Gista mendengus kesal saat teman-teman satu piket kelas dengannya itu, malah pada kabur dengan alasan ada urusan. Sekarang, dirinya malah mengerjakan piket seorang diri saja di kelas. Apalagi, kelasnya itu entah kenapa hari ini sangat-sangat berantakan sekali. Meja tak beraturan barisannya, bangkunya ada yang di satu meja terdapat 3 bangku, di satu meja terdapat 4 bangku dan ada juga di satu meja tetapi tidak ada bangkunya.
Itu semua, karena teman-teman kelasnya yang sering tak bisa diam di mejanya sendiri. Narik bangku hanya untuk berkumpul di meja lain, dan melakukan rutinitasnya. Jika tidak menggosip, paling nobar atau main Truth Or Dare.
Gadis itu, mengusap keringat yang ada di pelipisnya dengan tangan setelah selesai mengangkat semua bangku dan menyimpannya di meja secara terbalik. Sekarang, ia harus menyapu lantai kelasnya.
"Sinta, Devan, Angga, Rio dan Beben ... Mereka harus didenda besok, karena nggak piket hari ini. Awas aja kalau sampe nggak bayar," ujar Gista mengabsen teman satu piketnya yang malah kabur.
Meski kesal, tetapi Gista tetap menjalankan piketnya dengan benar tidak asal-asalan. Sampai kelas itu bersih setelah menghabiskan waktu 15 menit untuk menyelesaikan semuanya.
Gista pun menyimpan sapu dan juga pengki ke tempat semula, lalu ia mengambil tas dan helmnya yang sempat ia simpan di atas meja guru. Ia pun keluar kelas, tak lupa menutup pintu kelasnya sebelum akhirnya ia pergi menuju parkiran.
Sepanjang koridor sekolah suasana sudah sepi, orang-orang sudah pulang setelah bel pulang tadi. Hanya ada beberapa orang saja, yang mungkin sedang mengikuti ekstrakurikuler yang diselenggarakan hari ini.
Setibanya di parkiran, ia mengedarkan pandangannya mencari keberadaan motornya. Seharusnya Gista tak kebingungan mencari keberadaan motornya, apalagi parkiran itu sudah tak sepenuh pagi-pagi tadi. Di parkiran itu, hanya tersisa tiga motor saja. Dan, dari ketiga motor itu tidak ada motornya sama sekali.
Lalu, di mana motornya sekarang? Ia ingat betul, jika tadi pagi dirinya memarkirkan motornya tepat di tempat ia berdiri sekarang.
"Lhooo ... Motor Gigi mana?" tanyanya pada diri sendiri, kenapa motornya bisa tidak ada? Padahal, sudah ia kunci stang motornya. Kuncinya pun ada pada dirinya, mana mungkin ada yang pakai motornya. Jika kuncinya saja ada pada dirinya.
"Gaga? Kamu di mana Gaga!" teriak Gista meneriaki motor matic-nya yang tidak ada di parkiran.
"Gaga!"
Tak ada sahutan.
Gista berlari menuju pos satpam yang berada di depan dekat gerbang sekolah, siapa tahu satpam sekolahnya tahu di mana motornya itu berada. Atau Pak satpam yang memindahkan motornya ke tempat lain.
"Pak Anto ... Pak Anto!" panggil Gista dengan berteriak, membuat orang yang dipanggilnya itu keluar dari pos satpam.
"Kenapa, Neng?" tanya Pak Satpam bernama Anto itu.
"Pak Anto lihat motor Gigi nggak, Pak?" tanya Gista harap-harap cemas, ia takut kalau motornya hilang.
"Motor yang mana, Neng?"
"Motor matic Gigi, Pak. Yang warna putih, namanya Gaga. Ada sticker Winnie the Pooh di belakang motornya, Pak," jawab Gista menyebutkan sedikit ciri-ciri motornya.
"Duh, maaf Neng ... Bapak nggak lihat, memangnya ada apa?"
"Motor Gigi nggak ada di parkiran, Pak. Padahal, kuncinya masih ada di Gigi, tadi pagi juga Gigi kunci stang motornya. Tapi, kenapa sekarang nggak ada di sana?" ujarnya, menjelaskan apa yang terjadi.
"Bapak nggak tau, Neng. Sedari tadi Bapak nggak lihat ada hal-hal yang mencurigakan di sekolah. Semuanya aman-aman saja seperti sebelumnya," ucap Pak Anto membuat Gista semakin takut motornya benar-benar hilang atau di curi orang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sinyal 2G Gista ✓ [Belum Revisi]
Ficção AdolescenteGista Rajani Alveera, namanya. Cewek polos yang nggak pernah pacaran karena takut dicium trus hamil. Cewek yang suka manggut-manggut nggak ngerti kalau di suruh ini-itu, tetapi tetap dilakuin. Cewek yang selalu kepo dengan apa yang diucapkan orang y...