Gista bangkit dari bangkunya untuk menghampiri Lili yang sudah menunggu di depan kelas, setibanya di depan kelas Gista tak melihat keberadaan Lili di sana. Yang ada hanya Panji dan Jono yang tengah duduk di kursi.
"Kalian berdua lihat Lili nggak?" tanya Gista.
"Lili udah ke kantin sama, Dino. Lo, sih, lama amat di kelas, padahal bel istirahat udah dari lima menit yang lalu," jawab Jono membuat Gista menghela napasnya gusar.
"Gigi barusan nyatet dulu, Jono," ujar Gista, padahal ia sudah mewanti-wanti Lili agar pergi ke kantin bersamanya. "Terus, kok, kalian ada di sini? Kenapa nggak ke kantin?" tanyanya, butuh dipertanyakan memang jika dua makhluk itu tidak pergi ke kantin.
"Lagi males, Gi. Jadi, kita titip makanan sama Dino," jawab Panji yang diangguki mengerti Gista.
"Terus, Bara ke mana?"
"Nggak tau, tadi waktu bel dia langsung nyelonong keluar. Tau, deh, mau ke mana," ujar Jono.
Gista berdecak kesal, ia tidak berani jika ke kantin sendirian. Apalagi, kalau istirahat pertama, suka banyak siswa yang nongkrong di depan kantin dan suka menggoda siswi yang hendak masuk kantin.
Tak jadi ke kantin, Gista pun ikut duduk bersama Panji dan Jono di depan kelas."Lah, lo nggak jadi ke kantin?" tanya Panji.
"Males, ah, sendirian."
"Mau kita temenin nggak?" tawar Jono.
"Beneran?" tanya Gista yang dibalas dengan anggukan kedua temannya. "Yaudah, ayo.
"Tapi ada syaratnya."
Dahi Gista menyerinyit saat mendengar kata syarat yang diucapkan Panji, apalagi kedua temannya itu sekarang malah tersenyum penuh rahasia. Apa syarat yang direncanakan mereka sebenarnya?
"Apa syaratnya?" tanya Gista penasaran.
"Bentar," ucap Jono, lalu masuk ke dalam kelas membuat Gista semakin bingung saja.
2 menit kemudian, Jono kembali keluar dari kelas sambil menenteng sepasang sepatu roda di tangannya.
"Syaratnya, lo harus pakek sepatu roda ke kantin," ujar Panji.
"Kok, pakek sepatu roda, sih?"
"Kita itu butuh orang buat percobaan pakek sepatu roda ini. Sepatu roda ini punya Bara, nah, kita mau tau cara kerja sepatu roda ini cepat atau nggak. Kalau cepat, kita juga mau beli," ujar Jono menjelaskan.
"Terus, kenapa harus Gigi yang jadi percobaan kalian?" tanya lagi Gista, padahal mereka bisa mencobanya sendiri bukan?
"Kalau kita yang nyoba, nanti si Bara marah. Karena barangnya dipakek sama orang lain, nah, kalau lo, kan, pacarnya. Dia nggak bakalan marah sama lo," jawab Panji yang disetujui oleh Jono.
"Tapi, kalau nanti Bara marah sama Gigi gimana?"
"Nggak akan, percaya, deh, sama kita. Bara itu nggak akan bisa marah sama lo. Jadi, sekarang lo pakek sepatu roda ini," ucap Jono sambil memberikan sepasang sepatu roda milik Bara.
Gista pun menurut, melepaskan sepatu yang dipakainya dan menggantinya dengan sepatu roda milik Bara. "Tapi, Gigi nggak bisa pakek sepatu roda," ucapnya.
"Udah, lo tenang aja. Kita ada di belakang lo, kalau lo jatuh nanti kita langsung tolongin." Gista menghela napasnya, lalu mengangguk saja.
Panji dan Jono pun membantu Gista untuk berdiri, untuk berdiri saja tubuh Gista sudang oleng saat memakai sepatu roda. Lalu, bagaimana jadinya kalau Gista berjalan memakai sepatu roda itu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sinyal 2G Gista ✓ [Belum Revisi]
Ficção AdolescenteGista Rajani Alveera, namanya. Cewek polos yang nggak pernah pacaran karena takut dicium trus hamil. Cewek yang suka manggut-manggut nggak ngerti kalau di suruh ini-itu, tetapi tetap dilakuin. Cewek yang selalu kepo dengan apa yang diucapkan orang y...