1. Maksa Nebeng pulang sama Bara

10.2K 586 50
                                    

Gista keluar dari perpustakaan setelah ia selesai menyimpan buku yang ia pinjam kembali ke raknya, bel pulang sekolah sudah berbunyi sejak satu jam setengah yang lalu. Seharusnya ia sudah pulang, tapi karena ia diberi tugas oleh salah satu gurunya. Jadi, ia harus mengerjakan tugasnya terlebih dulu. Tugas ini memang dikhususkan untuknya saja, karena tugas ini sebagai ganti ulangan minggu kemarin yang tidak diikuti oleh Gista.

Saat ulangan Minggu kemarin, Gista tidak masuk sekolah dikarenakan sakit. Seharusnya, ia mengikuti ulangan susulan. Tetapi, berhubung soal ulangannya sudah bocor, jadi guru yang bersangkutan memberikan tugas lain pada Gista. Hingga akhirnya, Gista mengerjakannya saat pulang sekolah tadi, karena tugasnya harus dikumpulkan hari ini juga.

Ia memasuki ruang guru yang nampak sudah sepi, karena memang para guru sudah pulang seperti siswa lain. Hanya ada satu-dua guru yang tersisa, yang entah sedang mengerjakan apa. Gista tidak peduli, karena ia hanya ingin mengantarkan tugasnya saja ke meja guru yang bersangkutan.

Setelah menyimpan tugasnya di atas meja guru yang bersangkutan, Gista pun kembali keluar untuk segera ke parkiran sekolah. Namun, ia meringis saat melihat ban motornya kempes.

"Ck, elah pakek kempes segala lagi. Gigi, kan, mau pulang, mana udah sore lagi. Gimana caranya Gigi bawa ini motor?" ucapnya bingung, sambil menggigit jari telunjuknya.

Ia mengedarkan pandangannya ke sekeliling parkiran sekolah untuk mencari bantuan, ia tidak bisa pulang jika tidak naik motornya. Ia tidak berani pulang naik angkot, taksi ataupun ojek dan sejenisnya. Gista lebih nyaman naik motor sendiri, atau di antar oleh anggota keluarganya.

Lalu, sekarang ia harus bagaimana? Di parkiran sekolahnya sudah sepi, hanya ada satu-dua motor yang masih tersisa, kemungkinan milik anggota OSIS yang masih ada kegiatan.

Seketika ia melihat seseorang yang ia kenali, mungkin bisa membantunya untuk pulang. Ia pun berlari menghampiri cowok yang masih nangkring di atas motornya, dekat pos satpam sekolahnya. Tanpa bicara atau izin apa pun, Gista naik ke motor ninja milik cowok itu. Membuat si empunya motor kaget.

"Eh, turun lo."

"Anterin Gigi pulang, Bar," pintanya santai.

"Apa? Anterin lo pulang? Nggak, nggak, turun lo dari motor gue," ucap cowok pemilik predikat sebagai murid rajin itu. Rajin bikin kesal maksudnya. "Gista turun!"

"Nggak mau."

"Turun, elah. Turun, woy." 

Mau tak mau, Gista pun turun dari motor Bara. Lalu, berhenti di depan motor Bara. Ia tak akan pulang sebelum Bara mau menolongnya pulang.

"Ngapain lo masih di sini? Pulang sana," ujar Bara yang dibalas dengan gelengan kepala Gista.

"Anterin Gigi pulang, ban motor Gigi kempes. Gigi nggak biasa naik kendaraan umum, takut diculik. Jadi, Gigi minta tolong sama Bara. Tolong anterin Gigi pulang," pinta Gista dengan wajah memelasnya.

"Ogah, pulang aja sana sendiri. Gue mau jemput pacar gue tau."

"Bara ayo dong, Gigi mau pulang. Udah sore ini, Gigi nggak biasa naik kendaraan umum, takut diculik. Nanti penculiknya minta tebusan uang, kan, kasian Abang Gigi nanti. Tar Gigi bayar Bara, deh, ayo dong Bara," rengeknya, dengan kedua mata yang sudah berkaca-kaca.

"Lo pikir gue tukang ojek apa?"

"Bukan gitu, ya, Gigi mah baik hati aja mau bayar buat bensin Bara nanti. Ayo dong Bara, anterin Gigi pulang."

"Lo pikir lo siapa, minta gue anterin lo pulang?"

"Gigi, kan, temen sekelas Bara. Masa Bara lupa, sih? Ayo dong Bara cepetan, tolong Gigi. Gigi mau pulang." Gista benar-benar takut jika harus naik kendaraan umum. Apalagi, sendiri. Jadi, ia memilih merepotkan Bara saja yang notabenenya adalah teman sekelasnya.

Sinyal 2G Gista ✓ [Belum Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang