14

7.9K 840 98
                                    

happy reading

baca bacotan di bawah y.

.

Yoongi meminta izin ke toilet pada saat jam pelajaran terakhir. Padahal dia pergi ke kelas Jimin. Ia terpaksa berbohong pada Pak Seungri demi dapat menemui Jimin. Matanya mengintip lewat jendela, dilihatnya kelas Jimin masih pelajarannya Bu Dara. Kemudian dia melihat Jimin sedang sibuk mencatat dengan raut wajah sendu. Pemuda itu sepertinya tidak fokus mencatat. Tatapannya kosong dan tangannya bergerak acak di atas bukunya. Mata Jimin terlihat sedikit bengkak kemerahan.

Hati Yoongi tercubit sakit melihat ekspresi sedih Jimin. Ia sangat menyesal telah membuat Jimin menangis. Berulang kali dia merutuki betapa bodohnya dirinya sendiri. Yoongi terbiasa berbuat kasar jika sedang emosi. Maka dari itu dia refleks memukul tangan Jimin. Jiwa berandal sudah melekat dalam dirinya. Karena jiwa berandal itu Yoongi sampai melukai orang yang dicintainya.

Akhirnya Yoongi memilih untuk berdiri menunggu sampai bel pulang sekolah dibunyikan. Bel pulang sekolah dibunyikan tujuh menit lagi. Sisa waktu itu digunakan Yoongi untuk berpikir bagaimana cara meminta maaf pada Jimin nanti. Jimin pasti tidak mau bertemu dengannya setelah ini. Lalu, apakah Yoongi harus menyeretnya? Sibuk berpikir, hingga suara bel nyaring membuat Yoongi terkejut.

Siswa kelas XI IPA 2 mulai berhamburan keluar dari kelas. Manik gelap Yoongi langsung meneliti apakah Jimin sudah keluar. Setelah semua siswa/i keluar, barulah Jimin keluar dengan wajah menunduk. Ternyata Jimin ditemani Jihoon, Seokjin, Daehwi, dan Wonwoo. Yoongi berjalan menghampiri lima uke itu.

"Ehem, permisi? Gue boleh pinjem Jimin sebentar?" tanya Yoongi berusaha ramah.

Jimin tiba-tiba meremas tangan Seokjin. Hal itu membuat Seokjin menatap teman-temannya seolah meminta tanggapan. Namun, Seokjin malah dibuat bingung dengan tanggapan yang berbeda dari teman-temannya. Jihoon menggeleng, Daehwi mengangguk, sedangkan Wonwoo mengendikkan bahu.

"Jimin, please? Sebentar aja," mohon Yoongi.

Jimin menghela napas, "kalian duluan aja." suruhnya.

"Tapi, Jim-" Jimin mengangguk yakin pada Jihoon.

"Ya udah, kita duluan ya chim? Ayo, Hoon!" Daehwi menarik tangan Jihoon yang sedikit memberontak, namun akhirnya menurut saja.

"Heh, oncom! Ntar kalo dia nyakitin chim lagi gimana?!" ujar Jihoon ketika sudah jauh dari Yoongi dan Jimin.

Daehwi mendengus, "denger ya, jengkol! Mereka butuh waktu buat berdua. Kak Yoongi ga akan nyakitin chim lagi, gue jamin. Kak Yoongi pasti mau minta maaf dan jelasin sesuatu sama Jimin. Udahlah, lo tenang aja!"

"Iya, Kak Yoongi ga akan nyakitin Jimin lagi kok. Gue kenal dia." timpal Seokjin setuju.

"Ah elah, mereka belom jadian aja udah ribut. Apalagi ntar kalo jadian?!" sahut Wonwoo menggeleng heran.

"Aish! Gue ga akan diem aja kalo Kak Yoongi nyakitin Jimin lagi!" ucap Jihoon.

"Emang lo berani sama Kak Yoongi?" ejek Daehwi.

Jihoon menggeleng lesu.

"Yeu, dasar upil miper!" Jihoon hanya pasrah ketika teman-temannya menjitak dahinya.

•••

Sedari tadi Jimin hanya menunduk tak bersuara di dalam mobil yang dikendarai Yoongi. Ia sebenarnya masih kecewa pada kakak kelasnya itu. Namun, dia merasa masalah ini harus selesai. Maka dari itu dia memilih menurut saja saat Yoongi menggandeng tangannya dengan lembut membawanya pergi.

smirk ✧ yoonmin [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang