12 - Undercontrol

4.1K 376 62
                                    

Saya selalu berpikir bahwa ketika ada sesuatu yang saat ini sangat trendi, itu sudah sangat tua --Ennio Morricone

Cameron’s POV

“Bangun!”

“hmm”

“Cam, Ariana dibawah menunggu mu,”

“mmm”

Lalu suara terompet yang super nyaring berbisik di telinga ku dan aku melompat sambil berteriak karena kaget. Super kaget. “Sialan Nash!” Aku tak sepenuh nya marah tapi wajah ku pasti mengatakan pada Nash yang sekarang terbahak-bahak kalau aku super marah.

Aku menjatuhkan diri kembali ke kasur, lalu mata ku melihat nya. Nash tertawa dengan iPhone di tangan nya. “Kau merekam nya? Sialan kau!”

“Ariana menunggu mu dibawah,” katanya lagi.

“Kompetisi menulis bebasnya sudah selesai kemarin,” balas ku.

“Ya mana ku tau, dia hanya mencari mu.”

“Aku tidak mau keluar. Anak itu mungkin datang lagi,”

Nash terdiam dan tidak membantah. Aku membuka sebelah mata ku untuk melihat nya. Dia sudah lengkap dengan pakaian football dan coreng cat biru merah di pipi nya. Lalu dia mengangkat sebuah bola football.

“Final nya nanti sore.” Kata Nash sebelum dia berlalu.

“Oh ya?” kata ku dengan mata terpejam, “Bagus lah. Kalau begitu aku keluar,”

“Pagi ini pertandingan final tim ku dengan kampus dari L.A,” katanya. "Dia tidak mungkin datang,"

“Anak itu.. Kenapa bisa disini,”

“Ya karena dia ikut kompetisi.” Aku melirik Nash kesal, dia mengedipkan sebelah matanya sambil tertawa dan memakai helm nya. Lalu keluar dari kamar, saat itu juga iPhone ku berdering dan bergetar. Aku meraih nya tanpa bangkit dari kasur dan mengecek siapa yang menelfon.

7512.

“Oh sial,” gumam ku, lalu berteriak sambil melompat dari kasur, “Nash! Nash!”

Ernest’s POV

“Kalau Jack kesini, bagaimana menurut mu?”

Aku menoleh dengan mata melebar pada Isha. “Jangan! Aku tidak mau ibu ku salah paham,” Karena yang ibu tau kami hanya berteman. Ibu sangat tidak suka aku bergaul dengan sembarang anak cowok mengingat masa lalu ku. Kuharap ibu tidak berbuah menjadi seperti ayah, tidak menyukai anak laki-laki. Lalu aku membayangkan ibu ku melahirkan anak laki-laki dan membunuh nya. Oh, jangan sampai itu terjadi.

Tepat saat itu juga Jack menelfon ku, aku mengangkat nya walau agak ragu. Aku masih tidak percaya kami jadian. “Hai,” kata ku ceria. Berusaha menutupi pikiran ku sebenarnya.

Hai,”

“Ada apa?”

Apa boleh aku kesana? Aku tau Isha sedang disana jadi setidaknya orang tua mu tidak berpikir melenceng,

“Itu yang kutakutkan, walau orang tua ku tidak dirumah, Ibu ku masih tidak yakin.. Um,” Aku berfikir bagaimana menyampaikan hal itu pada Jack tanpa menyakiti nya, Jadi aku mengambil keputusan. “Biar aku saja yang kerumah mu,”

“Tidak!” Seru Isha.

Aku menurunkan iPhone ku dan menoleh kearah nya bingung. “Aku sudah jauh-jauh kesini dan kita kembali kerumah ku? Tidak mau.” Katanya. Aku kembali pada Jack di telfon. “Maaf Jack,” kata ku.

Opposites 2 [c.d]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang