06 : Alien?

430 70 21
                                    

Aku hanya tidak ingin kamu menjadi mimpi indah ku. Karena, mimpi indah akan menjadi buruk ketika kita terbangun dan tersadar bahwa itu hanyalah sebuah 'mimpi.

-Bintang

***

Orang orang benar, kamar adalah tempat ternyaman. Apa pun kondisi nya, kamar adalah tempat kita untuk pulang. Kamar adalah saksi bisu atas semua hal yang kita alami, senang atau sedih semua nya tertumpah ruah diruang ini.

Aku memandangi setiap sudut kamar ku. Sekarang bosan yang aku rasakan, setiap malam pun mungkin selalu dipenuhi kebosanan tapi kali ini beda, BENAR BENAR BOSAN.

Satu hal yang bukan kebiasaan ku adalah menonton tv bersama keluarga, entah kenapa aku tidak tertarik dengan yang nama nya televisi. Kadang sih mamah suka ngomel, “kali kali nonton bareng kenapa sih?” Tapi mungkin lama kelamaan mamah cape dan bosen ngomel terus dan akhirnya aku dibebasin deh diem dikamar, semauku.

“ponsel gue dimana ya.” aku sibuk mencari ponsel yang entah dimana ku simpan.

“Yaelah sejak kapan ponsel gue ada disini.” Aku pun mengambil ponsel ku, yang entah sejak kapan berada dibawah kaki ku.

Menurut ku ponsel bukan segalanya, yang segalanya itu isi yang ada di ponsel itu. jadi kadang aku suka lupa, soalnya isi nya gak terlalu berarti, kecuali sahabat yang munculnya kadang kadang.

Ku buka ponsel ku, ku masukan password dan kunyalakan data. Ku lihat ada 5 notif panggilan tak terjawab dan nomor nya tidak dikenal.

Aku pun kembali meletakan ponsel ku diatas nakas, tentang orang yang menelpon ku itu, aku tidak terlalu peduli. Aku kembali membaringkan tubuhku di tempat tidur.

Hingga beberapa saat, ponsel ku bergetar

“Nomor ini lagi.” Tanpa pikir panjang aku pun menjawab nya.

“Hallo,” ucap ku pada seseorang disebrang sana yang entah siapa.

“Hallo Bi,” terdengar suara diujung sana.

“Dia tau nama gue” batin ku

“Lo siapa?” Tanyaku ketus

“Moon,” ucapnya

“Moon?” Pikirku dalam hati, sembari menerka nerka siapa sebenarnya orang itu.

“Siapa sih lo? Alien? yang bener, atau gue tutup!” ancam ku pada seseorang yang masih belum aku ketahui siapa.

“D” Ucapnya sok misterius.

“D?”

“Iya”

“Dafa?” Entah kenapa, mendengar inisial itu aku langsung teringat satu nama.

“100 buat lo, wah lo lagi mikirin gue ya … sampe sampe gue kasih tau D doang , lo langsung inget nama gue"

“Apaan sih lo, PD lo ketinggian tau gak?!” Sekarang aku tahu, siapa lagi yang punya kelakuan aneh, kalau bukan Dafa.

“Yaelah ngaku aja deh Bi.”

aku hanya terdiam, tidak peduli dengan ucapannya.

“Bintang lo lagi dimana?” Tanya nya setelah hening beberapa saat

“Gue dirumah lah.”

“Oh … balik gih.”

“Gue udah dirumah, jadi gue udah balik,” jawab ku sedikit kesal, dan mungkin sebentar lagi naik darah.

“tuh kan mulai kumat deh si Dafa.” Batinku

“Balik kelangit gih, langit gelap tanpa lo”

“Ya ampun … lo malem malem gini, nelpon gue cuma mau ngegombal?”

“Enggak, gue nelpon karena pengen denger suara lo.”

Tidak ada kata kata lagi yang bisa aku keluarkan, hanya bisa tersenyum, senyuman yang sama sekali tidak aku sadari, muncul akibat seorang Dafa.

Belum sempat ku menjawab, terdengar suara di sebrang sana

“Lo belum tidur?”

“Udah.”

“Nyenyak banget.”

"Emang."

“Udah malem tidur gih.” Perintahnya. "Emang lo siapa!?" Ucap ku pelan, aku yakin dia tidak akan bisa mendengarnya.

“Dari tadi juga gue mau tidur, tapi kan lo ngomong terus” jawab ku seadanya.

“Oh … oke hati hati.”

“Ko hati hati? Gue kan mau tidur,” tanya ku bingung.

“Hati hati mimpi indah.”

“Ya terus kenapa kalau mimpi indah?”

“Mimpi indah lo itu gue, nanti malah gak bisa bangun lagi kebetahan.”

“Terserah lo deh”

Hening beberapa saat, tanpa pembicaraan apapun.

“Eh tapi gue lupa sesuatu deh Daf,” Ucapku akhirnya memulai pembicaraan kembali.

“Lupa apa?”

“Gue belum ngasih hukuman apa apa, sedangkan besok udah hari terakhir.”

“Ya tuhan Bi, lo masih inget aja masalah itu? Terus kemaren kemaren itu apa? Bawain tas lo setiap hari? Piket lo diganti sama gue? Jajan lo dibayarin terus sama gue? Tugas lo gue yang kerjain? Apa masih kurang?” Eluhnya seperti orang yang teraniaya, padahal emang iya.

“Itungan banget sih lo, lagian PR gue 80% salah semua gara gara lo yang kerjain, untung gak dimasukin buku nilai deh,” alih ku tidak mau disalahkan

“Salah siapa gak ngerjain sendiri?”

“Gue kan lupa.”

“Salah siapa pikun?”

“Lho, kok lo jadi ngatain gue sih.”

“Yaudah maaf, lo mau apa? Besok kan libur” tanya nya, terdengar lembut. Asli.

“Anter gue ke toko buku yu, papa gak ada dirumah, gue gak diijinin bawa motor sendiri.”

“Oke jam 9.00 gue kerumah lo".

“Oke, bye”

aku langsung menutup pembicaraan ku dengan Dafa, Ternyata cukup lama kita mengobrol di telpon.

“Sampai ketemu besok.” Tanpa sadar dan niat aku mengucapkan nya, tapi yang jelas aku bersyukur karena, aku yakin dia tidak bisa mendengarnya.

***

Lama ga update yaa, soalnya males bangett😔 tapi semoga suka part ini😍 jangan lupa tinggalkan vote dan komen nya, papay💕

SOMEDAY [completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang