Kemarin semesta menghapus kisahku, hari ini semesta kembali melukis kisahku. Lalu esok, apalagi?
Dear, Hujan##
Hari ini adalah hari kedua Vanessa menjadi bagian dari Cakrawala High School, setelah kejadian kemarin sore yang sempat menghantuinya semalaman, Vanessa memutuskan untuk melupakannya dan berharap agar ia tak akan bertemu lagi dengan mereka. Tak lupa ia meminta pada pak Jay agar tidak memberitahukan pada Maurisa dan Harry bahwa ia sempat pingsan. Pagi ini seperti biasa ia berangkat bersama Ken.
"Ka Van," panggil Ken membuat Vanessa jengkel setengah mati karena bila tidak ada Maurisa dan Harry maka mereka akan seperti kucing dan tikus, tidak pernah akur. Ken sukses membuat Vanessa menjadi dirinya sendiri, Vanessa tidak bisa mempertahankan ekspresi sok polosnya jika sudah berhadapan dengan bocah itu.
"Apalagi, baby Ken?" jawab Vanessa sambil melempar senyum palsu.
"Mana dong janjinya kemarin. Ah, dasar munafik," kata bocah itu membuat Vanessa membulatkan matanya yang besar.
"Bocah! Belajar darimana ngatain orang munafik?"
"Kan emang iya. Kata bu guru, tanda orang munafik itu kalo berjanji diingkari," jawabnya dengan gaya angkuh dan kedua tangan bersedekap di dada. Vanessa pun melipat kedua tangannya di dada dengan bibir yang memberengut.
"Aku baru sehari sekolah. Gimana ceritanya bisa dapet nomor handphone mereka, baby Ken." Vanessa kesal, Ken sedang mencoba memerasnya untuk mendapatkan nomor ponsel teman-teman barunya. Gadis itu awalnya mengira Ken sudah gila. Ayolah, bocah itu masih sembilan tahun. Terakhir Vanessa ketahui bahwa Ken melakukan itu semua guna menyuap teman-temannya, lebih tepatnya teman-temannya yang sudah SMA itu. Sebagaimana kata Maurisa, mereka memang benar-benar playboy.
Sedangkan Vanessa terpaksa melakukan perintah tak masuk akal dari Ken untuk membungkam mulut bocah itu agar tidak melapor pada Harry dan Maurisa bahwa kemarin dirinya pingsan di sekolah. Bisa-bisa Harry akan menyuruhnya homeschooling saja demi kesehatan. Vanessa tidak bisa membiarkan hal itu terjadi.
"Ya usaha, jangan manja. Itu aja nggak bisa," cibir bocah itu lagi.
Vanessa yang sudah sangat geram pun menarik kedua pipi bocah itu. Tak mau kalah Ken balas menarik rambut Vanessa dan berhasil mengacak-ngacaknya hingga mencuat dari kunciran.
"Eh, udah udah jangan berantem! Pak Jay jadi nggak fokus nyetir ini," tegur pak Jay panik. Takut kedua anak majikannya saling membunuh di belakang sana meski hal itu mustahil terjadi.
Vanessa mengalah, merapikan rambutnya sekali lagi lalu melirik Ken dengan sengit. Andai saja ia tak pernah tertipu dengan tampang imut bocah menyebalkan itu.
##
Vanessa sampai di kelas sepuluh menit sebelum gerbang di tutup. Masih cukup banyak waktu untuk berjalan dengan santai di sepanjang koridor. Kelasnya sudah penuh dengan siswa-siswi saat ia tiba di sana. Beberapa orang menyapanya, beberapa lagi hanya tersenyum basa-basi.
Teman-teman yang lebih ramah kini menghampiri mejanya, mengajaknya berdiskusi soal produk-produk perawatan kulit terbaik hingga drama Korea terbaru. Vanessa senang mereka mau berbaur dengannya, ia orang yang tidak bisa membangun suasana, sulit berinteraksi jika bukan orang lain yang memulai, tapi Vanessa merasa ia adalah pendengar yang baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, Hujan [COMPLETE]
Teen FictionStory by: vitisme Cover by: vitisme [Teenfiction/End] PART LENGKAP, REVISI BERJALAN Teruntuk dia, Tokoh utama dari kisah retaknya hatiku. Berkisah tentang sesosok gadis remaja yang melupakan seluruh memori penting dalam hidupnya, ia dihadapkan denga...