Shaneila, dia tersenyum, bicara
"Maukah kau kembali ke sana, sekadar berkencan?"
Tanyaku, "Di mana?"
Dia menjawab, "Tempat kau menghibur wanita yang kau sebut, Lautan."
Aku mengangguk, setuju setengah enggan
Sekejap dinding memutih, Shaneila mengulurkan tangan
Kita pergi ke salah satu sisi, jumpai hutan
Sebuah boneka beruang kembali datang, menyapa bak kawan
"Apa kabar? Kau jadi penyuka sepi sekarang?"
"Dan lihat, siapa gadis yang kau bawa hari ini, dasar kadal menyebalkan!"
"Aku, Shaneila, yang membawanya, Tuan Beruang."
"Kau dengar sendiri kan?"
Dunia imaji, kini begitu sepi
Semenjak dia pergi dan selesaikan skripsi
Buaya bergigi bantal itu tak lagi mendatangi
Katak pun tiada lagi bermain drama, apalagi bernyanyi
"Bagaimana kau bisa kembali ke sini?"
Masih dengan puisi
"Sudah berapa lama kau bertemu gadis itu, Wahai Seruput Sepi?"
Baru kemarin, lalu dia datang lagi hari ini
"Shaneila ya, sebenarnya dia sudah lama di hidupmu bukan?
Sekolah Menengah Atas, kau sudah memberikannya nama
Kau ini terkena candu dari kesepian?"
Sepertinya
Shaneila memanggil, kami tidak berkencan
"Selamat menikmati perjalanan!"
Achmad Aditya Avery
(Ruang Imaji, 24 Juni 2018)
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Sepi, Posesif, dan Pikiran Kotorku
PoetryTulisan ini, diawali dengan dia, dibumbui oleh cinta yang berlebihan, dilindungi oleh asa yang semu akan masa depan bersamanya. Tulisan ini, tidak hanya menceritakan dia, aku tahu itu, tapi karena dia, puisi -puisi ini bermula. Beberapa di antaranya...