43 : Petrichor

893 70 7
                                    

Takdir adalah alasan pertemuan, lantas mengapa menolak saat takdir menjadi alasan perpisahan?
-DearHujan-

##

Motor Raffa berhenti di depan gerbang rumah Ryola, gadis itu turun dan menyerahkan helmnya pada Raffa.

"Makasi ya, kamu mau mampir dulu?" tawar Ryola.

Raffa ikut turun setelah melepas helmnya. Ia menggeleng pelan dan merapikan rambut Ryola yang terbawa angin. Mendung masih menyelimuti bahkan semakin menjadi. Awan-awan kelam mulai berlomba menghiasi langit Jakarta.

"Aku mau ke rumah Lano dulu sebentar. Terus langsung pulang, kamu masuk ya, hati-hati dan jaga diri baik-baik."

Ryola mengangguk dan tersenyum manis pada Raffa.

"Ini flashdisk aku buat kamu, jangan lupa kepoin isinya okeh?"

"Aye aye captain!"

"Ah iya, itu kado aku sama si opah jangan lupa diminta loh!"

"Iya bawel." Ryola mencubit gemas pipi Raffa, satu tangannya mendekap album sedang pemberian Raffa.

"Makasi banyak, Raffa. Kamu udah ngasih aku banyak hadiah tapi aku belum sempat ngasih apa-apa buat kamu."

"Aku udah dapetin semua yang aku mau, Ri. Kamu nggak usah ngasih apa-apa lagi buat aku. Cukup ingat aku sebagai Raffa, Raffa yang pernah ada dalam hidup kamu." Raffa tersenyum hangat dan mengecup singkat kening Ryola.

Pipi Ryola segera memanas karenanya. Kemudian Raffa kembali menuju motornya.

"Aku pergi, Ri. Jaga diri baik-baik ya."

Ryola hanya mengangguk sekilas dan menatap motor Raffa yang semakin menjauh menuju rumah Alano.

Ryola memegangi dadanya.

Aneh, perasaan apa ini?  Batin Ryola seolah merasa ada sesuatu yang salah dari setiap ucapan Raffa dan tingkah manisnya. Apa itu? Entahlah, Ryola pun mencoba membuang jauh-jauh pikiran negatifnya.

##

"Assalamualaikum, Lano!!! Lano!!! Keluar woi ini gue Raffa!!! Assalamualaikum!!!" teriak Raffa tidak sabaran.

Dari dalam rumah Lano pontang-panting turun dari tangga karena suara berisik orang yang menekan bel rumah dengan tidak beradab.

"Buset, Raf. Lo kira bel rumah gue keyboard hape lo apa? Main nekan seenak dengkul," kata Lano galak.

"Assalamualaikum," ucap Raffa dan langsung menyelonong masuk menuju dapur.

"Waalaikumsalam. Woy!!! Ngapain elah ... jangan yang itu woy persediaan terakhir huaaaa mami!!!" teriak Lano ketika Raffa dengan seenak jidatnya menenggak habis minuman favorit Lano di kulkas.

"Pelit lo ah," komentarnya dan kemudian berakhir duduk di kursi meja makan.

"Loh? Sejak kapan lo di situ?" tanya Raffa kaget ketika melihat Vernon yang sedang berbaring manja di sofa ruang tv Lano yang memang berdekatan dengan ruang makan.

Dear, Hujan [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang