19 - Cameron

3.6K 377 28
                                    

⚠LEBIH BAIK BACA FIRST COUPLE CHAPTER FIFTEEN DULU BIAR GAK BINGUNG BUT IT'S OPTION⚠

Kehilangan dirimu sama dengan kehilangan penonton mu --Noel Coward

Cameron’s POV

“Astaga,” kata ku, “Sialan.”

Aku meneliti setiap inci foto yang barusan ia kirim, wajah orang ini sama sekali tidak bisa di tebak karena gambar nya terpotong mulai dari dagu kebawah.

Posisi ia berdiri tepat di depan pintu, dan menghadap ke pintu dan membuat sisi kamar ku terlihat jelas, dan tidak salah lagi, itu memang kamar ku, maksud ku seperti lampu meja, bola Rugby milik Nash di atas kasur nya dan tirai yang setengah terbuka, posisi tirai sekarang dengan yang ada di foto itu jelas sama, dan semua benda persis sama seperti di dalam foto.

Aku mulai berkeringat di bagian leher belakang, dan jantung ku berdetak cepat. Aku belum pernah setakut ini seumur hidup ku, bayangkan saja, dia tau dimana aku berada!

Dia tau nomor telfon baru ku, dia tau rumah ku, dan dia tau letak asrama dan kamar ku dan yang parah, bagaimana dia bisa masuk?

Teropong dan gaya pakaian orang ini sama seperti yang sering muncul meneropong dari sisi jalan kearah kampus kami.

Aku beranjak keluar dengan panik dan nafas yang tidak teratur, aku mencari-cari siapapun yang ku lihat, koridor asrama sangatlah sepi karena semua orang pasti masih sibuk.

Kalau pelaku nya cukup pintar, dia mungkin sudah tidak ada disini lagi, tapi bagaimana bisa orang asing semudah itu keluar masuk kampus? Bagaimana dia bisa masuk?

Kuharap dia tidak cukup pintar, jadi aku berjalan setelah mengunci kamar ku. Rasa takut dan tegang ku mempengaruhi langkah kaki ku yang kini berjalan dengan cepat atau setengah berlari, sampai aku benar-benar berlari.

Tidak ada orang dimana pun.

Lalu aku menuruni tangga dengan cepat sambil berfikir kalau aku pelaku nya, aku akan pergi kemana. Tapi itu tidak membantu, karena aku terlalu panik.

Aku takut dia akan datang lagi suatu hari dan melakukan hal gila yang sulit di tebak.

Aku melihat seseorang dengan rambu gelap ikal berjalan di hadapan ku dan aku langsung mengenali orang itu, "Calum!"

Calum menoleh ke belakang dan tersenyum, "Oh, Hei."

"Kau lihat seseorang lewat?" kata ku cepat dan jelas sekali kalau aku sedang panik, "Orang dengan teropong yang mencurigakan ya ampun atau apa kau lihat orang yang masuk kamar ku atau naik ke lantai 3 di saat semua orang seharus nya tidak disini?"

Calum mengerutkan dahi nya bingung, "Ada apa, bro?"

"Tunggu," aku menatap nya, "Kenapa kau disini? Bukankah seharus nya kau datang ke klub mu atau kelas tambahan?"

"Ah," katanya, "Aku ketiduran. Dan aku melewatkan separuh jam kelas tambahan jadi kurasa aku akan ikut dua kali lipat nanti malam."

Seharus nya aku percaya pada Calum. Tapi ia seperti tidak mengerti dengan apa yang ia bicarakan, membolos dua kali berturut-turut sangat tidak lazim, tapi itu mungkin saja karena dia kan tinggal di Manhattan, berbeda dengan ku yang tinggal 50 langkah dari kampus.

"Jadi, kau betul tidak lihat siapapun?" aku bertanya.

"Yang tadi kau tanyakan hanya orang mencurigakan atau orang berkalung teropong, kan?" Balas Calum, "Aku tidak lihat. yang ku lihat hanyalah beberapa murid yang lalu lalang normal."

Opposites 2 [c.d]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang