22 - Kisah Sedih yang Lain

3.4K 343 19
                                    

Tiada satu pun yang tunggal di dunia, segalanya telah diatur oleh alam semesta, berjumpa dan berbaur dalam satu jiwa---Mengapa kita tidak bersama? --Percy Bysshe Shelley

Ernest's POV

Apa Jack sadar tentang apa yang kemarin dia tanyakan pada ku itu sangat membuat ku terpojok? Jadi dia menyadari kegelisahan diantara kami, kalau begitu aku tidak berhasil menyembunyi kan hal itu.

"Alone?"

Aku menoleh kebalakang, gadis berkuncir satu tersenyum lali duduk di samping ku sambil baca koran sekolah. Seingat ku Erena Hood membenci ku, lantas kenapa dia disini?

"Whoa, tulisan anak baru ini sangat bagus. Kau tau, biasa nya pemula tidak sebaik ini." Kata nya lagi, aku tersenyum.

Aku menghela nafas, "Boleh aku tanya sesuatu?"

"Sure, why not." Balas nya.

"Apa benar kau yang melihat gadis itu?" Aku bertanya.

Erena mengangguk, "Kau sebaik nya lebih teliti."

"Aku tidak mengerti kalau kau bicara seperti itu, Eren."

"Kau tau," dia menutup koran nya,"Aku pernah nonton filem tentang pesulap yang di kejar-kejar polisi karena selalu membuat onar. Polisi ini selalu gagal dalam menangkap pesulap-pesulap yang cerdas nya tidak ketolongan dan Bum! Tebak apa? Ternyata yang menyatukan mereka, para pesulap, adalah si polisi ini sendiri."

Aku terbengong mendengar gadis berwajah lugu didepan ku ini. Lalu aku mengedipkan mata beberapa kali, tertawa kering dan menggeleng, "Aku memang jarang nonton filem, aku tidak paham pesan yang kau sampaikan."

"Begini, aku beri tau kau--"

"Oh, Ernest. Disini kau rupa nya," kami berdua menoleh kebelakang dan itu teman baik ku, Isha, "Ah, Erena Hood, kapten, suatu kehormataan."

Erena tersenyum singkat, lalu ia memutar tubuh nya dan bergegas pergi bersama koran nya, "Hei, ah, permisi, ada telfon masuk. Sampai nanti."

Setelah kapten itu pergi, aku menatap Isha yang juga bingung, "Handphone nya tidak berbunyi?"

"Hei, apa kau lihat Jack?" Tanya Isha kemudian, aku sedikit tercengang, lalu menunduk sambil menggeleng dan membaca novel lagi.

"Kau yakin? Apa kau belum ngobrol dengan nya hari ini?" Dia bertanya lagi.

Aku cuma diam tidak menjawab, dan forasat ku mengatakan Isha bakal marah total dengan sikap ku, tapi bukan aku yang membuat kami bertengkar, itu Jack yang kemarin mengeluarkan unek-unek nya padaku dan aku terima itu semua.

"Oh tolong katakan padaku kalian tidak putus?" Dia memohon. Aku menggeleng.

"Bisa kah kau diam? Ini adalah bagian terseru di seri ini." Aku menegur nya.

Aku mendengar bisik-bisik dan langkah kaki dari luar perpus. Lalu pintu terbuka dan seseorang mengatakan "Terimakasih." Dan seorang gadia membalas "Sama-sama" dan aku kenal gadis itu, Erena Hood, tapi tidak dengan pria yang masuk ke dalam.

Pria ini mengingatkan ku pada Nash.

"Siang," dia tersenyum, "Kau punya waktu? Aku ingin sedikit ngobrol dengan mu."

"Kau serius obat-obatan ini bukan punya mu?" Curtis, pria yang tadi bertanya.

Aku menatap bungkus-bungkus pil hijau berukuran kecil yang tersusun rapih berbaris, dan kotak kardus putih kecil bertuliskan Xanax, dan beberapa bungkus dan botol obat lain nya yang dibungkus plastik bening oleh nya.

Opposites 2 [c.d]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang