Nyata nya gengsi kadang lebih besar dari keinginan.
-Bintang
***
Dafa berhenti tepat di depan halaman rumah ku, aku segera turun dari motor nya.
"Daf?" Tanya ku pada Dafa yang masih berada diatas motor.
Ia menoleh ke arah ku, "Hm?"
"Bukain helm nya." Pinta ku setengah memohon.
"Lepas aja sendiri, manja banget sih." Ucap Dafa sangat jahat, diselingi dengan kekehan menyebalkan milik nya.
Aku sangat kesal saat ini, "Oke makasih." Ucapku sembari melepas helm ku dengan paksa, entah kenapa tali yang melekat entah apa nama nya pada helm ini, sulit sekali ku buka.
"Sini." Tiba tiba dan tanpa aba aba terlebih dahulu, Dafa seenaknya menarik lengan ku, yang otomatis membuat jarak antara aku dengan nya menjadi sangat dekat. Hanya terhalang oleh angin dan ijin Tuhan. Haha
"Lepasin helm itu harus pake perasaan juga." Ujar Dafa sambil melepaskan helm ku.
"Hm." Jawab ku ketus
"Ah ... aku tahu kenapa kamu buka helm nya gak pake perasaan." Ucap nya tiba tiba seolah ada ilham yang masuk kedalam diri nya.
"Ya iya lah, gila aja kalau gak peka. Aku marah tau," Batin ku kesal
"Itu karena perasaan kamu cuma buat aku, gak ada yang lain ya kan?" ucap nya penuh percaya diri.
Aku refleks menoyor jidat nya, dia sungguh menyebalkan sayang nya aku sayang. Sayang. "Gak tau ah. Bodo amat."
"Oh iya Daf aku pengen nanya deh." Tanya ku kemudian
"Ya nanya aja, biasa juga gak ijin dulu."
Aku memutar bola mata ku malas. Detik berikutnya, "emm ... kenapa kamu cinta sama aku?" Pertanyaan klise, zaman pertengahan pun terucap dari mulutku.
"Kenapa kamu nanya gitu?"
"Jawab aja kenapa si?"
"Kalem mba nya jangan nge gas gitu dong." Ia mencubit hidung ku tanpa perasaan.
"A'ww shakit thawu." Aku menepuk nepuk tangan nya yang hinggap dihidung ku hingga membuat suara ku menjadi aneh. Aku berusaha melepaskan cubitan nya dengan paksa, hingga akhirnya aku berhasil. Kemudian ku elus elus hidung ku yang seperti nya sudah berubah warna saat ini.
"Aduh maaf, abis nya aku gemes." Ia terkekeh. "Mau nanya apa si?" Tanya nya kemudian
"Kalo terpaksa mending gak usah."
"Ish ambekan deh. Aku cinta kamu karena kamu alasan aku bahagia." Ia mengacak puncak kepala ku, sambil menunjukan senyuman favorit ku yang ia miliki.
"Oh." Ucapku pura pura tak peduli, padahal jantung ku sudah mulai berdetak tak wajar.
"Gitu aja respond nya? aku udah cape cape mikir tau."
"Dih. Aku kira kamu mau jawab, cinta aku ke kamu tanpa alasan."
"Kenapa ngira gitu?"
"Kalo baca quotes di ig biasanya sih gitu."
"Menurut aku sih relatif. Mungkin cinta yg beralasan itu hanya cinta bagi orang yang pandai merangkai kata."
"Oh jadi kamu pandai merangkai kata?"
"Enggak."
"Terus tadi?"
KAMU SEDANG MEMBACA
SOMEDAY [completed]
Teen Fiction"Karena lo itu bintang gue, dan gue bulan lo. Kita akan selalu seperti bulan dan bintang yang selalu bersama menghiasi langit malam, walaupun dikala siang mereka menghilang, mereka akan hilang bersamaan."