Bang Genta
Pulangnya jangan malam-malam, ya, Gi.
Kalau udah selesai, langsung pulang aja.
Oke siap, Bang.
Ya udah, kalau gitu. Abang kerja lagi, ya. Ada pasien yang harus Abang periksa.
Iya, Bang. Nanti Gigi kabarin
Kalau udah pulang.Oke.
Gista menutup aplikasi WhatsApp-nya, lalu memasukkan ponselnya ke dalam tas selempangnya. Sore ini, Gista pergi ke salah satu Plaza, yang tidak terlalu jauh dari komplek perumahan kakaknya. Ia mau mampir ke Gramedia untuk membeli novel. Ia pergi sendiri dari rumahnya, karena Genta belum pulang. Jadi, ia hanya meminta izin saja lewat WhatsApp pada kakaknya itu.
Setibanya di Gramedia, Gista langsung mendekati rak buku bagian novel untuk mencari novel yang menarik perhatiannya.
"Mbak-mbak gramed masih inget muka Gigi nggak, ya?" gumam Gista, takut jika ada salah satu karyawan/wati Gramedia itu ada yang sempat mengenalinya.
Ia takut, bukan karena ia pernah membuat masalah di sana ataupun mencuri buku yang ada di sana. Tetapi, karena kebiasaan Gista. Setiap datang ke Gramedia pasti yang dilakukannya itu adalah keliling rak, baca blurb yang ada di belakang buku, lihat-lihat buku yang menarik perhatiannya. Lalu, kembali pergi dari Gramedia itu tanpa membeli satu buku pun.
Bukan tanpa alasan sebenarnya Gista seperti itu, tapi setiap kali Gista mau membeli buku. Disaat yang bersamaan perutnya selalu berbunyi minta makan. Jadi, mau tak mau uangnya ia pakai untuk beli makan, setelah puas keliling Gramedia sambil lihat-lihat buku.
Tetapi, sekarang ia ingin membeli buku. Lagi pula, tadi sebelum pergi ke sana. Ia sudah makan lebih dulu. Jadi, ia tidak usah khawatir jika perutnya akan berbunyi lagi saat mau beli novel.
"Yang mana, ya? Gigi bingung mau beli yang mana, rasanya semua buku yang ada di sini pengen Gigi beli semua," ujar Gista yang bingung sendiri, mau membeli novel yang mana.
"Gista," panggil seseorang pelan dari sampingnya, membuat Gista mendongakkan kepalanya. "Gista, kan?" tebak gadis itu, memastikan.
Gista menganggukkan kepalanya, mengiyakan tebakan gadis yang merasa tak asing lagi baginya.
"Ini gue," ucapnya, membuat Gista mengingat-ingat siapa orang yang ada di hadapannya sekarang.
Kedua mata Gista berbinar saat mengingat siapa orang yang ada di hadapannya sekarang. "Debby," tebaknya, yang langsung dibalas dengan anggukan gadis itu.
"Ya, ampun, Gista. Ini beneran lo, kan?"
"Iya, ini Gista. Aaaa ... kangen," ucap Gista sambil memeluk Debby, tak peduli ada di mana mereka sekarang. Yang penting keduanya senang bisa dipertemukan dengan sahabat lamanya di sana.
Satu menit kemudian, mereka saling melepaskan pelukannya. Senyum di bibir keduanya terangkat, setelah dua tahun tidak bertemu. Akhirnya, sekarang mereka dipertemukan lagi.
"Kok, Debby ada di sini, sih? Sejak kapan Debby ke Jakarta?" tanya Gista, karena yang ia tahu Debby berada di Bandung saat ia pamit untuk pindah ke Jakarta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sinyal 2G Gista ✓ [Belum Revisi]
Novela JuvenilGista Rajani Alveera, namanya. Cewek polos yang nggak pernah pacaran karena takut dicium trus hamil. Cewek yang suka manggut-manggut nggak ngerti kalau di suruh ini-itu, tetapi tetap dilakuin. Cewek yang selalu kepo dengan apa yang diucapkan orang y...