40 : Pengakuan Sam

771 60 0
                                    

Terkadang aku masih terjebak dengan luka masalalu, tapi alur hidup menuntutku agar melupa.
-DearHujan-

##

Matahari sudah mulai naik kala pintu utama terbuka menampilkan sesosok pria tua yang terlihat rapi dengan setelan formalnya. Diikuti oleh empat orang pengawal pribadi, akhirnya kakek tiba di rumah Ryola, segera saja gadis itu memeluk kakeknya. Setelah melepas rindu beberapa saat, kakek berbicara pada Jo Hyun.

"Aku ingin menemuinya."

Nadanya terdengar menuntut tanpa bisa dibantah meski sejujurnya hal itu hanya untuk menutupi segala rasa sakitnya mengingat cucunya yang telah berkhianat.

Jo Hyun mengangguk patuh dan membawa kakek menuju kamar yang di dalamnya sudah dipenuhi oleh beberapa orang yang berpakaian serba putih, mereka adalah tim medis yang mengurus Sam selama ia belum sadar dari pingsannya setelah hampir delapan jam.

Para medis segera pamit dan menyisakan Ryola, Jo Hyun, Sam, dan kakek.

Seharusnya Ryola sekolah hari ini, namun karena ia benar-benar ngotot ingin menyambut kedatangan kakek dan menunggu Sam siuman akhirnya dengan berat hati pagi-pagi buta Jo Hyun harus mengantarkan surat izin Ryola pada gurunya dan untung saja guru itu baik padanya dan tidak mempersulit keadaan sama sekali.

Oke, kembali ke kamar di mana Sam masih tertidur karena pengaruh obat, wajahnya terlihat damai. Kakek mengelus lembut rambut Sam yang mulai lebat.

Menurut penjelasan Dokter, Sam mengalami depresi dan tekanan mental, ia juga terserang demam tinggi setelah semalaman kehujanan dan berada di bawah pengaruh alkohol beberapa jam sebelum ia berada di rumah Ryola dalam hujan deras.

Kakek menatap prihatin pada cucunya itu, meski tidak sedarah namun hubungan mereka sangat baik bahkan lebih dari sekedar keluarga.

Beberapa saat mereka sibuk dengan pikiran masing-masing, Sam mulai tersadar dan perlahan membuka matanya.

"Kak Sam! Kakak udah siuman!" sambut Ryola saat pertama kali melihat pergerakan itu. Memanggil Sam menggunakan embel-embel kakak terdengar ganjil di lidahnya, namun Ryola temtu saja menepis hal itu.

Sam merasa kepalanya begitu berat dan badannya seolah remuk, sakit sekali, kerongkongannya sangat kering bahkan untuk menelan ludahnya sendiri saja ia tak sanggup.

Sam mencoba menggapai apapun yang dilihatnya sebagai air, tenggorokannya seolah terbakar. Dengan cepat Ryola menyodorkan segelas air putih di atas nakas dan segera ditenggak habis oleh Sam.

Sam mencoba mengatur deru napasnya yang tidak stabil sehingga membuat jantungnya berdetak kencang dan ngos-ngosan seolah ia baru saja menyelesaikan lari marathon.

"Sam ...," panggil sebuah suara barithon.

Sam mencoba memperhatikan sekitarnya, perlahan pandangannya menjelas, matanya membulat sempurna saat maniknya menubruk manik mata kakek yang berwarna ke abu-abuan. Bibir pucatnya bergetar kala ia mencoba berbicara.

"Ka-kakek ...?"

Kakek mengangguk samar, cairan bening sudah memehuni pelupuk mata Sam tinggal menanti untuk tumpah, namun ia segera menghapusnya sebelum sempat meluncur bebas.

Dear, Hujan [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang