28 : Pergi dan Berakhir

828 71 1
                                    

Bagiku merelakan itu bukan berarti menyerah, namun,  aku sadar bahwa ada hal-hal yang tak bisa dipaksakan meski aku menginginkan.
-DearHujan-

##

"Nessa nggak masuk Lis, kemana ya?" tanya Caca lebih kepada dirinya sendiri. Bel masuk sudah berbunyi sejak setengah jam lalu, dan mereka tahu betul bahwa Vanessa adalah tipe siswi yang patuh pada peraturan.

"Nggak tau juga gue, ke mana sih tuh anak. Bikin khawatir aja," jawab Lisha. Ia tak bisa menghubungi Vanessa sekarang karena pelajaran pak Eko masih sedang berlangsung.

Lisha sedikit cemas, hari ini adalah hari senin, upacara bendera sudah selesai dilakukan bahkan mereka sudah masuk kelas. Lalu ke mana Vanessa?

Lisha benar-benar tidak bisa tenang. Vanessa tidak memberi keterangan apapun, nekat, ia mengeluarkan ponselnya perlahan dan segera mengirim pesan pada Vanessa.

Nessa

Me :
Lo di mana Ness?
Me :
Kgk masuk apa?
Me :
Woy! Lo masi idup kan?!

Susah payah Lisha mengespam Vanessa namun tak kunjung dibalas bahkan di read saja belum.

##

Dua hari berlalu.

Empat hari juga berlalu.

Satu minggu pun juga berlalu, dan Vanessa belum terlihat batang hidungnya.

"Lis, kira-kira Nessa kemana ya? Udah seminggu nggak masuk, apa dia sakit?" kata Caca saat mereka berada di taman belakang sekolah.

"Apa kita ke rumahnya aja ya?" usul Naya.

Lisha tidak sempat berkunjung ke rumah Vanessa karena sejak seminggu itu juga Lisha menginap di rumah tantenya yang jauh dari rumah Vanessa dikarenakan orangtuanya harus pergi ke luar negeri untuk suatu urusan.

"Gimana ya, masalahnya hari ini gue mesti jemput bokap nyokap di Airport, gimana dong guys?"

"Kalo gitu, biar gue sama Naya aja yang ke sana," kata Caca.

"Tapi aneh deh, kok bu Shella nggak nanyain Nessa ya? Biasanya juga kalo ada anak kelas yang absen tiga hari berturut-turut langsung nyari tau penyebabnya. Lah ini?" Hal itu memang menggangu pikiran Lisha selama ini.

"Iya juga ya, apa kita harus nanya sama bu Shella dulu? Mungkin aja bu Shella tau sesuatu gitu," usul Caca.

Naya mengangguk setuju begitu pula Lisha. Mereka segera bangkit menemui wali kelasnya di kantor guru di gedung dua.

##

Lisha berjalan dengan langkah besar, napasnya memburu, matanya juga terlihat berkaca-kaca seperti menahan tangis. Caca dan Naya berlari mengejar Lisha mencoba menyeimbangkan langkah mereka.

"Lis, lo tenang dulu, Lis," kata Caca, napasnya juga tersendat karena berlari.

"Iya Lisha, kita nggak boleh gegabah," tambah Naya.

Lisha tidak menggubris kedua temannya. Emosinya sudah di ambang batas hanya tinggal untuk ditumpahkan.

Mungkin kalian bingung mengapa Lisha bisa seperti itu.

Dear, Hujan [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang