28 - Truth

3.2K 342 6
                                    

Dunia ini adalah komedi bagi mereka yang mengandalkan otak dan tragedi bagi mereka yang mengandalkan perasaan. ---Horace Walpole, Earl of Oxford JV

Ernest's POV

Sepasang sepatu ku tergeletak di bawah kursi. Aku duduk di ruang tunggu rumah sakit sambil memeluk kedua kaki ku dan menatap lantai dengan tatapan kosong. Kalau ada orang yang tidak tau apa yang sedang ku cemaskan, mereka pasti mengira aku pasien sakit jiwa.

Kemudian, sepasang sepatu Nike muncul di pandangan ku, aku mendongak.

"Seharusnya kau tidur saja. Operasinya selesai tiga jam lagi." Kata Nash. Lalu ia duduk di samping ku. Aku menurunkan dagu dan terdiam.

"Yasudah," ia menghela nafas. Suaranya memberat, "Kalau tidak mau tidur, mungkin kau bisa baca ini supaya mengantuk?"

Aku melirik tangan nya. Buku biru yang ku berikan untuk Cameron ada di pangkuan nya. Badan ku melemah saat melihat apapun yang mengingatkan ku padanya. Seakan sudah kehabisan air mata, aku tidak menangis.

Nash menyodorkan buku itu sambil mengangkat alis, aku menerima nya dan memandangi buku tersebut. Hal yang pertama ku lakukan, aku mengelus cover nya. Lalu membuka halaman pertama.

Juni. (Maaf aku lupa menulis tanggal)

Kalau saja aku tinggal di New York, aku akan menyusuri nya untuk menemukan mu. Sayangnya aku tidak bisa, mereka tidak membiarkan ku pergi jauh.

29 Juni.

So sad. Padahal aku berharap bisa menjadi bagian sekaligus saksi sejarah tim football Alcippe. Bagaimana dengan mu, Er? Klub apa yang kau ikuti di sekolah?

30 Juni.

Aku tidak menepati janji ku, aku sungguh minta maaf, Er.

Aku memutuskan untuk mengganti nomor ku,bukan karena aku menyepelekan tentang mu yang tidak kujung menelfon, oke? Ada hal lain. Seperti teror telfon yang pernah tidak sengaja kau dengar di rumah sakit waktu itu.

Ku harap kau melupakan itu, karena sudah cukup aku dan Nash yang ambil pusing.

1 Februari.

Er, aku makin khawatir pada mu.

Dimana kamu? Kenapa tidak menelfon juga?

Tadi pagi ibu ku menelfon, harapan ku sih kabar baik.

Tapi rumah kami di bobol habis-habisan. Tidak ada barang yang dicuri, pelaku hanya membuat nya berantakan. Kuharap dua wanita yang paling aku sayang di rumah tidak kenapa-kenapa.

2 Februari.

Aku tidak tau dia perempuan atau laki-laki. Lalu aku juga tidak tau umur nya berapa, apa dia masih sekolah atau sudah bekerja. Aku juga tidak tau seperti apa wajah, warna mata, warna rambut nya.

Tapi dia selalu terlihat di setiap sudut yang berbeda dengan teropong dan jaket bertudung.

3 Februari.

Valentine Tremondous 2 minggu lagi, acara yang paling dinanti-nanti. Selain jatuh nya pada hari valentine, kami punya waktu luang untuk bersantai, seperti kalau acara klub kami selesai, kami bisa istirahat. Karena festival ini di adakan pada hari sabtu, minggu, lalu jumat, sabtu dan minggu. Ku harap SMA mu mendaftar, dan ku harap bisa menemukan mu.

4 Februari.

Telfon teror itu tidak ada lagi. Sungguh melegakan. Aku tidak sering marah akhir-akhir ini. Nash bilang kemajuan yang bagus, tapi tetap saja aku masih mengharapkan telfon dari mu, nona.

Opposites 2 [c.d]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang