37 : Filosofi Nama(?)

865 60 2
                                    

Bersamanya, aku lupa apa itu definisi sedih dan luka.
-DearHujan-

##

Suara tawa di ruang makan terus berderai, mereka membicarakan banyak hal. Wajar saja bukan? Mereka sudah lama tidak bertemu, dengan adanya biang rusuh yaitu Raffa dan Lano, ruangan itu tidak pernah senyap barang sedetikpun. Sesekali mereka berujar menggunakan bahasa inggris agar Jo Hyun mengerti meski tentu saja hal itu hanya bertahan sebentar.

Hampir pukul sembilan malam, mereka masih terlalu bersemangat meski makanan yang disantap sudah tandas, ruang makan di rumah Ryola sangat nyaman karena tempatnya berada persis di samping kolam renang yang terlihat dari balik kaca besar sebagai pintu penghubung. Di luar sana--di kolam renang--ternyata juga sangat indah, ada lampu-lampu kecil yang menghiasi tiang-tiang yang sengaja di bangun di situ, lalu terdapat sebuah gabezo yang berdiri di tengah-tengah kolam renang, gazebo tersebut juga dihiasi dengan lampu kecil nan indah dan di sepanjang jembatan kecil menuju gazebo.

Mereka tentu saja terpesona dengan pemandangan tersebut namun sayang mereka tidak bisa kesana karena di luar hujan turun sangat deras.

"Gimana kalo kita pindah aja?" usul Ryola.

"Ke mana?" tanya Lisha.

"Ke Meikarta aja," sahut Lano. Lisha langsung mencibir dan kesal akan candaan Lano, sedangkan yang lainnya malah tertawa.

"Ke lantai atas aja yok sambil nunggu ujannya reda," kata Ryola lagi.

"Aku sih yes," celetuk Raffa dengan anggukan sok berwibawanya.

"Kalo mas-nya yes, ya aku sih yes juga." Caca ikut bersuara.

"Yang lain? Gimana? Apa kita kasih golden ticket langsung?" tanya Raffa melirik pada teman-teman yang lain.

"Alus pisan!!!" seru Lano tiba-tiba.

"Buset, dikata ini ajang pencarian bakat apa?!" komertar Lisha. Yang lain sudah sibuk tertawa dengan kegilaan mereka sendiri.

"Abisan kalian ditanya diem-diem bae," ujar Raffa.

"Yaudah kuy lah, monggoh tuan rumah dahulu," Lano membungkuk dengan khidmat para Ryola yang tertawa kecil.

Mereka pun menuju lantai dua, dan apa yang dikatakan Lano tadi? Mempersilakan tuan rumah untuk berjalan terlebih dahulu? Cih, omong kosong!

Lihatlah! Sekarang dia dan Raffa sudah nyelonong seenak jidat dan melemparkan diri masing-masing di sofa mahal milik Ryola. Dasar laki-laki! Ups, tidak semua laki-laki, Daffa dan Vernon masih stay cool.

"Rumah lo keren banget!!!" pekik Caca

"Wah iya, Ryola hebat!" kata Naya ikut menimpali.

"Jangan gitu ih, aku biasa aja." Ryola memang selalu risih jika dipuji orang tapi ia suka memuji dirinya sendiri. Ryola yang aneh memang.

Mereka pun duduk di sofa, Vernon malah mendorong Lano hingga jatuh dan langsung mengambil alih satu sofa panjang untuk tidur. Ia langsung memejamkan matanya, tentu saja Lano tidak berani memprotes, Vernon paling benci jika tidurnya di usik. Akhirnya Lano berbaring di karpet bulu lembut sewarna abu-abu.

Dear, Hujan [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang