8. Munculnya Masalah Baru

3.6K 347 24
                                    

Gista berjalan dengan lemas di sepanjang koridor sekolah, ia masih kepikiran dengan motornya yang hilang. Karena motornya yang hilang itu, tadi ia di antar oleh Genta ke sekolah. Bukannya tidak mau di antar oleh lelaki itu, hanya saja ia tidak ingin merepotkan kakaknya itu terus-menerus.

Untuk kesekian kalinya, Gista menghela napasnya berat. Seakan bebannya begitu banyak yang ia pikul sekarang, ingin menangis. Tetapi, tak ada gunanya juga ia menangis.

Jika biasanya, setiap hari Gista selalu memakai helm dari parkiran sampai kelasnya. Pagi ini, ia hanya menundukkan kepalanya sepanjang perjalanan menuju kelasnya.

Orang-orang yang melihat Gista yang tak memiliki semangat seperti biasanya, merasa heran. Banyak orang yang bilang dirinya aneh, setiap kali melihat kelakuan Gista. Dan, sekarang orang-orang kembali berkata aneh saat melihat Gista yang terlihat murung.

Bruk

Prangggg ...

Gista terlonjak kaget saat ia tak sengaja bertabrakan dengan seseorang di depan pintu kelasnya, sampai membuat barang yang dibawa orang itu jatuh ke lantai hingga pecah.

Ia mendongakkan kepalanya, semakin kaget saat melihat Lili lah yang barusan bertubrukan dengannya itu.

"Lili, maafin Gi—"

"Gigi ... Cangkir hias gue pecah," sela Lili.

"Li, maaf, Gigi nggak sengaja," ucap Gista merasa bersalah.

"Nggak sengaja? Lo jalan pakek apa, sih, huh?" tanya Lili dengan nada suara yang tidak biasa.

"Gigi jalan pakek kaki, Li."

"Iya, pakek kaki. Tapi, mata lo juga harus dipakek kalau lagi jalan. Gini, nih, akibat lo jalan sambil nunduk, nabrak gue terus cangkir hias gue jatuh dan pecah gara-gara lo," emel Lili tak seperti biasanya, untuk kali pertama Gista melihat Lili yang semarah itu padanya.

"Maafin Gigi, Li."

"Maaf lo itu nggak bisa bikin cangkir hias gue yang pecah jadi semula lagi, Gi. Sekarang gue harus apa? Itu cangkir hias harus dikumpulin hari ini juga, kalau gue nggak ngumpulin. Gue nggak bakalan dapat nilai seni budaya!" bentak Lili membuat Gista menundukkan kepalanya lagi, ia benar-benar takut jika ada yang marah padanya. Apalagi, sampai membentaknya.

"Gigi bener-bener nggak sengaja, Li. Maafin Gigi," ucap Gista.

"Gue nggak butuh maaf lo, asal lo tau aja. Cangkir hias itu lebih berharga buat gue, daripada temen yang bloon kayak lo."

Deg

Hati Gista serasa ada yang menusuk dengan benda yang tajam, saat mendengar ucapan Lili. Sahabatnya sendiri berbicara seperti itu, Gista merasa tak percaya jika yang berbicara barusan adalah Lili.

"Lili ... Kenapa Lili berbicara kayak gitu?" tanya Gista, tanpa disadari air matanya menetes begitu saja. Sangking perih hatinya saat mendengar ucapan Lili barusan.

"Emang bener, kok, cangkir hias itu berharga buat gue daripada lo. Mulai sekarang, jangan deket-deket sama gue lagi," ujar Lili, lalu masuk lagi ke dalam kelasnya.

Gista memukul dadanya yang terasa sesak, padahal ia tidak punya riwayat penyakit asma. Kedua matanya juga tidak bisa menahan air mata agar tidak menetes. Ia tidak mengerti apa yang terjadi padanya, yang jelas hatinya sangat sakit ketika sahabatnya itu lebih memilih sebuah cangkir dari pada dirinya.

"Ngapain lo?" tanya seseorang membuat Gista mendongakkan kepalanya untuk melihat siapa orang yang bertanya padanya.

Gadis itu langsung menghapus air matanya, lalu menggelengkan kepalanya cepat sebagai jawabannya.

Sinyal 2G Gista ✓ [Belum Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang