17 - Super Galau

4.2K 365 7
                                    

Kesakitan membuat Anda berpikir. Pikiran membuat Anda bijaksana. Kebijaksanaan membuat kita bisa bertahan dalam hidup. --John Pattrick

Nash’s POV

Aku tidak bisa untuk tidak memikirkan hal yang perlahan mengubah gaya hidup Cam akhir-akhir ini walaupun memang aku sendiri yang mengatakan aku tidak akan berurusan lagi dengan dia kalau dia masih seperti ini.

Walaupun aku tau narkoba tidak mungkin masuk ke wilayah kami yang bersih, tapi kalau dia terus-terusan mabuk setiap malam dia tidak akan bisa menyelesaikan tugas kuliah dengan cermat seperti biasanya dan itu membuat ku khawatir.

Aku berbaring di rerumputan halaman kampus di bawah sinar matahari akhir Februari, dengan buku bacaan bahan pelajaran di dada, tapi aku menelfon Mahogany. Di temani Ricky Dillon, teman se-tim yang memainkan bola football nya di samping ku.

“Kalau sedang tidak kuliah, bisa saja kita semua kembali ke New Jersey,” kata Mahogany di telfon, “Sayang sekali kita hanya bisa mengandalkan para orang tua dirumah.”

“Pusing sana-sini. Adakah cara lain agar salah satu dari kita bisa ke New Jer--” Aku berhenti bicara karena secara mendadak ide muncul di kepala ku ketika membayangkan New Jersey, Aku bangkit terduduk membiarkan buku di dada ku jatuh ke tanah, “Matt...”

“Matt dan Ernest tentu bisa ke sana, secara mereka masih sekolah,” balas Mahogany. “Tapi akahkah kita membiarkan kejadian musim panas lalu terulang? Dan yang lebih penting Matt tidak mengerti apa-apa.”

“Ada yang membuat Matt akhir-akhir ini datang ke New York, kemarin malam dia mengantar Cam bersama seorang gadis, lebih tepat nya dia gadis yang pernah menjadi fans berat Cameron semasa sekolah dulu.” Jelas ku, “Dan dia berada di satu sekolah yang sama dengan Ernest, saat ini juga.”

“Wah, sangat kebetulan, bukan?” Mahogany bersemangat.

“Masalah nya aku tidak yakin apakah Ernest mau berbagi dengan orang yang tidak ia kenal dekat, kau tau kan Ernest seperti apa.” Kata ku.

“Aku bisa hubungi Jack untuk membantu proses.” usul Mahogany. “Secara, teman kita ini sudah jadi polisi.”

“Oh, kau tidak perlu repot-repot. Aku sudah hubungi dia, hanya belum mengatakan sisa nya.” Kata ku sambil memungut buku ku yang terjatuh dan meletakan nya di atas pangkuan ku dengan rapih.

“Oke, sampai nanti.”

“dah, salam untuk Jacob.”

Aku mengakhiri panggilan, dan menoleh pada Ricky. “Maaf, dude. Aku sibuk sendiri,” dan dia hanya tertawa sambil bekata “Tidak masalah.”

Seseorang berjalan kearah kami dengan wajah nya yang makin hari makin terlihat berantakan, rambut coklat nya tidak di tata seperti biasa nya, kantung mata hitam mulai terlihat lebih jelas dan mata nya memerah dan menyipit seperti habis menangis, tapi aku tau dia tidak menangis. Cameron berdiri dua meter di menghadap ku dengan tas punggung yang dia tenteng entah kenapa.

“Nash..” kata nya lemah, aku mengangkat dagu untuk melihat nya. “Aku.. Kekurangan uang.”

Awalnya ku kira dia ingin meminta maaf atau apa, tapi kenapa pernyataan nya mengarah pada berhutang?

“Salah mu sendiri menghabiskan uang hanya untuk bersenang-senang. Memang nya apa yang harus kau bayar?” tanya ku kesal. “Makanan, bahan pelajaran dan biaya bulanan sudah lunas semua, Cameron yang tampan.”

“Bukan itu semua,” kata nya makin lemah seolah dia itu mengantuk, lalu dia mengacak-acak rambut nya seperti sangat pusing. “Aku butuh... Butuh... Sabun mandi yang baru. Dan pasta gigi, dan... Sampo baru dan.. Lain-lain.”

Opposites 2 [c.d]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang