Setiap yang jatuh berpotensi untuk patah. Seperti hati misalnya.
***
"Selamat tinggal Bintang." Ucap seorang pria yang sangat tidak asing bagiku.
Aku berdiri ditengah hutan yang sama sekali belum pernah ku datangi sebelumnya. Aku bingung, entah kenapa aku bisa tiba tiba berada di tempat ini.
Masih dengan kebingungan dan ketakutan ku, mata ku menangkap sosok yang paling aku favoritkan belakangan ini. Iya, siapa lagi? Tentu saja Dafa.
Ku lambaikan tangan ku ke arah nya. Tapi, ia tak membalas lambaian ku itu. Ia hanya menatap ku dari kejauhan, sambil melengkungkan senyum nya kepada ku. Senyuman yang selalu aku sukai. Tapi kali ini agak berbeda, ada yang aneh dari senyuman itu, entah apa, aku tak tahu.
Lambat laun senyuman itu pudar, tergantikan oleh sendu yang terlukis dari raut wajahnya.
"Selamat tinggal? Apa maksudnya?" ucap ku bingung, tak mengerti.Tanpa ku sadari buliran air mengalir begitu saja dari mataku, membuat pipi ku basah begitu saja. Pilu yang kurasa saat ini, masih tak diketahui penyebabnya.
Kulihat Dafa yang berdiri agak jauh dari ku, ia mulai berjalan entah akan kemana. Ku ikuti langkah nya, tapi ia malah semakin menjauh.
"Dafa kamu mau kemana? Tunggu!" Teriak ku saat Dafa semakin melangkah jauh didepan ku.
Tapi ia terus berjalan tanpa mempedulikan panggilan ku sedikitpun. Semakin lama semakin menjauh, jauh, jauh sekali hingga membuat ku harus berlari mengejar nya.
Aku terus berlari, "Daf berhenti!" Dafa sama sekali tak berhenti walaupun aku sudah berusaha menyuruhnya untuk berhenti. "Dafa tu-tunggu." Ucap ku. Kini langkah ku mulai memberat. Tapi dia tetap saja mengabaikan panggilan ku itu.
Aku mulai lelah dan hampir menyerah mengejar nya. Entah kenapa air terus berjatuhan dari mataku. Aku menangis, tidak berhenti walau aku ingin. Rasanya ada sesuatu yang aneh dengan dirinya.
Tiba tiba ku lihat cahaya yang begitu menyilaukan, samar samar ku lihat Dafa mulai masuk kedalam nya. Semakin lama cahaya itu semakin membuat ku sulit untuk melihat, pada akhirnya aku tak bisa bertahan dari silau nya cahaya itu, dan perlahan ku tutup mata ku. Setelah beberapa waktu, saat ku mulai membuka mataku kembali, saat itu Dafa sudah menghilang.
"DAFA!!!" Teriak ku. Aku terbangun, kusadari ternyata itu hanya sebuah mimpi, mimpi yang aneh. Aku bersyukur, aku sudah terbangun dari mimpi yang menakutkan itu, mimpi dimana Dafa pergi meninggalkan ku dan entah kemana.
Ku lihat sekarang aku berada disebuah kamar, tapi entah kamar siapa ini.
"Ah, kamu sudah bangun." Ucap seorang wanita, yang ku ketahui ia mama nya Dafa
"Bintang lo gak papa kan? Gue khawatir banget." Ucap Stela yang ternyata ada juga disini.
Aku hanya menggelengkan kepala ku sebagai sebuah jawaban.
Disini ada Caca dan Elma juga ternyata. Aku berpikir sejenak dan akhirnya aku ingat sekarang, tadi aku kesini bersama mereka untuk menemui Dafa. Tapi yang membuatku bingung, kenapa aku bisa tertidur disini.
"Tante, Dafa mana?"
"Bi lo harus kuat." Ucap caca, entah kenapa itu menjadi kalimat yang menyedihkan
"Lo harus terima kenyataan kalo Dafa udah gak ada." Sambung nya.
"Sabar Bi." Ucap Elma menguatkan.
Aku tahu semua orang saat ini merasakan hal yang sama dengan ku. Merasakan kepedihan yang semakin diingat semakin menyakitkan.
Aku tak bisa menahan nya lagi, aku menangis sejadi jadinya. Karena saat ini, hanya itu ungkapan kesedihan yang bisa aku lakukan.
***
"Tante a-apa Bintang boleh tau dimana Dafa dimakamkan?" Tanya ku.
"Kasih tahu Bintang tante, Bintang pengen kesana." Ucapku kemudian.
"Iya Tante kasih tau kita, kita pengen kesana." Ucap Elma dengan air mata yang terus mengalir dari matanya.
"Iya, nanti Tante anter kalian kesana, tapi Tante pengen, kalian sekarang pulang dulu. Ini udah mau malem, gak baik anak perempuan masih belum pulang."
"Tap-"
"Udah Bintang sekarang kita pulang dulu, yang tante bilang bener, kita udah harus pulang. Besok kita bareng bareng kesana." Ucap Stela
"Ta-tapi gue pengen kesana se-sekarang." Ujar ku dengan kalimat tak beraturan akibat tangisan tadi.
"Bi, kita gak tau apa yang lo rasain lebih buruk dari yang kita rasian atau gimana, tapi kita ngerti, perasaan kehilangan itu semua nya sama. Dia emang pacar lo, tapi sebelum itu, dia udah jadi sahabat kita." Entah kenapa ucapan Elma jadi serumit itu dipikiran ku. Aku mencoba mencerna nya perlahan, dan mulai menyadari nya, bahwa yang kehilangan bukan cuma aku.
"Kita pulang dulu ya Bi, besok kita bareng bareng kesana." Ajak Caca
"I-iya." Akhir nya aku menyerah.
"Tante kita pulang dulu." Pamit Stela, dan kami semua.
"Oh iya tunggu dulu Bintang, ada yang mau tante kasih ke kamu." Ujar nya.
"ini, Dafa nitipin ini dua hari sebelum dia meninggal. Dia bilang tante harus kasihin ini ke kamu." Sambung nya.
Ku terima, lalu ku tatap apa yang ku pegang sekarang, ini sebuah golongan kertas, "Apa ini tante?" Tanya ku memastikan.
"Tante juga gak tau. Kamu coba buka aja nanti." Jawab nya.
Aku hanya menganggukan kepalaku, lalu pulang.
♥♥♥
Dengan mu, aku bisa jatuh cinta dengan sederhana.
Aku bahagia, walau hanya pernah menjadi bagian terkecil dari semestamu.-Bintang
~
Cuap cuap author hehe.
Hi readers! Jadi gini, tadinya ini mau aku pisah jadi sebuah bagian, tapi gak tau kenapa males aja gitu bawaan nya wkwk. Oh iya, gimana kesan baca part ini? B aja? Oke gak mama, makasih sudah meluangkan waktu untuk membaca, and i love u.
Nah jadi gini, banyak dari temen temen yang nanya langsung, Bintang itu aku atau bukan? Ada juga yang langsung bilang itu aku. Aku gak bisa bilang itu iya atau tidak, buat aku, gak masalah kalian nganggap Bintang itu siapa, mau itu aku kalo kalian kenal atau bukan, yang terpenting buat aku, kalian menikmati nya. Lagi pula semakin kalian berimajinasi dan masuk keceritanya, semakin asik bukan? Kalian boleh mengimajinasikan Bintang atau peran lainnya sesuka hati kalian, begitu. Satu lagi, beberapa orang nanya kenapa nama nama disini klise semua, buat itu sebenernya aku gak punya jawaban sih, tapi gak tau kenapa, nama nama itu udah klop aja gitu sama aku hehe ( mungkin salah satu nya nama jodohku dimasa depan ) *ngayal. Nah sekian cuap cuap dari author, selamat menunggu part selanjutnya. Babay!!
KAMU SEDANG MEMBACA
SOMEDAY [completed]
Teen Fiction"Karena lo itu bintang gue, dan gue bulan lo. Kita akan selalu seperti bulan dan bintang yang selalu bersama menghiasi langit malam, walaupun dikala siang mereka menghilang, mereka akan hilang bersamaan."