Ternyata nolak cogan itu butuh tenaga extra.
-Bintang***
Sepulang sekolah aku langsung mengajak Dafa untuk menemani ku ke kafe yang tak jauh dari sekolah, dan untung saja Dafa langsung setuju dengan ajakan ku itu.
Tidak membutuhkan waktu lama akhirnya kami sampai ditempat yang kami tuju. Aku langsung turun dan memasuki kafe itu sendiri, tanpa menunggu dafa yang sedang menyimpan helm nya.
“Woy malah ditinggal kayak ojek aja, mana gak bayar.” Protes nya saat ia sudah duduk dihadapan ku.
“Mau gue bayar pake apa sih?”
“Seikhlasnya aja mba. Pake hati juga gak papa banget, mas terima.” Ucap nya ngelantur
“Nanti gue kasih ginjal, ada banyak dirumah.” Jawab ku asal.
“Ih si mba bisa aja.”
“Udah sana jangan banyak kicau, pesenin gue es krim 10.” Suruh ku layaknya seorang tuan putri yang memerintah bawahan nya.
“Hah? Gue gak salah denger?”
“Lo kaya si Stela deh. Udah bersihin kuping tahun ini belum sih?”
“Ih, es krim banyak banyak gak baik Bi.”
Aku mendengus kesal. “Gue gak bakal minta bayarin kok, pesenin aja”
“Bukan git-“
“Pesenin!” Ucapku penuh penekanan, akhirnya dia menyerah juga.
***
Aku dengan lahap memakan eskrim yang telah Dafa pesankan itu. Eskrim demi eskrim sudah ku makan satu persatu. Dafa hanya melongo, mungkin takjub melihat ku makan eskrim sebanyak ini.
“Bi lo gak papa kan?” Tanya Dafa dengan dahi yang terlihat mengkerut.
“Gak papa.” Jawab ku singkat sambil beralih mengambil eskrim ke 8 untuk ku makan lagi.
Dafa hanya menggeleng gelengkan kepala nya berkali kali, melihat ku memakan ke sepuluh eskrim yang sudah hampir habis.
“Bi, cukup!” Ia menarik mangkuk eskrim ke 9 yang akan ku makan.
“Daf, gue masih mau.” Ucapku dengan wajah memohon dan memelas berharap Dafa akan kasihan, lalu memberikan kembali eskrim miliknya.
“GAK!”
“Dafa gue butuh eskrim itu. Gue udah nolak cowok yang pernah gue suka bahkan mungkin masih, dan itu bikin rusak mood gue.”
“Apa hubungan nya, Bintang?”
“Ngembaliin mood gue biar bagus lagi itu butuh tenaga, Dafa.”
“Gak boleh. Mending sekarang kita pulang, udah sore Bi. Lo udah bilang bakalan pulang sama gue kan ke bokap nyokap?”
“Udah. Tapi, gue belum mau pulang.”
“Pulang! Gue beliin coklat biar mood lo bagus lagi.” Ucap nya membujuk ku.
“Tapi gue pengen nya sama unicorn juga Daf.”
“Iya ayo kita beli, sekalian sama peternakan nya.” Dafa langsung bangkit dari duduk nya dengan wajah yang di datar datarkan, lalu ia menarik ku agar cepat berdiri dan pergi dari tempat ini.
***
Akhirnya kami sampai di depan rumah ku. Aku langsung saja turun dari motor nya. “Pegangin dulu.” Ucapku, sambil menitipkan boneka unicorn yang berukuran cukup besar dengan warna putih lebih mendominasi dan memiliki tanduk serta ekor berwarna pink. Dafa membelikan nya di sebuah toko boneka yang kami lalui tadi.
“Ishhh RRC deh.”
“Hah?” Tanya ku heran dengan ucapan pria didepan ku ini.
“Ribet ribet cantik.” Jelas nya sembari tersenyum.
“Alay.” Ucap ku sambil melepaskan helm yang sempat tertunda beberapa saat tadi.
“Nih.” Aku memberikan helm nya, lalu mengambil kembali boneka yang kutitipkan tadi. “Makasih udah nemenin gue, beliin coklat dan boneka unicorn ini.” Ucap ku tulus.
“Oke. Gue pulang dulu ya.”
***
Pagi ini langit terlihat begitu gelap, tapi entah kenapa hujan belum juga turun. Aku baru saja sampai di sekolah, diantar papa seperti biasanya. Terlihat juga siswa siswi yang ramai memasuki gerbang sekolah. Aku berjalan sendiri melewati lorong lorong yang tidak terlihat begitu banyak orang, mungkin karena ini masih terlalu pagi.
“Bintang …. “ Panggil seseorang dari belakang.
Aku berbalik ke sumber suara, tak salah lagi perkiraan ku, itu pasti Dafa. “Kenapa lari lari?” Tanya ku pada pria yang sedang mengatur nafas nya karena berlari dari jarak yang lumayan jauh.
“Ngejar kamu.”
“Kemarin kemarin aku terlalu ingin menggapai nya, hingga aku tak sadar ada seseorang yang berusaha tulus menggapai ku.” Batin ku.
“Kenapa dikejar?”
“Takut lo diambil orang.” Jawaban nya yang sontak membuat ku terdiam untuk beberapa saat. Aku membeku detik itu juga, entah apa yang aneh dari perkataan itu.
“Aww.” Teriak Dafa sambil mengelus ngelus kepala nya. “Kok lo mukul gue?”
“Biar lo sadar. Ini masih pagi woy!” Ucapku sambil melipat kedua tangan ku di dada.
“Lho, emang nya kenapa?”
“Pagi pagi udah baperin anak orang aja. Terkutuk kau!” Aku pun pergi berlalu, tak peduli dengan reaksinya akan seperti apa.
“Apa lo bilang? Lo Baper?” Ucapan nya yang terdengar begitu kaget. Sepertinya.
“BINTANG!!!!! JAWAB GUE!!!!!”
“HAHAHAHAHAH udah jangan ngomong terus, masuk kelas! Dasar kadal mesir.” Teriak ku pada orang yang aku rasa masih diam ditempat.
***
Sore ini langit begitu cerah dengan warna yang terlihat sedikit oranye. Terlihat begitu indah. tidak seperti pagi tadi, membuat perasaan ikut menggelap. Sore ini Dafa mengantarkan ku pulang, lagi. Dia mengajak ku untuk bertemu di luar malam ini. Aku ragu, karena mama dan papa sepertinya tidak akan mengijinkan ku keluar rumah malam malam.
“Kemana?” Tanya ku pada seseorang yang sedang sibuk mengatur laju motor yang dikendarain nya.
“Ke taman.” Jawab nya masih fokus menatap jalanan
“Taman mana?”
“Yang deket dari rumah lo aja.” “Gak akan lama ko.” Ia sedikit menoleh kearah ku.
“Mau apa sih?” Tanya ku sedikit menaikan nada suara ku, karena baru saja ada motor lewat dengan suara yang memekikan telinga.
“Emang sahabat lo ngajak ketemu harus ada alasan nya ya?”
“Gak gitu Daf. Hmm … ya udah di rumah gue aja.”
“Kenapa jadi dirumah lo?”
“Lo kan tau mama gue gak bakalan ngizinin gue keluar malem malem.”
“Iya anak mama sayang. Kita dirumah lo aja. Di taman bunga punya mama lo yuk.”
“Oke.”
***
Seperti biasa tolong di vote dan di komen. Terimakasih sayang
KAMU SEDANG MEMBACA
SOMEDAY [completed]
Teen Fiction"Karena lo itu bintang gue, dan gue bulan lo. Kita akan selalu seperti bulan dan bintang yang selalu bersama menghiasi langit malam, walaupun dikala siang mereka menghilang, mereka akan hilang bersamaan."