18 : Unexpected Moment [Revisi]

1K 82 3
                                    

Kuharap dia seperti langit, meski terkadang berubah cerah dan gelap, namun tak akan pernah pergi
Dear, Hujan

##

Suara klakson mobil Lisha menginterupsi Vanessa yang sedang mengenakan sepatunya di teras rumah. Gadis itu segera bergegas meraih tasnya yang tergeletak di lantai dan berjalan dengan riang menuju mobil merah yang di dalamnya Lisha sedang melambai heboh.

"Kita jemput Naya sama Caca dulu," ujar Lisha ketika Vanessa sudah menempati kursi di samping pengemudi.

Ini akhir pekan, mereka telah sepakat untuk menghabiskan waktu bersama di pantai. Dan bagi Vanessa yang tidak terlalu punya cukup waktu untuk dirinya sendiri semenjak rutin latihan persiapan menjadi model, hari ini adalah hari yang luar biasa, Vanessa tak akan menyia-nyiakan setiap detik bersama ketiga sahabatnya.

Mobil Lisha melaju dengan kecepatan sedang, Lisha berceloteh mengenai hal-hal yang akan mereka lakukan di pantai nanti, gadis itu sangat bersemangat. Tentu saja, mereka berempat pasti bersemangat karena hari hari seperti hari ini sangat jarang terjadi.

Setelah menjemput Caca dan Naya, mobil menjadi semakin ramai dengan gelak tawa, Vanessa bahkan merasakan tenggorokannya gatal karena terlalu banyak tertawa. Tolong, guyonan Lisha seharusnya tak selucu itu, tapi berhubung selera humor mereka sama, maka tertawa tak bisa dihindari, belum lagi mengingat ciri tertawa Caca yang khas, mengundang, dan menggelitik hati. Ah, betapa hari ini akan sangat luar biasa.

Cukup lama perjalanan mereka berlangsung, akhirnya sampai juga di tempat tujuan yang sudah lumayan ramai oleh pengunjung dan wisatawan, memanglah pantai yang mereka kunjungi hari ini adalah salah satu lokasi populer dan tidak menutup kemungkinan mayoritas orang akan memilih tempat itu untuk menikmati waktu luang.

Caca yang pertama kali berlari riang sesaat setelah mereka turun dari mobil.

"Wohooo!!!" teriak gadis itu antusias kala sampai di bibir bahari. Vanessa dan Lisha harus melipat bibirnya agar tidak berteriak memaki Caca karena sekarang mereka menjadi pusat perhatian. Ayolah, mengapa Caca harus bersikap terlalu dramatis. Naya bahkan sudah terbahak saat menyaksikan Caca harus meminta maaf pada pengunjung lain yang terkejut dengan teriakan tiba-tibanya.

Yang pertama kali mereka lakukan setelah mendapati tempat yang cocok adalah berselfie ria. Cuaca cerah dan angin pantai yang begitu segar siang itu membuat suasana semakin menyenangkan. Beginilah definisi refreshing sebenarnya. Vanessa bahkan merasa ingin memejamkan mata hingga sore nanti, menikmati suguhan matahari terbenam yang begitu romantis.

"Gue laper," ucap Lisha membuat ketiganya menoleh, benar juga, mereka belum makan apapun sedari tadi.

"Ayo cari kuliner yang enak," usul Vanessa kemudian, segera saja mereka bangkit dan berjalan santai menjauh dari laut menuju deretan gerai-gerai eksotis yang menyajikan berbagai jenis makanan lezat.

"Makan apa, ya?" Manik mata Naya bergerak ke sana-sini. Indra penciuman mereka menangkap wangi-wangian yang menggugah selera. Tapi terlalu beragam sampai-sampai susah untuk memilih.

Caca menjentikkan jarinya kemudian. "Kita cobain sate daging itu aja, ayo!" Gadis itu menunjuk sebuah gerai sederhana dari kayu-kayu tidak rapat dengan atap dedaunan kering dan tumbuhan menjalar yang menghiasi bagian depannya, tepat di bawah pohon cemara laut yang besar dan rindang.

Mereka mendekat, terlihat seorang pria muda berkulit kecokelatan yang terbakar matahari sedang mengipasi sate-sate sambil bersiul, harum asapnya menggugah Vanessa dan yang lainnya untuk segera mencicipi. Tempat itu tak cukup ramai siang ini, beberapa orang duduk di tenda-tenda kecil, beberapa lagi duduk di kursi-kursi tinggi di dekat meja berupa semacam bar kecil dari kayu yang kuat. Tiga laki-laki terlihat di sana, duduk membelakangi Vanessa dan teman-temannya yang tengah berjalan.

Dear, Hujan [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang