Episode 6 - Membunuh Shaneila

33 5 2
                                    

Di persimpangan jalan

Antara Hutan Sepi dan Jurang Ketidakpastian

Shaneila berdiri, menatapku, penuh kekecewaan

"Aku selalu tahu apa yang kau pikirkan," ucapnya pelan


Dia mengalihkan pandangan

Lalu berjalan

Menuju Jurang Ketidakpastian

Dan kulihat, semua makhluk menatap kami heran


Kucing bertelinga kelinci yang sedang bermain catur

Awan setengah baya yang sedang menikmati kopi pagi

Pepohonan yang sedang bermain petak umpet

Semua kembali menghadapi hampa, bengong tiba-tiba


Sepasang sepatu yang kembali kasmaran

Karena sebulan lalu salah satunya terjatuh di empang

Hingga seorang kupu-kupu bersayap kelelawar datang menemukan

Mereka kembali lupa setiap kenang


Senandung katak dan tarian buaya taring lunak, pelipur lara

Kini, sang katak mati diterkam buaya, tak bersuara

Boneka beruang raksasa yang biasa memeluk lembut dan suka menyapa

Kini melukai pun memakan setiap makhluk di hadapannya


Buku tentang ruang imaji

Yang dipeluk Shaneila kini

Terbakar seiring embus napas yang semakin berat lalu berhenti

Seiring kulihat, dadanya tertancap kayu runcing yang dipegang tangan ini


Dia (Shaneila) tersenyum tenang

Hanya tersenyum tenang

Menatap langit magenta yang perlahan menghilang

Ruang imaji, kembali menjadi kamar sepi tanpa tenang


Achmad Aditya Avery

(Kamar Sepi Tanpa Tenang, 16 Juli 2018)

Tentang Sepi, Posesif, dan Pikiran KotorkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang