Tokoh Cetar (Tips)

5.1K 561 108
                                    

Ada, enggak, dari kalian yang merasa susah dalam menonjolkan karakter si tokoh utama? Atau malah bingung memunculkan beberapa figuran yang malah terkesan "mubazir" karena enggak banyak kasih pengaruh dalam cerita?

Nah, kita bahas satu-satu dulu, ya!

Begini, nih. Dalam menulis cerita, tentu kita HARUS bikin satu tokoh yang benar-benar jadi center-nya perhatian pembaca. Itu MUTLAK hukumnya. Kalau enggak ada satu pemeran utama yang lebih kuat karakternya, pasti pembaca bingung mau ngasih simpatinya ke siapa.

Contoh, pembaca sudah simpati sama tokoh A. Eh, muncul tokoh B yang perannya juga enggak kalah penting. Tapi pas pembaca sudah simpati sama tokoh B, ada lagi tokoh C yang punya peran yang sama pentingnya. Nah, kalau begitu, dijamin semua orang yang baca pasti bingung.

So, dengan kata lain, kita juga enggak bisa bikin cerita yang semua tokohnya punya karakter yang sama-sama kuat dan peran yang sama-sama penting.

Contohnya film "Me Before You" yang berasal dari novel karangan Jojo Moyes. Kalau dilihat sekilas, tentu kita nyangka kalau peran Louisa sama Will itu sama-sama penting. Tapi kalau ditonton dan diresapi, kita bakal tahu kalo pemeran utama dari yang utamanya itu Louisa Clark, karena dia yang punya tujuan, konflik, dan resolusi yang jadi central di cerita itu.

Jadi, yup, tokoh utama bisa diartikan sebagai tokoh yang punya tujuan dan resolusi, lalu berbenturan membentuk konflik, yang jadi permasalahan utama yang dibahas dalam cerita.

Terus, bagaimana cara bikin karakter yang benar-benar bikin pembaca bisa merasa 'gereget'?

1. Kalian bisa ciptakan rintangan seberat-beratnya buat mencapai tujuan si tokoh utama ini, supaya melalui usaha-usahanya dalam mencapai tujuan, pembaca ikut hanyut sama jalannya cerita.

Contohnya kalian mau bikin tujuan si tokoh utama itu jadi dokter anak, kalian bisa bikin si tokoh itu phobia sama anak kecil. Jadi, nanti tinggal kita buat aja usaha-usahanya dia dalam ngelawan phobia-nya itu, sampai tujuannya tercapai (kalau kita mau buat happy ending).

2. Buat watak tokoh kalian kuat, enggak mencla-mencle.

Okay, kalian boleh buat perubahan watak karakter kalian, dengan catatan HARUS menceritakan penyebab kuat dari perubahan tersebut, atau proses perubahan yang ENGGAK MENDADAK.

Lucu, lo, kalo hari ini tokoh kalian wataknya tegas, besok jadi childish ke orang yang sama, tanpa penyebab yang jelas.

3. Buat adegan "nyes" yang bikin pembaca makin menaruh simpati sama tokoh kalian.

Begini, misalnya tokoh utama kalian itu seorang psikopat. Nah, kalian harus dong, menampilkan kekejaman si tokoh melalui serangkaian pembunuhan yang dia lakukan? Tapi, kalian juga musti buat salah satu adegan yang bikin pembaca paham kenapa dia jadi psikopat, atau malah dapat simpati pembaca gara-gara rintangan yang dikasih si antagonis.

4. Buat konflik yang sesedikit mungkin, tapi efeknya sebesar mungkin.

Jadi maksudnya, kalian enggak perlu kasih puluhan konflik ke dalam cerita. Kalo begitu, mah, pembaca bisa geleng-geleng kepala gara-gara pusing, wkwk....

Kalian bisa cuma bikin satu konflik, tapi konflik itu besar banget, sampai efeknya buat si tokoh juga sangat amat besar.

Dan yang paling penting (kata-kata ini aku dapet dari internet); "Jika karakter utama baik-baik saja, maka pembaca tidak akan merasa baik-baik saja. Maka, untuk membuat pembaca merasa baik-baik saja, pastikan karakter utama merasa tidak baik-baik saja."

Untuk masalah antagonis, usahakan buat tokoh itu sekejam mungkin, selicik mungkin, sejahat mungkin, atau sejelek mungkin, biar pembaca geregetnya enggak setengah-setengah.

Untuk figuran, seharusnya kita bisa memilah-milah peran yang perlu dibuang dan enggak. Begini, semua tokoh dalam cerita (kecuali tokoh utama) perannya cuma 2; MEMBANTU tokoh utama meraih tujuan atau MENGHAMBAT tokoh utama meraih tujuan.

So, kalau tokoh figuran yang kalian ciptakan cuma ngobrol-ngobrol gaje sama tokoh utama (enggak menyangkut konflik sama sekali), kalian WAJIB menghilangkan tokoh itu, biar pembaca enggak merasa "dipermainkan" dalam percakapan enggak jelas antara si figuran sama si protagonis.

Karena sekali lagi, kebanyakan figuran bisa bikin pembaca bingung.

5. MINIMALISIR sebisa mungkin untuk menghakimi si A baik dan si B jahat, karena itu bisa bikin pembaca kurang penasaran.

Sebaiknya, menyebutkan karakter tokoh itu dihilangkan kalau enggak benar-benar terdesak. Cukup gambarkan pakai dialognya, dialog lawan bicara, atau tata lakunya.

Contoh:

❄Lyvonne jahat. Dia memang jahat dan tak memiliki perasaan.

❄Lyvonne membunuh orang itu tanpa ditudungi rasa kasihan sedikit pun. Tawanya malah makin keras mengudara tiap kali teriakan sang korban terdengar. Karena hal semacam itu adalah hiburan bagi Lyvonne, bukan satu hal yang patut untuk diberi rasa kasih sebagai sesama manusia--apalagi duka.

Nah, dari dua contoh di atas, mana yang lebih menarik? Menurutku, sih, yang nomor dua😄

6. Buat penggambaran fisik tokoh secara berselang, bukan langsung tancap gas.

Maksudnya, penggambaran tokoh yang langsung disebutin semua dalam sekali tayang itu bikin bosan. Percaya, deh, bahkan aku selalu skip bagian-bagian seperti itu kalau menemukan.

Dan ujung-ujungnya?

Gambaran yang mau kalian sampaikan enggak tersampaikan sama sekali. Penggambaran tokoh dalam benak pembaca jadi abstrak, terlalu jauh buat bisa dibayangkan.

Solusinya?

Kalian bisa selipkan penggambaran tersebut dengan dialog atau memenggalnya menjadi beberapa bagian dalam lain bab atau babak.

Contoh:

❄Lyvonne memiliki rambut berwarna merah dan kulit putih khas orang Belanda. Maniknya berwarna hijau. Tingginya sedang. Dia selalu memakai jaket dan celana jins.

❄Rambut merah Lyvonne ikut berkibar bersama angin musim dingin yang membekukan.

"Apakah kau kelahiran Belanda?" tanya orang di sampingnya.

Ya, kadang Lyvonne juga berpikiran seperti itu. Karena wajahnya sangat mirip dengan tipe-tipe wajah Belanda--memiliki kulit berwarna putih khas Belanda, juga manik hijau yang khas pula.

7. Yang terakhir tapi yang terpenting, JANGAN PERNAH deskripsikan seluruh hal yang ada dalam tokoh di chapter awal cerita.

Kenapa?
Karena jujur, ini bikin pembaca mual. Belum apa-apa sudah dijejali sama hal sebanyak itu. Non-sense banget kalau menurutku.

Contoh:

Vani adalah orang yang kejam. Dia tak bisa melewati satu hari pun tanpa membunuh. Dia akan selalu membunuh, bahkan hingga akhir hidupnya kelak. Dia adalah anak pertama dari dua bersaudara. Ayahnya bernama Thompson--seorang CEO kenamaan di perusahaan bidang properti Amerika. Ibunya adalah Sarah--ibu rumah tangga biasa yang sangat ramah dan berjiwa keibuan tinggi. Adiknya bernama Nani, yang sekarang telah duduk di bangku kelas 2 SD. Namun meski memiliki keluarga yang utuh, hidupnya tak pernah jauh-jauh dari membunuh. Dia memang terlihat ceria seperti anak-anak seumurannya. Pasti tak akan ada yang menyangka bahwa Vani adalah seorang pembunuh.

Nah, bagaimana menurut kalian? Fix, aku saja yang mengetik pengin muntah😂

Ok, kupikir ini sudah cukup.
Ada tambahan?

Semoga membantu😄

Sumber: beberapa referensi dari internet

Dunia TintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang