Mengenai kisahku, aku menyadari satu hal, terkadang melupakan itu jauh lebih baik.
-DearHujan-##
Pagi menyingsing kala suara jam weker menggema dalam ruangan yang bernuansa tokoh super hero Avengers. Terlihat seorang cowok menggeliat malas di dalam selimut tebalnya. Ia merutuki siapa saja yang telah menyetel jam wekernya pagi ini.
Oh hari senin sialan!
Raffa mengacak rambutnya geram, bangun pagi adalah satu hal yang ia benci dari sekian banyak hal. Dengan mata masih menutup sempurna, cowok itu bangkit dan berjalan menuju kamar mandi dengan gerakan sempoyongan. Dasar Raffa!
Sebelum dirinya masuk ke kamar mandi, terdengar seseorang membuka pintu kamarnya, sudah dipastikan itu pasti Daffa. Akhir-akhir ini masuk ke kamar Raffa pagi-pagi sekali sudah menjadi rutinitasnya.
"Cepetan mandi! Dasar kebo!" cibir Daffa seraya melempar kotak susu yang sudah kosong dari tangannya. Raffa meringis karena kotak susu tersebut tepat mengenai kepalanya hingga berbunyi.
"Kebo pala kau! Pasti lo 'kan iblis sialan yang nyetel jam gue pagi-pagi buta gini! Dasar biadab," tukas Raffa dan segera berlalu masuk ke kamar mandi meninggalkan Daffa yang sedang terkikik.
Daffa sudah rapih dengan seragamnya. Cowok itu memang selalu terlihat lebih tampan dengan setelan formal seperti itu. Almamater biru dongker, kemeja putih, dasi, dan celana sewarna mocca. Seragam senin-selasa khas Galaxy High School.
Daffa menyibak gorden kamar adik kembarnya itu membiarkan cahaya matahari yang bahkan belum terlalu terlihat itu menyapanya, langit masih sedikit gelap hanya ada semburat kemerahan sedikit saja tanda bahwa sekarang masih terlalu pagi.
Daffa melangkah dan membereskan kamar bak kapal pecah milik Raffa, meski hal itu seharusnya sudah menjadi tugas ART-nya, tapi khusus kamar Raffa satu hal yang dikecualikan. Sebenarnya Raffa bisa saja membereskannya sendiri tapi harus menunggu dia mood dulu. Lama!
Setelah kamar Raffa sudah terlihat lebih layak dihuni, Daffa duduk di meja belajar sambil memainkan ponselnya menunggu Raffa selesai mandi.
Tak berapa lama kemudian Raffa keluar dari kamar mandi dengan sudah menggunakan seragamnya.
"Ngapain sih lo tiap pagi di kamar gue? Bosen sama kamar lo?" tanya Raffa sambil memakai sepatunya.
"Berisik!" jawab Daffa seadanya.
"Dih, sensi."
"Pake mobil, lo yang nyetir." kata Daffa seraya melemparkan kunci mobil pada Raffa yang kaget tapi untung bisa menangkapnya. Daffa segera keluar dan berjalan tanpa peduli pada makian Raffa. Menyetir mobil ke sekolah? Hello?! Itu bukan gaya Raffa sama sekali, dan Daffa terlalu mudah mengusik prinsipnya bahwa motor adalah separuh hidupnya.
"SETANNN!!!" teriak Raffa karena Daffa sama sekali tidak mendengarkan makiannya.
"Anjing! Babi! Bison! Badak! Monyet! Kambing! Singa! Jerapah! Buaya! Kadal! Werewofl!---" makian Raffa akan daftar binatang terpotong karena Daffa membuatnya kaget dengan menyembulkan kepalanya di depan pintu kamar.
"Itu mulut apa Ragunan?" sindir Daffa dan segera kabur karena Raffa melempar sepatunya yang belum dipakai sebelah pada Daffa. Sial! Nggak kena!
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, Hujan [COMPLETE]
Teen FictionStory by: vitisme Cover by: vitisme [Teenfiction/End] PART LENGKAP, REVISI BERJALAN Teruntuk dia, Tokoh utama dari kisah retaknya hatiku. Berkisah tentang sesosok gadis remaja yang melupakan seluruh memori penting dalam hidupnya, ia dihadapkan denga...