Mengapa tidak bisa berpikir sederhana?
Tentang satu tambah satu menjadi dua
Tentang cinta adalah perasaan suci dua orang manusia
Tentang hari raya adalah momen bahagia
Mengapa tidak bisa berpikir cukup terbuka?
Tentang bagaimana cara menyapa
Tentang bagaimana menghormati tawa
Tentang bagaimana memulai percakapan dengan saudara
Mengapa tidak berpikir luas dan mulai membaca berita?
Aku bahkan tak tahu, tentang dimulainya piala dunia
Tentang bagaimana Mamang bakso membicarakannya
Sementara aku hanya, menatap mangkuk, dan bergumam,
"Memangnya piala dunia kapan mulainya?"
Mengapa tidak tidur tepat pada waktunya?
Mengapa meminum kopi tiga gelas sebelum waktu Zuhur tiba?
Mengapa mengunci pintu kamar ketika hari raya?
Mengapa kau doyan sekali menyendiri, menulis, merana?
Mengapa tak pergi berjalan-jalan?
Sekadar membeli ikan cupang atau tidur di tengah jalan
Sekadar membunuh mimpi semalam, tentang dia yang kau nantikan
Tentang khayalan pernikahan yang membuatmu gila, tersambar harapan
Mengapa pikiran kotor datang meracun, tak pulang mati perlahan?
Mungkinkah sampai habis puisi ini terbang menyapa hati nan kesepian
Sampai jumpa para perasaan
Yang membayar hati untuk sekadar tertawan
Achmad Aditya Avery
(Pandeglang, 16 Juni 2018)
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Sepi, Posesif, dan Pikiran Kotorku
PoetryTulisan ini, diawali dengan dia, dibumbui oleh cinta yang berlebihan, dilindungi oleh asa yang semu akan masa depan bersamanya. Tulisan ini, tidak hanya menceritakan dia, aku tahu itu, tapi karena dia, puisi -puisi ini bermula. Beberapa di antaranya...