01 : Vanessa Arshinella [Revisi]

5.2K 203 111
                                    

Hujan, bisakah aku menjadi dirimu? Jatuh tanpa harus tersakiti.
Dear, Hujan

##

Kamis, 21 juni
"... kebakaran yang terjadi sekitar pukul tiga pagi tadi sampai saat ini belum dikonfirmasi penyebab pastinya, kejadian nahas yang menimpa keluarga pemilik perusahaan Times ini ...."

Jum'at, 22 juni
"... kebakaran ini menelan empat korban jiwa. Sang penyanyi terkenal beserta suami yang merupakan pemilik rumah ikut menjadi korban ...."

Sabtu, 23 juni
"... keluarga serta fans korban yang berduka masih berbondong-bondong menghadiri makam ...."

Satu minggu kemudian
"... kedua anak dari pasangan Dianne dan Daniel yang merupakan korban jiwa dalam kebakaran 21 Juni lalu belum juga ditemukan. Polisi hingga saat ini masih melakukan olah TKP dan mencari akses untuk menghubungi kedua anak korban yang menghilang. Sekian berita hari ini, saya Raihan Falatehan, selamat siang dan sampai jumpa."

"Ck, argh! God, nggak ada acara lain apa selain berita orang meninggal? C'mon ... ini udah satu minggu dan gue belum liat gosip hangat dari para artis. Lagian mereka juga udah bahagia di alam barzah, kenapa juga masih dikepoin? So fucking crazy, dude."

Tidak! Jangan kalian pikir bahwa yang mengomel itu adalah seorang wanita peminat gosip karena faktanya itu adalah seorang remaja mendadak labil yang sejak seminggu lalu terus berkomentar heboh tentang acara gosip kesukaannya dan seluruh breaking news yang ada terus memberitakan tentang pasangan crazy rich tanah air yang meninggal akibat kebakaran.

Bahkan timeline Twitter dan beranda YouTube-nya disesaki oleh berita membosankan itu, bagaimana ia tak akan mengerang kesal saat mendapati satu-satunya televisi yang berada di rumah itu pun tak henti-henti membicarakan hal yang sama. Betapa media jaman sekarang sangat tidak kreatif.

"Your language, boy." Peringat seorang wanita hampir paruh baya yang duduk di sampingnya dengan mata masih tertuju pada layar enam puluh inci di hadapannya. Bukan bentakan memang, hanya saja nada datar tak berirama itu jauh lebih menakutkan daripada teriakan.

Belum sempat laki-laki itu menjawab, ucapan sang wanita kembali terdengar, "kamu daripada gangguin Mommy nonton mending bersihin kolam ikan daddy sana, atau pergi main kemana gitu, jangan di rumah aja kayak anak perawan."

Cukup masuk ke hati, remaja itu mendengkus karena saran sang ibu yang jika ditilik dari segi manapun maka tak ada bagian yang menguntungkannya. Apalagi untuk usulan yang pertama, membersikan aquarium raksasa yang sudah bisa disebut kolam milik ayahnya? Mungkin ia akan pingsan di detik pertama. Biarlah terdengar hiperbola, tapi memang hanya petugas kebersihan saja yang sanggup melakukannya.

"Sorry, Mom," desahnya lalu bersandar pada punggung sofa empuk cokelat tua. Helaan napasnya bahkan terdengar sangat kentara, pertanda bahwa ia benar-benar kesal.

"Kemana perginya orang-orang kreatif di dunia ini, kenapa nggak ada berita yang menarik, sih."

"Raffa, kamu ini gimana, sih? Ini udah mau ganti tahun lagi, lho. Berubah dikit dong, cowok kok sukanya nonton gosip? Heran." Sejenak wanita itu mencomot keripik kentang di hadapannya, "para jurnalis dan reporter udah berusaha nyari informasi yang berguna, para staf entertainment juga berusaha menayangkan sesuatu yang paling hangat untuk publik."

Dear, Hujan [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang