Motor yang di kendarai Bara akhirnya sampai dengan selamat di depan pintu pagar rumah Gista, sekarang jam sudah menunjukkan 23.20 malam. Karena, jarak yang ditempuhnya memang cukup jauh, jadi cukup memakan waktu.
Gista turun dari motor, Bara. Yang diikuti Bara juga turun dari motornya.
"Jangan cemberut gitu dong, kan, masih ada waktu lain, Gi," ucap Bara, Gista tidak menjawabnya dan malah menundukkan kepalanya.
"Lo beneran marah, ya, sama gue? Gue minta maaf, ya, Gi. Gue bukannya ng ---" Bara tidak melanjutkan ucapannya ketika tiba-tiba Gista memeluknya begitu saja.
Sontak saja membuat Bara terdiam mematung, dengan jantungnya yang tiba-tiba berdetak lebih kencang. Ini adalah pelukan pertama mereka, dan Bara tidak pernah menduga jika Gista akan memeluknya.
"Makasih," ucap Gista membuka suara, namun Bara masih terdiam mematung. "Makasih udah bikin Gigi senang, bikin Gigi bahagia hari ini. Gigi belum pernah merasa sesenang dan sebahagia seperti hari ini," lanjutnya.
Tangan Bara bergerak untuk membalas pelukan Gista, ada yang aneh padanya sekarang. Kenapa, ia merasa tidak ingin jauh dari Gista.
"Gue akan melakukan apapun buat kebahagiaan lo, gue seneng kalau liat lo seneng," balas Bara. "Lo nggak marah, kan, kalau sisa waktunya untuk lain waktu?" tanya Bara.
Gista melepaskan pelukannya dari, Bara. "15 jam sudah cukup membuat Gigi bahagia, Bara. Gigi nggak marah sama, Bara. Yang ada Gigi berterima kasih sama, Bara. Karena, Bara udah membuat Gigi senang," jawabnya dengan senyuman manisnya, yang kini membuat Bara candu melihatnya.
"Gue senang melakukannya, jadi nggak usah bilang makasih," balas Bara yang diangguki Gista.
"Emmm ... Besok kita mulai jadi temen lagi, ya, Bara?" tanya Gista, yang seharusnya sudah tahu jika untuk besok Bara sudah kadaluwarsa menjadi pacar 1 X 24 jam.
"Iya, tapi, kok, rasanya gue nggak mau lagi jadi temen lo," ucap Bara yang membuat raut wajah Gista berubah.
"Kenapa gitu? Gigi nyusahin Bara, ya? Jadinya, Bara nggak mau temenan lagi sama, Gigi?" tanya Gista.
"Gue nggak merasa disusahin sama lo, kok." jawab Bara.
"Terus, kenapa Bara nggak mau temenan lagi sama Gigi?"
"Gue nggak mau jadi temen lo lagi, tapi gue mau jadi pacar lo aja," ucap Bara yang membuat Gista kaget mendengarnya.
"Kan, jadi pacar Giginya udahan, Bara."
"Tapi, gue nggak mau jadi pacar lo cuma 1 X 24 jam."
"Terus, maunya berapa lama?" tanya lagi Gista.
"Gue mau lo jadi pacar gue dimulai dari saat ini, besok, lusa, besoknya lagi, besoknya lagi, dan besok yang seterusnya," jawab Bara yang membuat Gista menyerinyitkan dahinya.
"Gigi nggak ngerti maksud Bara itu apa? Bisa di
jelasin lagi?"Bara menghela napasnya, apakah kepolosan Gista sudah kembali lagi saat menjelang jam 12 malam? Oh, ayolah, Gista bukan cinderella yang akan berubah menjadi upik abu lagi saat jam 12 malam.
"Gini aja, Gi. Simplenya gini, lo mau nggak jadi pacar gue?" tanya Bara membuat Gista menatap Bara lekat.
"Bara nembak, Gigi?"
"Bisa dibilang gitu."
"Kenapa Gigi?"
"Memangnya kenapa kalau gue maunya lo?"
"Ih, Gigi tanya malah balik tanya."
"Daripada lo, banyak pertanyaan."
Gista mengerucutkan bibirnya, kesal karena Bara malah meledeknya. Padahal, ia bertanya dengan serius. "Udah malam, Bara pulang sana," ucapnya, kelewat kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sinyal 2G Gista ✓ [Belum Revisi]
Fiksi RemajaGista Rajani Alveera, namanya. Cewek polos yang nggak pernah pacaran karena takut dicium trus hamil. Cewek yang suka manggut-manggut nggak ngerti kalau di suruh ini-itu, tetapi tetap dilakuin. Cewek yang selalu kepo dengan apa yang diucapkan orang y...