisi disini?
"Disana kau rupa nya," Seorang gadis mungil entah darimana datang dan menghalangi jalan ku, ketika melihat nya aku sangat terkejut, bagaimana bisa dia disini? "Hai, Apa kabar?"
"Ah, hebat." Kata ku, lalu aku melangkah maju sedikit, "aku ada urusan, maaf."
Dia menahan tangan ku, aku terkejut. "how rude?" katanya kecewa. "Apa kau tidak mengenal ku?"
"Aku ingat kau," kata ku cepat, "Maaf, tapi aku sibuk sekali. Para peserta mengarang bebas pasti menunggu ku,"
"Kompteisi itu kan dilakukan disana," katanya sambil menunjuk kebelakang ku. "Lalu kenapa kau berjalan keluar?"
Aku menatapnya sambil terus mencari alasan yang tepat. "Bisa lepaskan tangan ku?" kata ku kemudian, "Aku punya urusan."
"Aku ingin bicara padamu, Cameron."
"Biarkan aku selesaikan urusan ku dulu, kumohon jangan disini."
Tanpa senyuman dan kata perpisahan, aku menarik tangan ku dengan kasar sehingga terlepas dari ggenggaman nya. Lalu berjalan cepat meninggalkan gadis itu, yang masih meneriaki nama ku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Opposites 2 [c.d]
FanfictionErnest seharusnya berhutang budi pada Cameron, cowok yang menyelamatkan nya dipantai dan mati-matian melindungi nya. Bukan nya malah pergi dengan senyuman lebar dan meninggalkan Cameron dengan ancaman bahaya teror telfon yang mengubah diri nya sendi...