11 : i need all

323 49 13
                                    

Cowo itu kayak eskrim rasa coklat kacang : dingin ngacangin, manis nyakitin.

-Bintang

***

Bel pulang berbunyi, sontak membuat geger seantero sekolah. Aku pun mulai berkemas membereskan barang barang, memasukan nya kedalam tas ku. Setiap sudut ku pandangi takut takut ada satu atau dua barang yang tertinggal. Aku memang seorang yang ceroboh tapi karena kecerobohan itu mengharuskan ku menjadi orang yang lebih teliti lagi.

Pernah sekali waktu ponsel ku tertinggal di kelas, aku berusaha tidak memberitahu mama karena aku tahu jika mama sampai tahu juga, tamat sudah.
Tapi akhirnya mama tahu, karena terpaksa ku beri tahu, tak mungkin aku membiarkan ponsel ku lama lama sendirian di kelas yang kosong sepi dan tak berpenghuni semalaman. Kalau tidak kedinginan bisa ilang diembat setan atau orang yang kelakuan nya kaya setan. Eh.

Akhirnya papa yang repot, pulang kerja harus langsung nganter aku ke sekolah, mama juga jadi repot harus ngomel ngomelin aku terus, dan aku pun lebih repot ngedenger omelan mama dan melihat muka bt papa. double shit!

“Bi udah beres?” Tanya seseorang yang tengah menghampiriku seraya memamerkan sederet gigi putih nya.

“Belum, lo gak liat?” Jawab caca sinis. Manusia ini memang jarang banget akur dengan Dafa, walau kami sudah sering menghabiskan waktu bersama.

“Apaan si, gue nanya sama tuan putri yang cantik jelita bukan sama lo.” Ucap Dafa menambah panas suasana. Ia memang selalu berlebihan, dan tidak mau kalah jika ditandingkan dengan Caca.
Mereka berdua sama sama keras kepala.

Caca hanya memutar bola mata malas. Dan berkata, “hah? Dan maksud lo, lo ngarep jadi pangeran nya gitu?” dengan nada nyolot nya.

“Gue gak ngarep, emang gue udah jadi pangeran nya.” Timpal Dafa tidak mau kalah, memang Caca dan Dafa itu seperti kucing dan anjing. Terserah kalian, mau nganggap yang mana yang lebih anjing. Eh.

“Gue juga putri kali.”

“Puteri apa? Puteri kodok?” Dafa tertawa meledak ledak karena ucapan nya sendiri, yang menurut ku sangat jang-krik krik krik.

“Dan lo pangeran keong, udah selesai,” ucap ku berusaha menghentikan perdebatan mereka yang sangat sangat amat tidak penting. Sedari tadi, aku hanya mendengarkan ocehan dan perdebatan yang tidak bisa disebut kecil antara Dafa dan Caca itu.

“Dih amit amit.” Timpal mereka berdua serentak

“Tuh kan kalian cocok.” Ujar ku, yang lalu berusaha pergi namun harus mengusir ngusir Caca terlebih dulu, agar segera keluar dari bangku karena menghalangi jalan ku. Jalan sang wanita yang mood nya sedang turun naik dan meluncur.

“Eh kalian kenapa sih ribut banget, baru ditinggal ke WC aja kita udah ketinggalan ya gak Tel?” Ujar, Elma yang baru saja datang dari kewajiban nya menyetor kepada alam. Diantar Stela, yang sedari tadi enggan jauh jauh dari Elma karena takut tidak diberi tumpangan.

“Pliss deh El jangan panggil gue Tel, gak enak di denger tahu.” Protes Stela

“Ya maaf, lagian apa salah nya? Di nama lo emang ada kata Tel kan?” Elma membela diri.

“Ya jelas salah,” Ucap Stela tidak terima.

“Terus gue harus panggil apa nona Stela?”

“Har-“

Belum sempat menyelesaikan ucapan nya, aku keburu naik darah dan segera mengakhiri obrolan yang aku pikir tidak penting ini.

“Aduh … mereka debat, kalian datang datang debat, ada apa sih sebenernya sama hari ini hah?”
“Minggir gue mau pulang.” Usirku kepada mereka Karena sudah terlanjur naik darah.

SOMEDAY [completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang