“Apa kamu mau jadi ... pacar aku?"Saat ini aku benar benar terkejut. Terkejut sepenuhnya. Aku membulatkan mataku, mulut ku sedikit menganga dan detik selanjutnya ku tutup mulutku dengan telapak tangan ku.
Masih tak percaya, seberapa pun keras nya aku mencoba percaya tapi rasa nya tetap sulit. Kalau saja aku sudah tidak punya rasa malu, ingin rasa nya aku mencubit pipi ku sendiri untuk memastikan ini bukan mimpi indah di siang bolong yang kemudian menjadi kenyataan yang buruk.
“A-apa?”
“Plis jangan minta pengulangan. Rasa nya yang pertama aja udah sulit buat aku.”
“Tapi aku takut salah denger.” Ucapku sejujur jujurnya, sembari memegangi telingaku takut takut ada sesuatu yang menyumbat hingga membuat ku salah mendengar.
“Yang kamu denger apa?”
“Pacar?” Tanya ku sembari menaikan kedua alis ku.
“Iya.” Jawaban yang singkat tapi bermakna sangat luar biasa.
Lagi lagi aku diam, bingung harus mengeluarkan kata kata atau kalimat seperti apa.
“Kenapa kamu diem? Jadi gimana, apa kamu mau?”
“Tapi kita masih-“
“Asing?”
“Iya. Aku belum tahu banyak tentang Kakak. Begitu juga sebaliknya.”
“Iya aku paham, justru karena itu aku ingin lebih mengenal mu. Aku ingin tahu apa yang kamu suka dan enggak. Kalau kamu mau, kita bisa mulai semua itu nanti.” Ia tersenyum, begitu manis dan hangat ditengah tengah cuaca yang sepertinya akan hujan ini.
“Hujan?” Pikirku dalam hati.
Aku masih diam. Pikiran ku sudah mulai tidak fokus. Bimbang memikirkan jawaban yang akan aku berikan dan hujan yang sepertinya sebentar lagi akan mulai turun.
“Aku takut ada orang lain yang menyukaimu. Aku gak mau itu sampai terjadi Bintang, walaupun sekarang kita masih terasa asing, tapi seiring berjalan nya waktu semua akan berubah. Yang penting kita punya rasa yang sama dulu. Aku tahu pasti kita sama sama punya kekurangan dan aku yakin kita bisa saling melengkapi nya.” Ungkap nya panjang kali lebar sama dengan Luas.
“A-aku butuh waktu buat berfikir dulu Kak,” Aku tersenyum, mencoba menetralkan perasaan ku yang mulai berkecambuk.
“Boleh.” Ia mengangguk setuju. “Aku kasih kamu waktu 1 x 24 jam. Kalau dalam waktu itu kamu belum juga jawab atau telat, aku anggap kamu terima aku.” Lanjut nya, sukses membuat ku bingung harus merespond nya seperti apa.
“Lho, tap-“
“Dimulai dari sekarang ya Bi.” Potong nya. “Aku udah pasang alarm, dengan jam yang sama kayak sekarang.” Ia mengambil ponsel nya dari atas meja, mengotak ngatik lalu menunjukan nya kepada ku.
“Sekarang kita pulang yuk, udah mau ujan.”
Aku hanya mengangguk setuju.
“Aku bayar dulu bentar ya Bi.” Ia pergi ke kasir untuk membayar semua nya. Iya, semua. Termasuk makanan pesanan ku.
Aku hanya mengangguk, lalu tersenyum.
***
Aku sudah kembali ke rumah, dengan membawa beban yang harus segera ku pikirkan untuk jawaban besok. Kak Algi mengantar ku pulang sampai ke rumah dengan selamat. Tak lupa saat aku turun dari motor nya, ia memperingatkan ku agar tidak lupa dengan jawaban ku atas pertanyaan nya. Eh ralat atas ancaman nya menjadikan ku pacar hanya dengan diberi waktu berfikir 1x24 jam.
KAMU SEDANG MEMBACA
SOMEDAY [completed]
Teen Fiction"Karena lo itu bintang gue, dan gue bulan lo. Kita akan selalu seperti bulan dan bintang yang selalu bersama menghiasi langit malam, walaupun dikala siang mereka menghilang, mereka akan hilang bersamaan."