Harus Bahasa Baku, Ya? (Rant)

832 92 18
                                    

Sering aku dapat pertanyaan semacam judul part ini. Atau waktu aku bilang, "Ada beberapa kata di cerita kamu yang enggak dalam bentuk baku, Say." Lalu mereka menjawab, "Cerita ini memang enggak pakai bahasa baku, Kak." Terus seperti itu sampai aku gemas dibuatnya.

Pertama-tama, aku mau kasih tahu kalau "bahasa baku" dan "bahasa formal" itu beda, ya. Bahasa baku belum tentu formal, tapi bahasa formal pasti bentuknya baku.

Bahasa baku : "enggak", bukan "nggak"; "cowok", bukan "cowo".

Bahasa formal : "tidak", bukan "enggak"; "laki-laki", bukan "cowok".

Kira-kira, contohnya semacam itu. Jadi, ya, bahasa baku itu kata-kata bahasa Indonesia yang ada dalam KBBI V. Sedangkan bahasa formal itu bahasa yang biasa digunakan di surat-surat formal dan pembicaraan formal. Get it?

Kalau sudah, mari kembali ke topik pembicaraan.

Harus, ya, pakai bahasa baku? Harus pakai banget menurutku. Kalaupun terpaksa enggak pakai bahasa baku--untuk menonjolkan hal lain dalam cerita misalnya--please, tetap berpegang pada aturan. Hurufnya dimiringkan maksudku, seperti aturan dalam PUEBI kalau bahasa yang enggak ada di KBBI--bahasa asing--harus dicetak miring.

Kenapa aku hampir mengharuskan--setidaknya untuk diriku sendiri--memakai bahasa baku? Karena penulis itu enggak asal menulis apa yang dia pikirkan. Penulis punya tanggung jawab yang sangat besar, termasuk apa yang ditimbulkan cerita dia di masyarakat luas dan ... mendorong orang awam untuk lebih mengenal bahasa kita.

Kalian kira enggak penting, ya, kita pakai bahasa baku atau enggak? Toh yang baca banyak, yang suka bisa bikin pusing kalau dihitung satu-satu.

Menurutku pribadi--entah kalian--hal itu sangat penting. Bayangkan kalau kalian pakai bahasa yang enggak baku terus dan yang baca banyak banget. Bukan, bukan sekadar hujatan yang kalian dapat. Hujatan, mah, yang baik pun dapat juga. Tapi malah hal yang lebih besar--kalian membantu melunturkan bahasa Indonesia.

Saat nanti pembaca-pembaca kalian ditanya tentang pengetahuan bahasa, mereka bisa jadi menggunakan bahasa dalam novel kalian sebagai acuan. Padahal ... zonk. Lalu nanti lama-lama, pengetahuan bahasa Indonesia yang baik dan benar akan musnah tak bersisa. Karena ... toh siapa lagi yang harus melestarikan budaya bangsa kalau bukan kita? Dan kalau kita pun mengabaikannya, siap-siap say goodbye sama urusan surat-menyurat resmi, ya. Siap-siap surat lamaran kerjanya dilempar sembarangan hanya karena meremehkan bahasa baku.

Dunia TintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang