27 : Can i

224 11 2
                                    

Pada akhirnya, kamu hanyalah bait puisi yang tak akan pernah bisa ku tuntaskan.

-Bintang

***

Saat di rumah Dafa aku meminta papa untuk menjemput ku disana. Selama diperjalanan tidak ada percakapan diantara kami, mungkin karena papa terlalu lelah, kebutulan dia baru pulang dari tempat kerja nya, dan aku? Aku juga hanya diam melamun, sibuk sendiri dengan pikiran ku yang tak karuan. Sesekali aku mengeluarkan air mata, tapi tak ku perlihatkan di depan papa, karena aku takut dia akan khawatir.

Dengan lunglai aku memasuki rumah ku, masih diselingi dengan perasaan tak percaya Dafa bisa pergi secepat ini.

"Sayang kamu gak papa? Kok lesu gitu?" Tanya mama.

Aku hanya menggelengkan kepala ku dan langsung masuk ke kamar.

Setelah sampai dikamar, ku lemparkan tubuhku ke tempat tidur begitu saja.

Tiba tiba terdengar suara ketukan pintu dari luar.

"Masuk aja ma, gak dikunci." Ucap ku pada seseorang dibalik pintu.

Ia menghampiri ku, kemudian duduk di atas tempat tidur disamping ku.

"Kenapa sayang? Kamu abis nangis? Cerita sama mama." Ucap mama penuh dengan kelembutan.

"Da-dafa ma .... "

"Dafa kenapa?" Tanya mama dengan raut bingung.

"Da-dafa .... " bahkan aku tak kuasa mengeluarkan kalimat selanjutnya, melanjutkan kalimat yang seharusnya aku katakan pada mama.

"Da-dafa ... me-meninggal ma." Aku tak bisa lagi menahan air dipelupuk mataku, ku keluarkan semua nya, bentuk dari sebuah kesakitan, patah hati, dan kehilangan. Yang memang aku yakini tidak akan merubah apapun. Tapi apa daya, aku tak bisa menahan nya lebih lama lagi.

"A-apa? Mama gak salah denger?"

"Dafa meninggal ma, Da-dafa ma ... "

Tanpa basa basi mama langsung memeluk ku dan aku menangis dipelukan nya.

Malam ini akan jadi malam yang panjang.

***

Saat di pemakaman, semua orang orang yang sayang sama Dafa hadir. Hampir semua anak satu sekolahan yang kenal sama Dafa ikut mengantarkan dia ke peristirahatan terakhirnya. Mama diantar papa juga ikut hadir, termasuk Kak Al yang tak sengaja terlihat ada diantara para pelayat lainnya.

Semua proses pemakaman berjalan dengan lancar. Aku berusaha kuat mengikuti satu persatu prosesnya, walau tetap saja mata ku tak henti henti nya mengeluarkan air mata.

Mama dan teman teman ku pun terus menerus disamping ku, mendampingiku, menguatkan ku.

Satu persatu orang orang meninggalkan tempat pemakaman. Mama dan papa ku pun sudah pulang, karena aku yang meminta mereka untuk pulang duluan. Hingga yang tersisa hanya Caca, elma, stela, aku dan entah kenapa Kak Al pun tidak ikut pergi dari tempat ini seperti yang lain nya.

Aku tak henti henti nya menatapi nisan yang bertuliskan nama seseorang yang dulu hampir selalu ada disamping ku.

Tak ada seorang pun yang berbicara, seolah ditempat ini bahkan tidak ada orang sama sekali. Kita sibuk dengan pikiran kita masing masing. Hanya suara isakan pelan yang tersisa, yang samar samar terdengar.

Sampai ...

"Daf, maafin gue yang pernah benci sama lo. Karena, Bintang lebih memilih lo dari pada gue. Gue tahu lo orang baik, lo pasti udah bahagia disana. Izinkan gue jaga Bintang ya Daf. Lo tenang aja, gue janji gak akan pernah nyakitin dia." Kalimat pertama yang keluar dari seorang Kak Al, seketika menghilangkan keheningan yang tercipta sedari tadi.

SOMEDAY [completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang