36 : Temu Kangen

864 66 1
                                    

Tersenyum saja, jangan biarkan orang lain melihat kesakitanmu.
-DearHujan-

##

"Kok pada bengong, sih?" Ryola melangkah santai lalu duduk di salah satu sofa yang kosong. Ia tidak duduk dalam posisi sefeminim biasanya, Ryola terlihat lebih santai.

Mereka pun tersadar dan kembali duduk di tempat masing-masing. Ryola melirik jam yang melingkar di tangan kanannya. Pukul 7.58 P.M, ia segera menegakkan punggungnya.

"Maaf guys, aku kelamaan ya?"

"Santai aja," jawab Daffa dan diangguki tanda setuju oleh yang lain.

Sekarang mereka terlihat seperti sedang melakukan rapat rahasia penyelundupan narkoba. Hohoho tidak tidak, itu hanya pembawaan karena suasana yang tegang.

"Muka kalian tengang banget, kenapa sih? Ini cuma acara temu kangen guys. Santai dong."

"Rumah lo horor sih, barang mahal semua. Gue nginjek lantai aja takut lecet sumpah," celetuk Lano absurd membuat suasana sedikit mencair dengan tawa kecil mereka.

"Bye the way, kok Jo Hyun pada diajak foto? Kenapa?"

"Abisan dia ganteng banget, Ness. Nemu di mana sih? Kok bisa pulang-pulang bawa beginian? Ih 'kan jadi pengen dibungkusin," komentar Caca dengan gemas.

Ryola tertawa mendengar hal itu dan memberi beberapa kode pada Jo Hyun, pria itu malah melotot pada Ryola. Dasar asisten tidak tahu diri! Berani-beraninya melotot pada bos!

Setelah beberapa gurauan berakhir, mereka semua kembali memperhatikan Ryola yang hendak bicara. Gadis itu benar-benar mempesona meski hanya dengan penampilan biasa seperti itu. Kaos longgar sewarna hitam yang kontras dengan kulit putihnya, leging hitam, dan sandal rumah yang juga berwarna hitam. Tidak lupa ia mencepol asal rambut panjangnya namun tak sedikitpun terlihat berantakan. Ryola seolah punya magnet yang membuatnya terus terlihat menarik di pandangan setiap orang. Bagaimama tidak? Kecantikannya sungguh berada di atas kecantikan kebanyakan gadis SMA pada umumnya. Wajahnya bersih tanpa cela, kulitnya putih dan bersinar, belum lagi tingginya yang semampai. Ah, setiap orang yang menilai seseorang dari parasnya sudah dipastikan akan langsung tertarik padanya.

Meninggalkan hal itu, Ryola menatap satu persatu sahabatnya mencari-cari pertanyaan apa yang kira-kira terselubung di dalam pikiran mereka.

"So guys, maaf menganggu waktu kalian malam-malam begini, tapi bagi aku ini penting banget untuk kalian tau karna kalian temen dekat aku."

"Ada apa sih, Ness? Gue nggak mau denger yang aneh-aneh deh, udah cukup ya lo buat kita-kita nangis kejer karna lo tinggal tiba-tiba, nggak pamit. Awas aja kalo sampe terulang lagi, nggak akan gue maafin."

Lah kenapa jadi Lisha yang berceramah. Huft ... bersabarlah Ryola. Ia pun menganggukan kepala untuk ucapan Lisha.

"Mungkin ini nggak akan masuk akal, tapi aku mau kalian percaya."

Sejenak Ryola kembali menatap satu persatu temannya dan berakhir pada Jo Hyun yang menganggukkan kepala tanda menyemangati meski pria itu sama sekali tidak mengerti.

"Aku ... bukan Vanessa Arshinella," katanya menjeda.

"What?! Terus lo siapa? Kembarannya Nessa? Wah jadi samaan kayak Daffa-Raffa." Respon pertama dari mulut ember Alano. Apa sih yang ada di otak anak itu?

Dear, Hujan [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang