Itu bukan gunung didepan yang di daki dan membuat mu turun kebawah, itu adalah kerikil didalam sepatu kamu --Muhammad Ali
❌
Cameron’s POV
Entah tanah yang bergetar dan bergerak, atau aku tidur sambil berjalan.
Aku membuka mata, yang kudapati kaki mulus dengan vans hitam di paha ku, tapi kaki itu berat dan aku sedang duduk di mobil di tengah-tengah keributan dua bocah laki-laki dan perempuan, aku menoleh walau pandangan ku masih buram, Calum tidur pulas dengan kaki yang seenak nya berada di atas paha ku.
“Tapi ibu ku pasti sudah pulang, kalau dia tau Calum mabuk bagaimana?” kata perempuan yang duduk di depan, lalu aku melihat sosok yang menyetir mobil, aku tau dia, aku tau sekali itu Matt. Matt menghentikan mobil nya dan aku sedikit takut mereka bertengkar dan menyuruh gadis itu keluar, tapi ketika aku melihat ke luar jendela, Nash berjalan dan membuka pintu mobil di bagian aku duduk.
Dia tidak bicara apapun, hanya membantu ku keluar dari mobil. Tidak ada yang bicara apapun selain suara Calum yang mengorok keras-keras.
Sampai Nash menutup pintu, dan membungkuk, “Thanks, bro. Kapan-kapan mampir lagi, oke?”
“Kalau buat mengantar dia, sepertinya enggak deh.” balas Matt. “Sepertinya malam mu berat, Nash. Semangat!”
Nash tertawa pendek, “Hati-hati di jalan,” katanya. Dan Matt melambai lalu membawa mobilnya melaju di tengah lampu malam kota. Aku dibantu Nash masuk ke asrama dan berbaring di ranjang ku, walau aku masih sangat kikuk.
-
“Aku lelah memberi tau mu,” kata Nash kemudian. “Terserah kau saja sekarang.”
“Tidak usah diberi tau, aku punya jalan ku sendiri, oke?” bentak ku sambil berbaring dan mengusap wajah ku.
“Besok-besok, aku tidak akan ada di depan gerbang kampus menunggu sampai larut malam dan menggotong mu ke asrama, ini yang terakhir.”
“Aku juga tidak minta! Sudahlah, jangan membuat ku makin pusing!”
Ernest’s POV
Aku meng-google nama Mike, tidak ada informasi yang bisa kudapat dari Google, tidak seperti bila aku meng-google nama ayah ku, artinya Mike bukan orang yang terkenal, Mike bisa saja hanya seorang preman atau semacam nya dan bukan anggota tentara negara.
Pintu kamar ku terbuka dana ku tersentak kaget, aku menatap wanita 40 tahunan yang berdiri di ambang pintu, “Oh bu, kumohon ketuk pintu dulu,”
“Kenapa belum tidur?” Kata nya tegas, “Besok bukan hari libur kan?”
“Um, bu.” Aku bangun dan duduk di atas kasur, “Aku... Ingin tanya sesuatu,”
Ibu ku menutup pintu dan mendekat, lalu ia duduk di pinggir kasur menghadap wajah ku yang di sinari cahaya laptop.
“Ibu sudah dengar tentang keluarga Dallas?” tanya ku. Ibu ku menatap ku sebentar, menghela nafas dan menatap lantai. Dramatis, pasti dia sudah dengar.
“Ya, itu ada di berita TV.” katanya. “Kau penasaran siapa yang melakukan nya?”
“Apa aku terdengar seperti itu?”
Ibu ku tertawa kecil, lalu menepuk kepala ku.
“Serahkan semua nya pada pihak yang lebih mengerti, kita tidak bisa berbuat apa-apa.”
“Kemarin dua cowok New Jersey itu mengajak ku bicara, Mahogany juga disana.” Kata ku, dan ibu ku terlihat cukup terkesan dan tertarik, “Seberapa itu sangat serius kan? Awal nya mereka kira anak kesayangan Will lah pelaku nya, tapi bla bla bla itu mengarah pada Mike.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Opposites 2 [c.d]
FanfictionErnest seharusnya berhutang budi pada Cameron, cowok yang menyelamatkan nya dipantai dan mati-matian melindungi nya. Bukan nya malah pergi dengan senyuman lebar dan meninggalkan Cameron dengan ancaman bahaya teror telfon yang mengubah diri nya sendi...